Learning, doing, teaching
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 21 Juli 2013 |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
“Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel.” (Ezra 7:10)
Ezra adalah seorang Imam dan Ahli Kitab yang mahir dalam hukum Musa dan sangat diingat karena pembacaan Taurat yang dilakukannya di hadapan masyarakat sesudah pembuangan dan kebangunan rohani yang membawa pembaharuan dalam berbagai aspek kehidupan umat Israel. Akibat langsung dari pembaharuan tersebut adalah terjadinya perubahan struktur dari masyarakat Ibrani pada masa pasca pembuangan. Identitas Israel sebagai umat Allah mengambil suatu dimensi baru pada waktu Bait Suci dan Imam menggantikan negara dan raja sebagai lembaga-lembaga yang mengokohkan dan menstabilkan masyarakat Ibrani.
Taurat Musa menjadi landasan hidup untuk penataan kembali sistem masyarakat yang bersifat keimaman. Berbagai kebijakan di bidang agama, sosial dan ekonomi ditetapkan berdasarkan Taurat. Hal ini membawa orientasi baru terhadap “kekhususan” dan “pemisahan diri” umat Ibrani dari orang-orang bukan Yahudi dan sistem dunia yang cemar. Ezra tidak berkesempatan melayani Allah sebagai imam di Babilon. Meskipun ia memiliki garis keturunan langsung dari Harun untuk menjadi seorang imam besar, namun lingkungan tidak memungkinkan untuk melakukan itu. Keadaan demikian tidak membuat dia menjadi buta Alkitab, sebaliknya menjadi seorang ahli Alkitab. Catatan penting bagi umat Tuhan masa kini adalah “kerinduan membaca Alkitab bukan terpelihara karena adanya pelayanan, akan tetapi terpelihara karena persekutuan kita dengan Tuhan yang tak akan dipuaskan dengan hanya melayani.”
Hal pertama dan utama
Kesempatan pelayanan yang tidak diperoleh di Babilon, terbuka bagi Ezra ketika pulang ke negerinya, yaitu melayani di Bait Allah. Bangsa yang menuju pada pembaharuan itu memerlukan sesuatu yang sangat mutlak yang harus ada dan pertama, yaitu pengajaran firman Tuhan. Namun sebelum pembaharuan tersebut dimulai, pemimpin haruslah mempunyai prioritas yang utama, yaitu bahwa ia harus menyelidiki dan melakukan dan mengajarkan firman Tuhan dalam kehidupannya.
Setiap orang yang mengajar dan menyaksikan kebenaran firman Tuhan, harus lebih dahulu membaca, memahami, dan menerapkannya dalam hidupnya sebagai rangkaian penting pengajaran dalam kehidupannya. Ia meneguhkan hati untuk menyelidiki, melakukan dan mengajarkannya. Ezra adalah salah satu ahli kitab terbaik. Ia telah belajar, baik dari para ahli-ahli kitab terdahulu maupun dari bapak-bapak rohani bangsanya. Ketika mereka di tempat pembuangan, dikatakan bahwa Ezra meneguhkan hati untuk tiga hal. Kini ia tidak harus menunggu orang lain menginstruksikan sesuatu kepadanya untuk dilakukan; kini ia tidak menunggu para guru untuk mengajarkan Taurat kepadanya; kini ia tidak mencari tokoh atau figur yang akan menjadi teladan baginya dalam menyelidiki, melakukan dan mengajarkan Taurat. Kini ia meneguhkan hati, mengambil keputusan dan membuat komitmen. Pertama-tama ia lakukan semua itu bukan untuk orang lain, ia menyelidiki Taurat bukan untuk orang lain yang merupakan next priority. Yang pertama dan terutama adalah untuk dirinya, keluarganya barulah bangsanya. Karena itu, Ezra:
#1 Fokus mempelajari Taurat
Langkah pertama yang dilakukan Ezra adalah menyelidiki Taurat Musa untuk membangun dasar iman, dasar tindakan, dan dasar pengajaran bagi dirinya, keluarganya dan bangsanya. Ini berarti ia seorang pengajar yang baik, guru yang baik. Ia tidak mau dan tidak ingin asal bicara kepada keluarga dan bangsanya. Sebab jatuh bangunnya sebuah bangsa ada pada pandangan hidup, pengajaran yang dipegang, ideologi yang dipegang. Ia tahu bahwa Taurat adalah dasar dan fondasi pengajaran di mana Israel akan dibangun dan menjadi bangsa besar dan kuat. Untuk mencapai itu ia meneguhkan hati menyelidiki Taurat. Menemukan apa yang sesungguhnya diinginkan Tuhan. Sebab di dalam Ulangan 6:4, dikatakan: “shama yisrael elahenu echad” (“dengarlah Israel, Allah kita esa.”) Satu panggilan untuk datang kepada Allah, suatu maklumat untuk menjadikan YHWH sebagai dasar pengajaran jika Israel ingin menjadi kuat, besar dan tetap bertahan di bumi.
#2 Fokus menerapkan Taurat
Langkah kedua yang dilakukan Ezra adalah melakukan. Ezra yakin bahwa ketika Taurat itu ia buat menjadi hidup dalam tindakannya, maka tidak sulit baginya untuk mempengaruhi orang lain. Ia bisa mempengaruhi bangsanya.
- Hal ini juga dilakukan Paulus, Paulus berkata, teladanilah aku.
- Terutama Yesus, Yesus berkata makanan-Ku ialah melakukan kehendak Bapa. Kehendak Yesus adalah mengasihi, menyelidiki Taurat, melakukan Taurat dan mengajarkannya.
Ezra tahu bahwa tidak hanya berada pada level menyelidiki, namun harus naik level untuk menjadi pelaku. Ia tahu bahwa cara terbaik untuk mempengaruhi bangsanya adalah dengan melatih dirinya melakukan kebenaran maka bangsanya akan melihat dan melakukan.
#3 Fokus mengajarkan Taurat
Ezra tidak hanya menyelidiki, melakukan namun ia mau mengajarkannya. Menyampaikan kepada bangsanya berulang-ulang kali. Mengingatkan bangsanya tentang kebaikan Tuhan, kasih Tuhan. Dari Ezra 7:10, kita mengerti bahwa ada tiga level yang dilalui oleh Ezra untuk menjadi orang percaya yang kuat yakni LDT (Learning, Doing, Teaching). Sebagai orang percaya, tiga level ini harus menjadi kewajiban bagi kita untuk diterapkan.
Penutup
Di level mana Anda saat ini, Penyelidik, Pelaku, ataukah Pengajar? Tidak, ini bukan sesuatu yang hirarkis melainkan sebuah “circle atau lingkaran”. Dimulai dari menyelidiki, melakukan dan mengajarkan. Ini merupakan proses seumur hidup. Apakah Anda belum menerapkan cara hidup gaya Ezra? Apakah Anda belum mencapai level yang dilakukan Ezra? Lakukan sekarang!
Sumber
- [NB] (21 Juli 2024). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 23 Juli 2013.