Article: 20221030/RK: Perbedaan antara revisi
k (upd) |
k (Leo memindahkan halaman Article:20220911/RK ke Article:20221030/RK) |
(Tidak ada perbedaan)
|
Revisi per 31 Oktober 2022 10.25
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 30 Oktober 2022 |
Penulis | Pdt Dr Rudi Darmawan |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.
Di kalangan pengusaha ada istilah bahwa nama baik itu perlu dijaga sampai mati. Hal itu dinasihatkan orang tua kepada anak-anaknya agar mereka menjaga nama baik termasuk nama baik orang tuanya. Ketika seseorang bangkrut, namun masih memiliki nama baik, masih ada harapan, karena teman-temannya akan membantu. Sebaliknya ketika nama baiknya sudah hancur, maka akan sangat sulit mendapat kepercayaan dari orang lain.
Apakah personal branding itu?
Dikenal baik atau buruk oleh orang-orang merupakan sesuatu yang kita kenal saat ini dengan istilah personal branding. Personal branding adalah proses pembentukan persepsi masyarakat terhadap kehidupan seseorang meliputi kepribadian, kemampuan dan nilai dirinya.
Personal branding juga berarti citra yang ditampilkan seseorang secara konsisten secara terus-menerus sehingga menghasilkan persepsi positif dari masyarakat. Misalnya ada seorang pendeta yang suka mengajar mengenai keluarga, lama-kelamaan akan dikenal secara pendeta yang menangani keluarga, sehingga orang yang sedang bermasalah dalam keluarganya tidak ragu untuk datang meminta pertolongan.
Ada juga orang yang dikenal baik atau dermawan karena suka memberikan bantuan. Personal branding orang-orang tersebut sudah dikenal di tengah masyarakat.
Apakah orang percaya perlu memiliki personal branding?
Apa yang terlintas dalam diri kita ketika mendengar nama Daniel? Daud? Ada yang berpikir gua singa, ada juga yang ingat pejabat yang saleh, sebagian akan mengingat seseorang yang handal dalam pekerjaannya, tidak melakukan kelalaian. Orang akan mengingat Daud sebagai raja Israel, Daud dekat dengan Tuhan. Ketika kita dapat mengingat suatu perbuatan atau sikap seseorang, bisa diartikan bahwa orang tersebut sudah memiliki personal branding.
Salomo menulis dalam Amsal 22:1,
- Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.
Nama baik artinya seseorang yang dikenal sebagai orang baik. Ketika seseorang dikenal sebagai orang yang baik dan dapat dipercaya, maka orang lain akan mudah memberikan kepercayaan dalam berbagai hal, misalnya dalam bisnis.
Personal branding yang demikian merupakan hal yang penting dan akan membantu kita dalam menjalani kehidupan yang pada hakikatnya terkoneksi dengan orang-orang. Kita memerlukan kepercayaan dari pihak lain dalam bekerja, berbisnis atau dalam pelayanan. Intinya kita ingin dikenal baik, bekerja dengan baik dan menghasilkan produk yang baik sehingga bisa dipakai oleh masyarakat.
Bagaimana orang percaya membangun personal branding?
Daniel adalah seorang pemuda Yehuda yang ditawan oleh raja Nebukadnezar ke negeri Babel. Daniel memiliki kecakapan dan hikmat Tuhan sehingga dapat bekerja pada raja Babel. Raja yang memerintah Babel berganti-ganti sampai Raja Darius orang Media memerintah, sementara Daniel tetap menjadi wakil raja. Untuk seorang tawanan seperti Daniel, menjadi wakil raja di negara yang menawannya tentu bukan prestasi sembarangan. Itu adalah pencapaian tertinggi yang bisa dilakukan seorang tawanan. Dan Daniel mendapatkan posisi itu karena anugerah Tuhan yang besar.
Dari sisi Daniel pribadi, apa yang dilakukannya sampai mendapat kepercayaan yang begitu besar? Alkitab menyatakan:
- Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya. (Daniel 6:5)
Ternyata pada Daniel tidak didapati kesalahan apapun dalam hal pekerjaannya. Daniel orang yang setia kepada raja dan cermat melakukan semua tanggung jawabnya. Raja Darius puas dengan prestasi kerja Daniel. Ini berarti Daniel memiliki personal branding yang sangat baik.
