Kunci pemulihan bangsa-bangsa

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal24 Maret 2013
Sebelumnya
Selanjutnya

Saat ini kita sedang berada di dalam waktu-waktu yang menggairahkan karena gelombang yang baru, yaitu gelombang Roh Kudus sedang melanda Indonesia dan dunia. Gelombang Roh Kudus inilah yang akan berdampak bagi keselamatan jiwa-jiwa.

Hari raya Purim

Agar gelombang Roh Kudus bergerak semakin dahsyat maka kita harus menemukan kuncinya, dan salah satu kunci keselamatan bangsa-bangsa kita temukan dari pesan Firman Tuhan melalui hari raya bangsa Yahudi yaitu hari Raya Purim. Tanggal 24 Februari 2013 yang lalu bangsa Yahudi merayakan hari Raya Purim seperti yang tertulis di dalam kitab Ester 9:20-22, “Maka Mordekhai menuliskan peristiwa itu, lalu mengirimkan surat-surat kepada semua orang Yahudi di seluruh daerah raja Ahasyweros, baik yang dekat baik yang jauh, untuk mewajibkan mereka, supaya tiap-tiap tahun merayakan hari yang keempat belas dan yang kelima belas bulan Adar, karena pada hari-hari itulah orang Yahudi mendapat keamanan terhadap musuhnya dan dalam bulan itulah dukacita mereka berubah menjadi sukacita dan hari perkabungan menjadi hari gembira, dan supaya menjadikan hari-hari itu hari perjamuan dan sukacita dan hari untuk antar-mengantar makanan dan untuk bersedekah kepada orang-orang miskin.“

Purim merupakan pesta atau hari raya Yahudi untuk memperingati pembebasan bangsa Yahudi dari kekaisaran Persia yang hendak membunuh mereka. Pada hari raya Purim bangsa Yahudi juga memperingati bahwa Tuhan sanggup membalikkan keadaan dari dukacita menjadi sukacita, hari perkabungan menjadi hari-hari penuh kegembiraan bahkan memberikan keamanan dari ancaman musuh. Jika kita perhatikan kitab Ester 9 maka kita akan menemukan sekitar 13 pembalikan keadaan yang dilakukan oleh Tuhan. Jika Tuhan pada waktu itu telah membalikkan keadaan bangsa Israel, maka saat ini pembalikan keadaan itu pun bisa saja Tuhan kerjakan dalam hidup kita, pembalikan keadaan ekonomi, pembalikan keadaan keluarga, sekolah, gereja dan lain-lain. Melalui hari raya Purim ini Tuhan memberikan kunci untuk penuaian bangsa-bangsa yaitu: “Memberi sedekah kepada orang-orang miskin.“

Menjadi berkat

Untuk itu perlu kita sadari bahwa Tuhan pasti memiliki tujuan dengan menempatkan kita di bumi Indonesia, yaitu untuk menjadi berkat bagi bangsa ini. Mari kita lihat data yang menunjukkan jumlah orang miskin di Indonesia: Menurut informasi dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2012 mencapai 29, 13 juta orang atau 11, 96 persen (Antara, 2 Juli 2012); padahal kekayaan alam Indonesia seperti:

  • Tanah dan segala yang dapat diusahakan di atas tanah misalnya pertanian perkebunan peternakan dan perikanan.
  • Bahan tambang yaitu bahan yang terdapat dalam tanah seperti minyak bumi, batu bara, besi, tembaga, nikel, timah, dan sebagainya.
  • Kekayaan alam yang ada di laut seperti ikan, udang, mutiara, rumput laut, garam, dll
  • Keindahan alam seperti pasir putih, danau, lembah, gunung, air terjun, hutan, dll
  • Hasil pertanian di Indonesia: padi (beras), jagung, ubi kayu, kedelai, kacang tanah.
  • Hasil perkebunan: tebu, tembakau, teh, kopi, karet, kelapa, kelapa sawit, coklat, pala, cengkeh, dan lain-lain.

Semuanya tersedia dengan berlimpah-limpah.

Tapi mengapa begitu banyak orang yang hidup miskin di negeri yang sekaya ini? Sementara itu menurut Harian Kompas, Rabu 27 Februari 2013, jumlah devisa yang dibelanjakan oleh orang Indonesia khusus untuk berobat ke Singapura (belum termasuk ke negara-negara lain) di tahun 2012 saja jumlahnya mencapai Rp 7,2 Triliun atau 750 juta dollar AS sehingga bisa disimpulkan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang kaya.

Dan dampak dari kemiskinan serta jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin yang semakin lebar antara lain adalah merebaknya:

  • Tindak kejahatan,
  • Pelacuran di mana-mana,
  • Gizi anak yang buruk, sehingga 25% anak Indonesia mengalami hambatan pertumbuhan; sementara Malaysia hanya 6 persen (TRIBUNnews.com-Sabtu, 26 Januari 2013). Gizi yang rendah tersebut terkait harga dan daya beli rakyat, yang jika tidak cepat diatasi maka efeknya buruk sekali. Anak Indonesia rawan cacat mental, degradasi IQ, mudah terserang penyakit menular, rendahnya produktivitas, dan besarnya resiko kematian.

Hidup dalam kasih Kristus

Jika kita sudah membaca data tersebut lalu bagaimana perasaan kita masing-masing? Apakah hati kita tergerak oleh belas kasihan? Dan kita mulai berdoa untuk meminta hikmat dari Tuhan setelah itu mulai melangkah memberi sedekah untuk orang miskin? Jika itu yang kita lakukan maka barulah kita pantas disebut sebagai pengikut Yesus Kristus karena memberi sedekah kepada orang miskin itu merupakan tindakan nyata dari seseorang yang dipenuhi oleh kasih Kristus dan gaya hidup warga Kerajaan Sorga.

