Khotbah: 20111015-0600/SC: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
k (Penggantian teks - " | foto =" menjadi " | illustrationA5=")
k (Penggantian teks - " | acara = " menjadi " | event= ")
Baris 8: Baris 8:
  | name= Sugita Christanto
  | name= Sugita Christanto


  | acara  = 7 Weeks of Deeper Love
  | event= 7 Weeks of Deeper Love
| date =2011-10-15
| date =2011-10-15
  | location= Graha Amal Kasih
  | location= Graha Amal Kasih

Revisi per 21 November 2022 07.35

Shalom Saudara yang dikasihi Tuhan, di hari pertama 7 Weeks of Deeper Love ini saya tergerak untuk memberikan kesaksian mengenai kehidupan saya. Allah adalah kasih, kasih-Nya yang telah menyelamatkan saya. Sebetulnya saya diselamatkan Tuhan secara unik. Saya tidak terpikir akan ikut Tuhan Yesus sampai saat ini.

Untuk bisa mengasihi Allah, kita harus menerima kasih-Nya dulu. Seperti Tuhan Yesus katakan, kasihilah Allahmu dengan segenap hatimu, segenap jiwamu, dan segenap akal budimu. Barulah kita bisa mengasihi sesama kita. Itu kata Tuhan.

Kita bisa mengasihi Tuhan dengan akal budi kita, karena di dalam akal budi itu ada intelektual. Kita juga mengasihi Tuhan dengan jiwa kita, keseluruhan keberadaan jiwa kita juga harus diserahkan kepada Tuhan. Hati adalah pusat dari pikiran dan perasaan kita. Karena itu kita harus menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan, jangan sampai ada Allah lain yang kita sembah.

Serahkan seluruh keberadaan kita hanya kepada Tuhan Yesus Kristus. Allah telah menyatakan kasih-Nya oleh Yesus Kristus yang rela mati di kayu salib bagi kita, ketika kita masih berdosa. Allah telah menyiapkan rencana-Nya bagi mereka yang berdosa, yang jatuh dalam dosa.

Latar belakang saya, sebetulnya keluarga saya bukan keluarga yang hidup harmonis. Keluarga saya, menganut agama-agama lain. Istri saya selain beragama Kristen, juga menganut kebatinan yang cukup dalam. Tidak mudah untuk kami bisa bertobat menerima Yesus. Saya sendiri memiliki paham semua agama itu baik, asal saya berbuat baik. Tapi pandangan itu keliru, ikut Tuhan Yesus dulu baru kita berbuat baik. Waktu itu saya cari perbuatan baik saya, tapi semua itu tidak ada hasilnya, bahkan keluarga saya itu tidak harmonis. Terus terang saja saya hendak bercerai dengan istri saya. Tapi Tuhan itu luar biasa. Dia tangkap saya dengan cara yang unik. Saat itu saya tidak dalam keadaan jatuh, saya dalam keadaan jaya. Saya juga bingung, banyak yang kalau ikut Tuhan biasanya dalam keadaan jatuh dulu, tapi saya dalam keadaan jaya. Jadi Tuhan itu menangkap saya secara unik sekali. Melalui usaha, ada seorang hamba Tuhan, Penginjil, datang ke rumah saya, ketemu saya untuk menawarkan suatu alat-alat untuk membuat pabrik jus. Dia katakan kalau dia hanya mau jual kepada mereka yang sudah percaya Tuhan. Saya marah, saya bilang belum tentu kamu lebih baik dari saya. Saat itu, pikiran saya perbuatan baik itu nomor satu.

Singkat cerita, akhirnya deal dan transaksi terjadi. Saya ajak dia sama-sama makan di restoran sebagai tanda jadi. Saat itu, hamba Tuhan itu minta izin untuk bawa temannya ke restoran itu. Saya pikir tidak ada salahnya. Ternyata hamba Tuhan itu sebenarnya adalah pendeta. Tapi dia tidak cerita sedikit pun mengenai Yesus. Dia lihat keadaan saya dan cara berpikir saya, akhirnya setelah selesai, dia tanya boleh tidak dia datang ke rumah saya? Saya bilang, boleh, untuk apa? Dia bilang, tidak apa-apa, mau cerita saja. Jadi, dia sama sekali tidak menceritakan mengenai Injil. Mungkin kalau waktu itu bicara Injil pasti saya tolak.

