Article: 20100517/RK: Perbedaan antara revisi
k (Penggantian teks - "| isi= " menjadi "| content= ") |
k (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=") |
||
Baris 2: | Baris 2: | ||
| namespace= Article | | namespace= Article | ||
| pagename= 20100517/RK | | pagename= 20100517/RK | ||
| | | title= Hari Pentakosta | ||
| tahun = 2010 | | tahun = 2010 | ||
| minggu = 20 | | minggu = 20 |
Revisi per 24 November 2022 03.02
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 21 Mei 2010 |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
Apakah itu hari Pentakosta?
Pentingkah itu bagi orang Kristen?
Jika penting, sejauh mana hal itu penting?
Pentingnya hari Pentakosta tersebut dapat dilihat dari penegasan Yesus pada Kisah Para Rasul 1:4-5. Pada ayat tersebut Tuhan Yesus, di satu pihak melarang rasul-rasul pergi meninggalkan Yerusalem.
Di pihak lain, rasul-rasul diperintahkan untuk "menantikan janji Bapa."
Mengapa? Bukankah dari segi pengetahuan dan pengalaman, rasul-rasul telah mengenal siapa Yesus sesungguhnya dan telah hidup bersama-Nya selama kira-kira tiga tahun?
Ditinjau dari segi waktu, apakah tidak sebaiknya mereka segera pergi ke seluruh dunia untuk mengabarkan kabar baik itu sebagaimana tertulis dalam Matius 28?
Benar, rasul-rasul telah mengenal dan hidup bersama Yesus. Mereka tidak sekedar memiliki pengetahuan teoritis tentang Yesus. Mereka perlu segera pergi mengabarkan kabar baik itu. Namun demikian, Yesus melarang mereka, karena semua pengetahuan dan pengalaman itu harus disertai dengan hadirnya Roh Kudus dalam diri mereka.
Hal itu ditegaskan Tuhan Yesus pada Kisah Para Rasul 1:8 "Kamu akan menerima KUASA KALAU ROH KUDUS TURUN KE ATAS KAMU. Dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem ... sampai ke ujung bumi."
Itulah sebabnya mereka diperintahkan untuk menantikan janji Bapa akan turunnya Roh Kudus di hari Pentakosta.
Pernyataan Tuhan Yesus tersebut sangat penting buat kita semua yang mengaku sebagai orang Kristen.
Pertama, kita perlu menghayati kebenaran ini: Kekristenan tidak dapat dipisahkan dari pengalaman hidup bersama Roh Kudus.
Alkitab bahkan menegaskan bahwa sesungguhnya, hidup baru di dalam Kristus adalah hidup di DALAM dan DIPIMPIN Roh Kudus. Hal ini secara jelas dan tegas diuraikan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma (Roma pasal 8).
Rasul Paulus menegaskan bahwa tanpa Roh Kristus, seseorang bukan milik Kristus (Roma 8:9b), dan anak-anak Allah harus dipimpin oleh Roh Allah (Roma 8:14).
Jika kita memahami doktrin manusia sebagaimana ditegaskan oleh rasul Paulus, maka kita akan melihat kemustahilan manusia untuk hidup benar dari dirinya sendiri. Setelah kejatuhan manusia dalam dosa (Kejadian 3), Rasul Paulus menggambarkan manusia dalam kondisi yang sangat mengerikan dan tidak ada harapan. Manusia bukan saja berdosa, tetapi diperbudak oleh dosa.
Dalam keadaan seperti ini, Alkitab menjelaskan bahwa manusia yang berbuat dosa, sebenarnya bukan karena dia tidak tahu bahwa hal itu adalah dosa. Juga bukan karena tidak memiliki kerinduan atau keinginan untuk hidup benar. Seringkali kita menemukan adanya orang-orang yang bergumul dengan kebiasaan-kebiasaan jeleknya, seperti keinginan terlepas dari perjudian, percabulan, perzinahan, merokok, narkoba, dan lain-lain.
Namun, masalah utama yang mereka hadapi adalah ketidakberdayaan melawan kuasa dosa yang ada DI DALAM diri mereka. MAU, TAPI TIDAK MAMPU. Itulah sebabnya, jika kita mengalami pergumulan seperti itu, kita bersyukur karena ada Roh Kudus yang melepaskan kita dari segala perbudakan dosa tersebut. Paulus menyerukan: "Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu ..." (Roma 8:1).
