Yesus, teladan integritas dalam perbuatan
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 17 Januari 2021 |
Penulis | Pdp Dio Angga Pradipta, MTh |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
Kita hidup di tengah peradaban yang menunjukkan kemerosotan integritas. Tahun lalu saja kita dikejutkan kasus korupsi di pemerintahan yang sangat disayangkan di tengah pandemi seperti sekarang ini. Lalu ada beberapa kasus integritas di lingkungan Gereja dalam hal kekudusan, keuangan, dan kekuasaan yang menimbulkan pertanyaan, apakah integritas masih dijunjung tinggi dalam kehidupan orang percaya? Jangan-jangan nilai-nilai Kekristenan yang selama ini digemakan sebenarnya hanya berupa topeng saja?
Apa sih definisi integritas? Integritas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.”
Kesatuan yang utuh di sini dapat dipahami sebagai kesamaan antara pikiran, hati, dan tindakan. Orang yang berintegritas adalah orang yang sama ketika sedang sendirian dan ketika berada di khalayak ramai. Tidak ada perbedaan baik dari sifat maupun karakternya ketika ditempatkan di keadaan apapun.
Siapa teladan kita sebagai orang percaya dalam hal integritas ini? Menurut saya, Yesus adalah Teladan Agung yang betul-betul menunjukkan karakter berintegritas baik dari dalam maupun dari luar. Yesus memang mengemban misi dari Bapa untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa, tetapi selama Dia di dunia, apa yang Dia lakukan dan katakan itu menjadi contoh bagi orang percaya untuk belajar bagaimana hidup berintegritas. Dalam artikel ini kita akan membahas contoh-contoh yang Yesus perbuat dan katakan untuk kita bisa pelajari dan lakukan.
Suka tidak suka, Yesus memberikan dampak yang luar biasa kepada masyarakat sekitar, termasuk Ahli Taurat dan orang Farisi yang membenci-Nya. Mereka berkata:
- “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.” (Matius 22:16; Markus 12:14)
Kata “seorang yang jujur” dalam terjemahan New International Version (NIV) menggunakan kata “man of integrity”, seseorang yang berintegritas.
Charles Swindoll berkata ketika seseorang memiliki karakter integritas, maka dalam dirinya tidak ada kemunafikan; dia dapat bertanggung jawab secara personal, keuangan, dan tindakan; bahkan motivasinya murni.
Mungkin kita berpikir, “Ah, saya mana mungkin bisa hidup sebaik dan seperti Yesus? Tidak mungkin saya bisa berintegritas seperti Yesus.” Tetapi kata integritas juga dialamatkan kepada beberapa tokoh di Perjanjian Lama seperti Daud (Mazmur 7:8), Salomo (1 Raja-raja 9:4).
Kalau kita melihat tokoh Alkitab seperti Daud, dia bukan sosok yang sempurna, tetapi Alkitab mencatat bahwa kehidupannya (1 Raja-raja 3:6) mencontohkan karakter yang dewasa, utuh dan tulus di hadapan Tuhan. Di dalam Perjanjian Baru, kita juga tidak lepas dari ekspektasi untuk hidup dewasa, utuh, dan tulus di hadapan Tuhan. Paulus mengatakan bahwa penilik jemaat haruslah seseorang yang tak bercacat (1 Timotius 3:2), sang Rasul meminta Titus untuk menjadi teladan dalam berbuat baik dan jujur (memiliki integritas) dalam pengajaran (Titus 2:7). Bahkan panggilan setiap kita adalah “ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yohanes 2:6). Sekali lagi, kehidupan berintegritas bukan kehidupan sempurna secara moral, tetapi adanya kesesuaian antara motivasi, pikiran, dan tindakan.
Kehidupan berintegritas bukan kehidupan sempurna tak berdosa secara moral, tetapi adanya kesesuaian antara motivasi, pikiran, dan tindakan.
Teladan Tuhan Yesus
T.B. Maston dalam bukunya To Walk as He Walked berkata; ada sebuah pertanyaan yang harus direnungkan setiap harinya, yaitu: “Seberapa banyak kita berjalan, sama seperti Yesus berjalan?” Apa yang menghasilkan integritas di dalam kehidupan orang percaya adalah bagaimana kehidupannya mewujudkan tindakan dan perkataan Yesus dalam kesehariannya. Apa saja yang Yesus contohkan?