Bagaimana Daniel, orang buangan dari Yehuda bisa sampai pada titik itu, padahal menjadi wakil raja bukan hal mudah, bahkan untuk orang Babel sendiri?
- Daniel menjaga kekudusan
- Daniel intim dengan Tuhan
- Daniel dipenuhi Roh Tuhan
Ketika masih muda dan baru ditawan ke Babel, Daniel dan teman-temannya diberi makanan dan minum yang membuat mereka tercemar. Daniel meminta agar diberi sayur dan air putih untuk menjaga kekudusan sebagai umat Tuhan. Ini adalah hal yang menyenangkan hati Tuhan.
Dituliskan bahwa Daniel berlutut, berdoa dan memuji Allah tiga kali sehari menghadap ke arah Yerusalem. Ini adalah kehidupan yang intim dengan Tuhan. Orang yang menjalankan pemerintahan seperti Daniel pasti sangat sibuk, namun tetap memberikan waktunya untuk berdoa. Disebutkan juga bahwa hal itu “biasa dilakukannya” - memberikan pengertian bahwa dalam setiap situasi Daniel berdoa, memuji dan menyembah Tuhan. Bandingkan dengan orang yang hanya berdoa ketika menghadapi masalah atau sedang sakit, mereka akan berhenti berdoa ketika sudah sembuh.
Daniel dapat melakukan hal-hal besar karena dipenuhi Roh Tuhan. Ada perkara-perkara yang tidak dapat dilakukan oleh manusia pada umumnya, misalnya mengerti mimpi orang lain, hal itu dapat dilakukannya karena pertolongan Tuhan.
Jadi bagaimana Daniel —dengan tanpa disadarinya— membangun personal branding? Daniel membangunnya dengan cara menghidupi kehidupan yang melekat kepada Tuhan. Daniel tidak secara aktif mempertontonkan dirinya sebagai orang baik, namun dengan menjalankan kehidupan yang menuruti Firman Tuhan. Kita melihat tangan Tuhan yang berkuasa, membuat Daniel dikenal baik dan dipercaya oleh raja Babel. Meskipun situasi zaman Daniel dan kita berbeda, kebenaran Firman tetap sama, kita dapat menerapkan prinsip-prinsip kehidupan Daniel dalam kehidupan zaman sekarang.
Personal branding yang sejati
Rasul Paulus menyatakan dalam 2 Korintus 3:3,
- Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.
Orang percaya adalah surat yang terbuka, artinya semua orang akan membaca hidup kita. Masalahnya adalah apakah yang mereka baca dapat membuat mereka memuliakan Tuhan atau sebaliknya? Hal itu tergantung dari personal branding yang kita miliki.
Tuhan Yesus mengajar bahwa murid-murid adalah terang dunia. Murid-murid tidak boleh berpikir mereka adalah orang-orang gelap. Bersama Tuhan Yesus, kita adalah terang yang seharusnya memberi cahaya kepada orang lain. Ketika terang itu bercahaya di depan orang, membantu mengatasi kegelapan, maka orang-orang akan memuliakan Bapa yang di sorga. Sebagai seorang murid, kita harus menyadari hal itu dan berfungsi sebagai terang, dalam hal ini melakukan perbuatan yang baik.
Personal branding yang sejati adalah apa yang orang lain lihat pada diri kita karena Tuhan sudah menyatakannya lebih dulu kepada kita untuk kita jalani. Dengan setia mengikuti arahan Tuhan, tanpa bermaksud untuk memamerkan kelebihan diri kita, maka Tuhan yang akan melakukannya.
Contoh: Abraham, dia tidak pernah terpikir menjadi bapa orang beriman, bagian yang dilakukannya hanya mengikuti panggilan Tuhan dengan setia. Tuhan yang membuatnya terkenal, Tuhan yang membuatnya menjadi bapa orang beriman.
Setiap kita akan memiliki panggilan masing-masing dan Tuhan menghendaki panggilan itu kita jalani dengan setia dan berhasil. Untuk mencapai ke sana, Tuhan memberikan sebuah gambaran mengenai kita kepada orang-orang yang akan membuat panggilan tersebut berhasil kita lakukan. (RD)