Sama seperti umat Allah di Perjanjian Lama dengan penuh sukacita merayakan hari Pentakosta atas terlepasnya mereka dari perbudakan Firaun di Mesir, demikian juga umat Allah di Perjanjian Baru dengan penuh sukacita dan syukur kepada Allah merayakan hari kelepasan dari perbudakan dosa.
Kiranya kita semua bersorak sorai, penuh sukacita karena hidup kita yang dimerdekakan, hidup yang terus menerus dibaharui, hidup yang bertumbuh semakin dewasa di dalam Yesus. Bukankah hidup seperti itu merupakan ciri kekristenan yang sejati dan tidak dapat dibantah? Tapi, jika kita masih dibelenggu dosa-dosa tertentu, tidak mengalami kemerdekaan dan kelepasan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, apa artinya hari raya Pentakosta tersebut? Selanjutnya, kita juga membaca penegasan Yesus yang sangat penting, yaitu turunnya Roh Kudus di hari Pentakosta dikaitkan dengan KUASA UNTUK MENJADI SAKSI.
"Dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, Yudea dan Samaria sampai ke ujung bumi" (Kisah Para Rasul 1:8).
Kita dengan pasti dapat melihat bukti yang nyata dari kehidupan seseorang yang dipenuhi Roh Kudus, yang dapat dilihat dari berbagai hal antara lain; kerinduannya untuk hidup kudus, memuji dan memuliakan Tuhan, menjadi berkat bagi sesama dan bersaksi bagi Yesus, sebagaimana kita baca dalam penegasan Tuhan Yesus pada Kisah Para Rasul 1:8 tersebut di atas.
Tugas menjadi saksi tersebut tentu sangat penting. Terlebih lagi, menjadi saksi bagi Yesus, sang Juruselamat dunia, yang di dalam kasih dan kerendahan hati-Nya menyerahkan diri-Nya bagi umat berdosa. Rasul-rasul diberi hak istimewa untuk menjadi saksi bagi Yesus. Itu berarti mereka dituntut untuk mengatakan apa yang mereka dengar, lihat dan alami tentang Yesus.
Tugas menjadi saksi tersebut sangat berat, penuh resiko dan menuntut harga, termasuk ancaman nyawa!!!!! Karena itu, kehadiran Roh Kudus dalam diri setiap saksi sangat mutlak, bukan saja untuk meneguhkan dan memberi keberanian kepada saksi, tapi juga supaya orang yang mendengar kesaksian tersebut dapat diyakinkan (Yohanes 16:8).
Dan benar, dengan kuasa dari Roh Kudus tersebut, ketaatan dan kesetiaan para rasul menghasilkan buah, di mana jumlah murid dan orang yang percaya kepada Yesus berkembang dengan sangat cepat. Lukas mencoba memberikan data statistik di mana dimulai dengan 120 orang (Kisah Para rasul 1:15), lalu setelah Petrus khotbah pada hari Pentakosta menjadi 3.000 orang (Kisah Para Rasul 2:41), meningkat 5.000 orang (Kisah Para Rasul 4:4). Jumlah di atas merupakan jumlah terakhir yang diberikan oleh Lukas, karena selanjutnya, kita hanya menemukan istilah "jumlah murid makin bertambah ..." (Kisah Para Rasul 6:1a).
Kenyataan tersebut penting untuk kita renungkan, agar kita tidak menganggap bahwa misi untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia seolah-olah sesuatu mimpi, yang tidak akan mungkin terjadi. Misi itu adalah misi Allah sendiri. Karena itu, Dia mampu melakukan apa yang diperintahkan-Nya melalui hamba-hamba-Nya yang taat dan berserah penuh kepada-Nya.
Masalahnya, apakah ketaatan dan penyerahan kita kepada-Nya sudah mencerminkan hidup seseorang yang dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus?
Inilah waktunya bagi setiap kita untuk memberikan jawaban atas pertanyaan itu!!!
Tuhan Yesus Kristus memberkati.
Sumber
- AH (21 Mei 2010). GBI Jalan Gatot Subroto.