Dia datang dan saya terima, dia tanya, ada masalah apa dan lain sebagainya. Kemudian dia juga tanya, ada pertanyaan tidak mengenai kehidupan dan lain sebagainya? Cara dia unik sekali, bukan memberitakan Injil atau memaksa. Tidak sama sekali. Dan satu saat saya bertanya pada dia selama kurang lebih 6 bulan, terus menerus bertanya. Dia cuma menjawab dengan enak saja, kebanyakan tidak dengan kata-kata, dan cuma menyodori saja dan suruh saya baca, baca, begitu saja. Lama-lama masuk di akal pikiran saya, semua pertanyaan saya ada jawabannya. Tuhan pun bekerja dan lama-lama saya percaya di pikiran saya. Setelah 6 bulan, saya ditanya, "Sudah siapkah terima Yesus?" Saya kaget juga, lalu saya jawab waktu itu, "Saya mau terima Yesus, tapi jawab satu pertanyaan saya. Kalau Alkitab bisa menjawab, saya akan terima Yesus." Saya juga tidak tahu kenapa saya janji begitu saja, bahwa kalau dia bisa jawab maka saya akan terima Yesus. Saya waktu itu bertanya mengenai Matius 28, disuruh pergi ke seluruh dunia. Saya katakan ini tidak akan terjadi, RRT masih tertutup, Rusia masih tertutup, jadi tidak mungkin! Tapi saya langsung disuruh baca ayat di Mazmur 19:1-10,

Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,

Saya kaget dengan ayat 5 ini. Di sini saya berhenti, saya merenungkan hal ini, dan langsung setelah itu setiap pagi saya buka radio, karena saya pikir gelombang itu adalah gema juga. Saya buka radio dari Guam, Australia, Malaysia, Filipina, ternyata semua menceritakan tentang Injil. Saya pikir, kalau gitu mungkin juga ke RRT bisa masuk. Dan memang betul, di sana tentunya juga banyak yang punya radio.

Saya juga tersentak di ayat 8-10,

Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya,

Ketika itu saya tidak bisa berkutik. Saya menyerah, dan seluruh keluarga saya menyerahkan diri untuk bertobat menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Di situlah kami dilahirkan kembali menjadi ciptaan baru. Lalu saya berjanji waktu itu, juga seluruh keluarga sepakat, bahwa sisa hidup saya akan melayani Tuhan. Ke mana Tuhan utus, saya akan pergi.

Dan puji Tuhan, karena kasih Allah, saya berani menghadapi tantangan-tantangan di dalam memberitakan Injil. Saya mengambil bagian di Departemen Pengajaran untuk mendewasakan mereka yang telah ditangkap Penginjil baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Setelah saya berjanji itu, saya juga mulai membuka FA bahkan sampai ada 5 FA, bahkan sampai membuka cabang di Tebet.

Setelah itu ketika saya ketemu Pak Sitompul almarhum, dikatakan di Cibinong ada yang cari tempat yaitu Pak Lukas. Saya bilang ke Pak Sitompul bahwa saya ada rumah di Cibinong, boleh dipakai untuk persekutuan. Dan jadilah persekutuan karena waktu itu Pak Niko belum mempunyai visi di Cibinong, jadi kami masih ada persekutuan di bawah naungan Pdt Julius Ishak Abraham, GBI Tasikmalaya. Puji Tuhan, Pak Julius itu luar biasa, dia tahu kita adalah anak buahnya Pak Niko, maka dia rela menyerahkan persekutuan ini kepada Pak Niko. Saya sungguh menghargai Pak Julius Ishak akan hal ini.

Setelah itu saya juga ikut seminar di mana-mana, baik di dalam maupun luar negeri. Saya waktu itu Marketing Director sehingga mudah sekali ke luar negeri untuk bekerja sama dengan Perusahaan Luar Negeri. Saya juga buat persekutuan di rumah, lucunya itu persekutuan hamba-hamba Tuhan, baik dari Pantekosta, Protestan, maupun lain-lainnya, semua kumpul di rumah saya selama 4 tahun. Di situ saya dididik, dibentuk, diubah, diberitakan Injil juga sehingga saya lebih mengerti lagi, dan iman saya bangkit hingga akhirnya saya terhisap di GBI Danau Bogor Raya, dan sampai saat ini memimpin Departemen Pengajaran yang bergabung dengan Pusat untuk mendewasakan jemaat atau jiwa-jiwa yang dimenangkan oleh para Penginjil, baik di Jateng, Jatim, Bali, Malaysia, RRT, di mana-mana! Saya selalu ditugaskan membantu Divisi Pengajaran Pusat untuk pergi ke Luar Negeri karena saya paling bebas dan tidak terganggu pekerjaan lainnya. Itulah yang membangkitkan iman saya.

Sebagai penutup, 1 Yohanes 4:9; 16,

Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.

Inilah yang saya pegang sampai saat ini sehingga roh saya terus menyala-nyala melayani Tuhan. Maka itu, janganlah padamkan roh yang menyala-nyala melayani Tuhan, janganlah suam-suam kuku, sehingga roh kita mati karena tidak mau melayani Tuhan ataupun melayani pekerjaan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati.