Article: 20130513/RK: Perbedaan antara revisi
k (upd unified info) |
k (Leo memindahkan halaman Renungan khusus/2013-20 ke Article:20130513/RK) |
(Tidak ada perbedaan)
|
Revisi per 20 November 2020 09.00
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 19 Mei 2013 |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
Kisah Para Rasul 2:1-4, “Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.”
Setelah kita merayakan hari Kenaikan Tuhan Yesus ke surga maka peristiwa penting berikutnya adalah hari Pentakosta. Istilah Pentakosta adalah dari asal kata bahasa Yunani yaitu “pentekoste“ yang artinya adalah hari yang kelima puluh, ada apa dengan hari kelima puluh? Sebelum Yesus naik ke sorga Ia makan bersama dengan murid-murid-Nya dan Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem dan menyuruh mereka tinggal di situ untuk menantikan janji Bapa yaitu Baptisan Roh Kudus. (Kisah 1:4).
Dan benar ketika para murid taat, 10 hari setelah Yesus terangkat ke sorga tepatnya di hari yang kelima puluh setelah kebangkitan Yesus Kristus janji Bapa digenapi; yaitu Roh Kudus dicurahkan dan murid-murid di baptis oleh Roh Kudus. Pentakosta menandai dimulainya gereja sebagai suatu tubuh yang berfungsi melalui pencurahan Roh Kudus. Bagi kehidupan orang percaya hari Pentakosta yang merupakan hari di mana pencurahan Roh Kudus untuk pertama kali terjadi memiliki makna yang sangat penting yaitu:
#1 Memberikan kelahiran baru
Kisah Para Rasul 2:2, “Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk.“ Pada peristiwa Pentakosta, tanda pertama yang muncul adalah angin. Wujud Roh Kudus bukan angin keras melainkan kegerakannya seperti angin keras. Di sini Tuhan ingin mengungkapkan bahwa Roh Kudus yang turun mempunyai kekuatan dan kekuasaan yang luar biasa. Kekuatan dan kekuasaan ini bersama Roh Kudus ada di dalam diri orang percaya. Pada saat pencurahan Roh Kudus, mula-mula terdengar suara angin yang menjadi tanda seperti Adam diberikan hidup jasmani oleh Tuhan demikian juga gereja diberikan kehidupan baru secara rohani (Kisah 2:2, 17:25).
Roh Kudus datang untuk menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Kita semua bertobat serta mengalami kelahiran baru oleh karena karya Roh Kudus di dalam kehidupan kita. Ketika gelombang Roh Kudus melanda Indonesia kita melihat begitu mudahnya seseorang menyadari kehidupannya yang penuh dosa lalu mulai mencari kebenaran dan akhirnya menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadinya.
Suatu hari ada seorang full-timer Pusat GBI Jl. Gatot Subroto naik taxi dari Jakarta menuju SICC Tower-Sentul City, Bogor. Di perjalanan ia berbincang-bincang dengan supir taxi tentang bahaya rokok karena supir taxi tersebut sudah bertahun-tahun kecanduan dan terikat dengan kebiasaan merokok. Setelah staf full-timer menjelaskan secara ilmiah tentang bahayanya merokok bagi kesehatan; dan menurut kitab suci yang diimani oleh si supir taxi; ternyata merokok itu diharamkan. Menyadari bahwa ternyata selama ini ia telah berdosa kepada Allah karena tidak bisa lepas dari rokok, maka staf full-timer tersebut menceritakan tentang siapa Isa Almasih atau Yesus Kristus itu? Bahwa di dalam Dia ada pengampunan dosa dan ada jaminan keselamatan. Lalu apa yang terjadi? Si supir taxi itu berkata: “Pak tolong doakan agar dosa saya diampuni dan hidup saya diberkahi Allah, “ langsung saja tanpa membuang-buang waktu lagi di area parkir SICC staf full-timer membimbing dan mendoakan supir taksi dan saat itu juga ia menerima Isa Almasih atau Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadinya. Haleluya! Karya Roh Kudus sungguh dahsyat dan mengagumkan! Hal-hal yang seperti itulah yang sedang terjadi, ketika Roh Kudus turun dan kuasa-Nya dinyatakan maka manusia menjadi begitu mudah membuka hatinya bagi Yesus. Kuasa Allah yang membangkitkan Yesus adalah kuasa yang sama yang menjadikan kita manusia baru. “Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut.“ (Habakuk 2:14).