Jika kita bisa makan makanan yang enak, mengenakan pakaian dari perancang mode terkenal, mengendarai mobil, seharusnya hati kita tergerak oleh belas kasihan untuk menolong orang miskin dan sengsara. Yesus berkata di Yohanes 15:17, “Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.” Kasih itu memberi termasuk memberi bahu kita untuk turut memikul beban orang lain.

Di dalam kitab Kejadian 49:14-15 ada tertulis: “Isakhar adalah seperti keledai yang kuat tulangnya, yang meniarap diapit bebannya, ketika dilihatnya, bahwa perhentian itu baik dan negeri itu permai, maka disendengkannyalah bahunya untuk memikul, lalu menjadi budak rodi.”

Perawakan Isakhar itu tidak tinggi besar namun ia bersedia memberikan bahunya untuk memikul beban; seperti seekor keledai yang badannya tidak sebesar kuda Arab namun sering dipakai untuk membawa barang dengan beban yang cukup berat. Lalu apa upah yang diterima oleh Isakhar? Ulangan 33:18-19, tentang Zebulon ia berkata: “Bersukacitalah, hai Zebulon, atas perjalanan-perjalananmu, dan engkau pun, hai Isakhar, atas kemah-kemahmu. Bangsa-bangsa akan dipanggil mereka datang ke gunung; di sanalah mereka akan mempersembahkan korban sembelihan yang benar, sebab mereka akan mengisap kelimpahan laut dan harta yang terpendam di dalam pasir.”

Peran serta gereja

Ketika gereja mau memberikan bahunya untuk memikul beban bangsa ini yaitu membebaskan bangsanya dari kemiskinan dengan cara memberi bantuan kepada orang miskin, maka percayalah Tuhan akan memakai gereja-Nya membawa bangsa-bangsa naik ke atas gunung Tuhan untuk memberi persembahan yang benar di hadapan Tuhan.

Bangsa-bangsa akan melihat Kemuliaan Tuhan dan percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia bukan karena gedung gerejanya yang megah disertai dengan alat musik dan sound system yang berkualitas tinggi, juga bukan karena hamba-hamba Tuhannya berpenampilan glamour ditambah sekali-sekali mengadakan mujizat; melainkan justru ketika gereja-Nya melakukan kehendak Bapa di surga yaitu memperhatikan dan menolong orang yang miskin.

Untuk mengambil bagian dalam penuaian bangsa-bangsa, kita tidak harus menunggu sampai aset gereja menjadi besar dengan nilai milyaran bahkan trilyunan, namun cukup dengan hati yang besar yang dipenuhi oleh kasih Kristus maka seberapapun berkat yang Tuhan berikan itu akan membuat gereja-Nya tidak hidup hanya memikirkan dirinya sendiri tapi memikirkan orang lain juga supaya nama Tuhan dimuliakan.

Peran serta kita

Puji Tuhan di wadah kita GBI Jalan Gatot Subroto yang berada di Indonesia ada ribuan kelompok COOL, marilah kita mulai bergerak dengan memperhatikan lingkungan di mana kita tinggal dan melakukan seperti yang Tuhan Yesus lakukan: “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.” (Matius 9:35).

Selain kita melakukan doa keliling di wilayah kita, mari kita juga berkeliling untuk melenyapkan segala kelemahan ekonomi dengan cara memberi bantuan kepada orang miskin yang berada di wilayah kita masing-masing dan mengangkat derajat hidup mereka sehingga mereka bisa merasakan kasih dan melihat terang Tuhan yang ajaib.

Kondisi yang ada adalah masih banyak orang Kristen ragu-ragu untuk memberi kepada orang miskin, mereka lebih suka memberi kepada orang kaya atau pejabat karena berharap “sesuatu“ dari manusia. Ketahuilah bahwa berharap kepada manusia bisa mengecewakan namun berharap kepada Tuhan tidak akan pernah mengecewakan, Tuhan tidak pernah berhutang terbukti bahwa firman-Nya menyatakan: “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.” (Amsal 19:17). Dengan demikian kita tidak perlu takut kekurangan, karena ketika yang kuat ekonominya membantu yang lemah maka akan ada kesimbangan bukan kemiskinan atau kesengsaraan (2 Korintus 8:13-14). Yang pasti kita harus memberi dengan sukacita sebagai bukti kita mengasihi Tuhan dan sesama maka kita akan mengalami 2 Korintus 9:7-8, “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.“

Entering the next level itu juga berbicara kehidupan kita yang berubah dari yang mungkin dulunya menjadi beban orang lain tapi sekarang naik ke level yang lebih tinggi dengan mau memberikan bahunya untuk memikul beban orang lain bahkan bersedia memikul beban bangsa ini sehingga orang miskin di bangsa ini akan semakin berkurang dan semakin bertambah banyak bangsa-bangsa yang akan naik ke gunung Tuhan untuk mempersembahkan persembahan yang benar di hadapan Tuhan lalu seperti yang dijanjikan-Nya bahwa Tuhan akan menganugerahkan keamanan, dukacita diubahkan-Nya menjadi sukacita, hari perkabungan menjadi hari-hari yang penuh dengan kegembiraan, gelombang Roh Kudus akan semakin dahsyat dan transformasi pasti terjadi!

Haleluya! Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Sumber

  • (FM) (24 Maret 2013). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 09 April 2013.