Spiritual legacy
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 06 November 2022 |
Penulis | Pdt Jaliaman Sinaga |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
Spiritual legacy adalah warisan iman yang diberikan oleh satu generasi kepada generasi berikutnya.
Pengertian spiritual legacy
Spiritual legacy adalah warisan iman yang diberikan oleh satu generasi kepada generasi berikutnya. Penyebutan Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, Keluaran 3:6; 4:5 menjelaskan secara implisit bahwa Abraham memiliki spiritual relationship dengan Ishak anaknya, demikian juga dengan Ishak kepada anaknya Yakub. Abraham dikenal sebagai seorang bapa orang beriman, karena langkah-langkah imannya; ia berani meninggalkan negerinya, sanak saudaranya, dari rumah bapanya ke negeri yang dia sendiri belum mengetahuinya. (Kejadian 12:1-4)
Demikian juga ketika Abraham taat saat diuji Allah yang meminta dia mempersembahkan anaknya yang tunggal. (Kejadian 22:1-19)
Abraham mendidik anaknya Ishak melalui iman, sehingga Ishak pun dapat mencontoh dengan baik. Demikian juga dengan Ishak melakukan tindakan iman, sehingga Yakub pun dapat melihat teladan yang hidup melalui kakek dan ayahnya.
Dalam Perjanjian Baru, Paulus menyaksikan kehidupan Timotius yang memiliki iman yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup dalam neneknya Lois dan di dalam ibunya Eunike dan juga hidup dalam diri Timotius. (2 Timotius 1:5)
Dalam teks ini juga mencakup tiga generasi, yaitu nenek Lois yang mengasihi Tuhan mendidik putrinya Eunike untuk juga mencintai Tuhan, dan Timotius juga dididik oleh ibunya Eunike sehingga memiliki iman yang tulus ikhlas.
Pentingnya spiritual legacy
Dalam Perjanjian Lama, spiritual legacy adalah pemuridan berbasis keluarga yang diperintahkan oleh Allah melalui Musa agar setiap kepala keluarga mengajar dan mendidik anak-anak mereka secara berulang-ulang, karena itu hal ini adalah perintah Allah yang harus dilakukan umat-Nya. (Ulangan 6:7)
- Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka, supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang lahir kelak, bangun dan menceritakan kepada anak-anak mereka. (Mazmur 78:5-6)
Dalam Perjanjian Baru gaya hidup jemaat yang pertama juga adalah pemuridan berbasis keluarga, seperti yang dijelaskan dalam Kisah Para Rasul 2:46-47,
- Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah.
- Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Dalam kalimat “mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir” memiliki makna melibatkan seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak, di sinilah terjadi proses mewariskan nilai-nilai rohani juga kepada anak-anak.
Beberapa hal yang bisa kita wariskan
- Iman
- Perjalanan rohani
- Warisan kesaksian hidup
- Mengasihi Tuhan dan takut akan Dia.
- Hubungan dengan Tuhan dan melayani Tuhan.
- Hubungan yang baik dalam keluarga.
- Peduli kepada sesama dan membiasakan diri untuk memberi.
- Memberikan pengampunan.
- Jujur dan dapat dipercaya.
- Hidup yang berdampak kepada komunitas.
Hal itu jelas kelihatan dalam beberapa teks Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. (Ulangan 4:9,6:1-7; Keluaran 10:2, 13:8; Mazmur 78:5-7; Yesaya 38:19; Yoel 1:2-3, Efesus 6:4; 1 Tesalonika 2:11)
Merupakan tanggung jawab orang tua untuk mengajar dan membimbing setiap anak yang Tuhan berikan untuk secepatnya anak dapat mengenal, menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Setelah itu membimbing anak untuk bertumbuh dalam iman.
Setiap pribadi memiliki perjalanan rohani yang berbeda dan unik, namun indah di dalam Tuhan. Bagaimana kepala keluarga dapat mengenal kasih Tuhan Yesus dan pengalaman dalam mengikuti dan melayani Tuhan, menjadi warisan sejarah perjalanan hidup yang berharga bagi anak-anaknya. Demikian juga halnya kisah perjalanan hidup Gembala Sidang GBI Jalan Jendral Gatot Subroto, Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo, yang menerima panggilan untuk melayani sepenuh waktu sebagai pemuji dan penyembah, merupakan orang pertama di Indonesia. Karena ketaatannya kepada tuntunan Tuhan dan hal itu disampaikan, diceritakan secara berulang-ulang sehingga menjadi warisan yang berharga bagi jemaat yang digembalakannya.
Dalam mengikut Tuhan tidak selalu ada dalam kondisi yang menyenangkan, kadang kala Tuhan izinkan berbagai masalah terjadi sebagai pembentukan hidup anak-anak-Nya. Bagaimana orang tua meresponi keadaan yang sulit, bagaimana cara Tuhan memberikan pertolongan, bila hal itu diceritakan kepada anak dapat menjadi warisan yang berharga, karena dapat ditiru oleh anak; baik anak secara jasmani dan anak rohani.
Beberapa hal secara praktis yang perlu diwariskan melalui keteladanan:
Proses mewariskan nilai-nilai spiritual
- Melalui keteladanan
- Melalui membangun mezbah keluarga
- Pertama: Puji-pujian atau penyembahan kepada Allah.
- Kedua: Doa ucapan syukur dan doa syafaat.
- Ketiga: Pembacaan Alkitab, dapat dilanjutkan dengan sharing bersama.
- Memiliki gaya hidup yang takut akan Tuhan.
- Mengakui Allah selaku kepala dan mengukuhkan ayah selaku pemimpin rohani dalam keluarga.
- Meningkatkan kerukunan, rasa keterikatan secara emosi sesama anggota keluarga sehingga tercipta suasana kasih, sukacita dan damai sejahtera.
- Menyediakan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah.
- Mendorong anak untuk belajar mengenal Allah, berdoa, memuji Tuhan dan akrab dengan kebenaran-kebenaran Alkitabiah.
- Mendatangkan berkat-berkat secara rohani dan jasmani. (Mazmur 133; Matius 18:19)
- Menjadi perisai bagi keluarga. (Nehemia 7:3c; Yehezkiel 13:5)
- Menceritakan berulang-ulang
- Menceritakan dari generasi kepada generasi
spiritual legacy membutuhkan waktu dan usaha dari pihak orang tua, kepada anak-anak sejak anak masih kecil. Hal ini membutuhkan keteladanan dari pihak orang tua, karena anak akan lebih gampang mencontoh bila apa yang disampaikan melalui kehidupan sehari-hari, daripada hanya sekedar nasihat-nasihat melalui kata-kata. Hal-hal yang perlu diwariskan di atas, orang tua terlebih dahulu melakukannya.
Mezbah keluarga adalah satu sarana menghadirkan Tuhan dalam keluarga, di mana semua anggota keluarga menyepakati waktu bersama. Mezbah keluarga berarti tempat di mana Allah ditinggikan oleh semua anggota keluarga.
Mezbah keluarga setidak-tidaknya terdiri dari tiga elemen:
Dalam mezbah keluarga, ayah-lah yang bertanggung jawab sebagai imam dalam keluarga.
Berkat-berkat dalam mezbah keluarga:
Perbuatan-perbuatan Tuhan perlu diceritakan kepada anak, karena story telling berdampak luar biasa bagi seorang anak. (Ulangan 6:4-7; Mazmur 78:3-6).
Setiap generasi perlu mewariskan nilai-nilai rohani kepada generasi berikutnya (Mazmur 78:5-64).
Kesimpulan
Spiritual legacy merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh setiap orang tua, melebihi warisan yang bersifat material. Bila hal ini dilakukan orang tua dengan baik, maka setiap anak dalam keluarga akan menerima warisan yang sangat mahal dan berdampak kepada kemuliaan Allah. (JS)
Spiritual legacy adalah warisan iman yang diberikan oleh satu generasi kepada generasi berikutnya. Penyebutan Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, Keluaran 3:6; 4:5 menjelaskan secara implisit bahwa Abraham memiliki spiritual relationship dengan Ishak anaknya, demikian juga dengan Ishak kepada anaknya Yakub.