#2 Memberikan mandat misi
Kisah 2:3, “Dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.” Tanda kedua yaitu lidah-lidah api seperti nyala api namun mereka tidak terbakar, peristiwa ini mengingatkan saya dengan pengalaman Musa di Keluaran 3:1-6 di mana ia melihat semak duri yang ada nyala apinya namun tidak terbakar dan ini menggambarkan kehadiran Tuhan. Pada saat itu Tuhan memberikan mandat kepada Musa untuk melayani Dia; melepaskan bangsa Israel dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
Peristiwa Pentakosta dengan tanda lidah-lidah seperti nyala api menyatakan kepada gereja-Nya untuk pergi memberitakan Injil dan membebaskan manusia dari penindasan serta perbudakan iblis. Pertanyaannya adalah apa itu berita Injil? Injil adalah kabar baik, apa kabar baiknya? Bahwa semua manusia sudah berdosa, dosa adalah pelanggaran terhadap Firman Tuhan, dosa adalah ketidaktaatan terhadap perintah Tuhan dan upah dosa adalah maut.
Namun karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal yang bernama Yesus supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Jadi jika kita mengaku dengan mulut, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hati, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kita akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut kita mengaku dan diselamatkan. Itulah berita Injil! Mengapa harus Injil yang diberitakan? karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Roma 1:16).
Yesus mencintai semua manusia oleh karena itu Ia ingin agar semua orang diselamatkan. Jadi, memberitakan Injil itu sama dengan menyatakan cintanya Tuhan. Ada konsekuensi ketika kita menyatakan cinta kepada seseorang yaitu diterima atau ditolak cintanya. Ketakutan yang sering muncul di dalam perasaan seorang pria ketika ingin menyatakan cintanya yaitu perasaan takut ditolak. Sebelum Yesus terangkat ke sorga Ia berkata: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah 1:8).
Ketika kita di baptis oleh Roh Kudus maka kita sudah menerima “kuasa” untuk menjadi saksi Kristus. Kata saksi berasal dari kata “Martus” yaitu orang yang mau memberitakan tentang Kristus, memberitakan Injil sekalipun harus menyerahkan nyawanya dan menjadi seorang martir. Yesus berkata: “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.” (Yohanes 15:18-19)
Ketika kita dibenci, ditolak, difitnah oleh karena kita melakukan Firman Tuhan maka kita harus bersyukur sebab itu membuktikan bahwa kita itu betul-betul milik Kristus, oleh karena itu Yesus berkata: "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Matius 5:10). Tanda seorang warga dan ahli waris Kerajaan Sorga adalah rela mengalami aniaya karena Kristus dan percayalah; ketika kita mengalami aniaya maka Kerajaan Sorga tidak akan tinggal diam, Tuhan pasti tolong tepat pada waktu-Nya.
#3 Menyatukan orang percaya
Kisah 2:4, “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.” Pada waktu peristiwa menara Babel (Kejadian 11) manusia ingin bersatu dan meninggikan dirinya akibatnya Tuhan tidak berkenan lalu melalui bahasa maka Tuhan memisahkan bangsa-bangsa. Kejadian 11:7, “Baiklah Kita turun dan mengacau-balaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.” Namun ketika peristiwa Pentakosta murid-murid dibaptis oleh Roh Kudus mereka penuh Roh Kudus dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh kepada mereka untuk mengatakannya. Orang-orang mendengar para Rasul berbicara dalam bahasa dari suku bangsa yang lain (Kisah 2:6-8). Makna rohani bagi kita adalah bahwa pada hari Pentakosta Roh Kudus mempersatukan semua suku dan bangsa, sehingga Roh Kudus yang ada di dalam hati kita telah menjadi pemersatu dan menjadi tanda bahwa kita adalah milik Kristus.
Tanda seorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus adalah akan selalu menjunjung tinggi nilai kebersamaan (unity) karena kebersamaan itu sendiri diinginkan Tuhan Yesus dalam doa-Nya: ”…supaya mereka menjadi satu…” (Yohanes 17:21). Inilah yang menjadi tugas kita untuk mewujudkan kerinduan Tuhan, Tubuh Kristus bersatu di dalam fungsi dan pelayanan. Bagaimana kita menumbuhkembangkan “kebersamaan“ kita dengan mengurangi penonjolan “keakuan? “ Ini menyangkut sikap mental, perilaku dan paradigma, serta membutuhkan waktu.
Mengingat kompleksitas permasalahan bangsa akhir-akhir ini, ditambah makin tipisnya kebersamaan sedangkan musibah serta bencana nasional datang silih berganti maka sudah waktunya ditinggalkan ke-aku-an, kemudian menonjolkan kebersamaan sebagai bangsa yang senasib sepenanggungan. Persoalan yang ada saat ini adalah; banyak orang Kristen sudah tidak perduli lagi satu dengan yang lainnya. Akibatnya kebersamaan sudah tidak terasa lagi, masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri. Event demi event diadakan yang bertemakan kebersamaan atau unity terkesan hanya sebuah slogan saja dan tidak terlihat di dalam keseharian kehidupan bergereja.
Jika di sebuah gereja hanya Gembala dan pengerja saja yang hidupnya berkelimpahan sementara masih banyak jemaat yang hidupnya berkekurangan bahkan tidak bisa bebas alias dililit hutang, berarti ada sesuatu yang belum beres di gereja tersebut, bagaimana dengan rasa kebersamaannya? Bagaimana dengan keperdulian? Atau jika di sebuah kota ada gereja yang berkelimpahan hartanya sehingga bisa mengadakan ibadah ditempat-tempat atau memiliki gedung gereja yang mewah dengan fasilitas yang lux sementara di kota yang sama ada gereja yang tempat ibadahnya sangat memprihatinkan bahkan ada gereja yang tempat ibadahnya ditutup sehingga jemaatnya tidak bisa beribadah dengan baik.
Bukankah Yesus telah berfirman: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:34-35). Lawan dari cinta/kasih adalah benci, benci adalah suatu perasaan “tidak suka“ terhadap sesuatu atau seseorang secara berlebihan. Ketika seseorang membenci sesuatu sebetulnya akan mudah bagi kita untuk mengetahui apa yang sebetulnya ia sukai, namun sikap tidak perduli alias cuek ini yang tidak jelas dan ini adalah sikap yang tidak disukai oleh Tuhan. Wahyu 3:15-16, “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Suam-suam kuku ini adalah suatu sikap yang tidak jelas atau tidak perduli dan tidak perduli ini punya akar yaitu mementingkan diri sendiri, mencari keuntungan diri sendiri.
Penutup
Kehidupan gereja seharusnya adalah kehidupan dari orang-orang yang saling perduli satu sama lain karena sudah menerima kasih Kristus, kasih itu ibarat lem perekat, pipa penyambung, penghilang rasa tawar. Seperti yang terjadi di dalam kehidupan jemaat mula-mula yang saling mengasihi terbukti saling perduli satu dengan yang lainnya sehingga kuasa Roh Kudus bekerja dengan dahsyat. Dampaknya adalah tidak ada seorangpun yang hidupnya pada saat itu berkekurangan dan dikatakan tiap-tiap hari Tuhan menambahkan dengan jiwa-jiwa yang diselamatkan.
Sebagai orang percaya kita harus lebih banyak merenungkan makna hari Pentakosta di mana Roh Kudus telah dicurahkan, supaya unity di dalam tubuh Kristus semakin kuat, Pekabaran Injil semakin gencar dan jiwa-jiwa melihat terang Tuhan maka kita akan melihat transformasi terjadi di bangsa kita Indonesia yang kita cintai. Kiranya Tuhan memberkati kita semua, Amin! (FM)
Sumber
- (FM) (19 Mei 2013). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 24 Mei 2013.
Setelah kita merayakan hari Kenaikan Tuhan Yesus ke surga maka peristiwa penting berikutnya adalah hari Pentakosta. Istilah Pentakosta adalah dari asal kata bahasa Yunani yaitu “pentekoste“ yang artinya adalah hari yang kelima puluh