- Menunjukkan kasih kepada musuh yang mungkin di mata kita tidak berhak menerima
- Integritas adalah kehidupan yang sama luar dan dalam, alias tidak munafik
- “Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” (Matius 23:3)
- Integritas adalah kejujuran dalam melaksanakan tanggung jawab dan mengembangkan talenta
Di dalam perumpamaan seorang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37), Yesus mengajarkan bagaimana kita seharusnya menerima orang lain. Orang Yahudi tidak suka bergaul dengan orang Samaria, tetapi justru orang Samaria inilah yang menunjukkan belas kasih kepada orang Israel yang terluka. Integritas tidak hanya mengetahui soal doktrin dan pengajaran belas kasihan, tetapi menghidupi ajaran belas kasih itu. Sudahkah kita melakukannya?
Yesus mengecam keras perbuatan orang-orang Farisi dan menyebut mereka orang-orang munafik. Salah satu pernyataan-Nya adalah,
Perhatikan bahwa Yesus mengakui ajaran ahli-ahli Taurat, dan orang Farisi ada benarnya dan baiknya; itu harus dituruti dan dilakukan. Tetapi kemunafikan mereka adalah karena kehidupan mereka tidak sama dengan apa yang mereka ajarkan. Di sini kita bisa belajar bahwa berintegritas artinya berusaha menghidupi Firman yang kita baca dan dengar.
Salah satu terjemahan dari kata integritas adalah 'jujur' (Markus 12:14). Yesus mengajarkan bahwa setiap orang yang setia dalam perkara kecil, maka dia akan setia dalam perkara besar (Lukas 16:10).
Terjemahan dari Bahasa Indonesia Sehari-hari adalah: “orang yang bisa dipercaya”.
Kejujuran adalah indikator apakah orang tersebut bisa dipercaya atau tidak. Yesus dikatakan sebagai orang jujur dalam perkataan dan tindakan. Mari evaluasi perkataan dan tindakan kita hari ini. Apakah kejujuran merupakan sesuatu yang orang sukai dari diri kita? Bagaimana di dalam kehidupan melayani dan berbisnis? Kejujuran adalah komoditas mahal hari-hari ini, karena itu mari kita meneladani Yesus dalam hal ini.
Kunci untuk bisa hidup seperti Yesus
- Menjadi bagian dari komunitas orang percaya
- “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:25)
- Alami pertumbuhan rohani dengan pertolongan Roh Kudus
- “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.” (Galatia 5:25)
Ketika orang percaya membaca kisah Yesus dan mau hidup mengikuti teladan-Nya, maka dia harus menjadi bagian dari komunitas orang percaya; di mana nilai-nilai moral dan karakter integritas itu dilakukan, dicontohkan, dan diajarkan.
Kita tidak bisa keluar dari pemuridan kalau ingin hidup seperti Yesus hidup. Apakah Saudara sudah tergabung dalam COOL? COOL adalah tempat di mana pemuridan terjadi dan tempat di mana karakter kita diasah untuk semakin serupa seperti Kristus. Surat Ibrani mengingatkan kita,
Di sinilah usaha ‘saling menasihati’ terjadi, dan itu membantu agar karakter Kristus terbentuk dalam hidup kita.
Pertumbuhan kerohanian tidak bisa terjadi tanpa Roh Kudus dalam hidup kita. Boleh dikatakan apabila seseorang memiliki buah Roh yang matang, maka dia semakin menyerupai Kristus. Apa yang menghasilkan buah Roh itu? Ketika kehidupan orang percaya mau dituntun dan dipimpin oleh Roh.
Dalam memulai tahun ini, mari kita minta Roh Kudus memimpin setiap langkah dan keputusan kita, agar tidak keluar dari kehendak Tuhan.
Semoga semakin kita berjalan di ‘Tahun Integritas’ ini, kerohanian kita semakin didewasakan dan karakter kita semakin menyerupai Kristus. Haleluya, Tuhan Yesus memberkati. (DAP)
Kita hidup di tengah peradaban yang menunjukkan kemerosotan integritas.