Article: 20210822/RK: Perbedaan antara revisi
k Penggantian teks - "| judul=" menjadi "| title=" |
k Penggantian teks - "| ilustrasi =" menjadi "| illustration1x1 = | illustration16x9 =" |
||
Baris 23: | Baris 23: | ||
| DaysAllowedToPublishBeforeArticleDate = 2 | | DaysAllowedToPublishBeforeArticleDate = 2 | ||
| | | illustration1x1 = | ||
| illustration16x9 = Background_2021_The_Year_of_Integrity.jpg<!--MorningDevotion.jpg--> | |||
| ringkasan = <!-- Untuk ditampilkan di Halaman Utama --> | | ringkasan = <!-- Untuk ditampilkan di Halaman Utama --> |
Revisi per 13 November 2022 15.06
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 22 Agustus 2021 |
Penulis | Pdm Dr Dony Lubianto, Mth |
Voice of Pentecost | Voice of Pentecost 56 (Jeremy Putra Budi Salenusa) |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”
Kemerdekaan adalah sebuah keadaan bebas dari penjajahan, perhambaan dan sebagainya. Inilah yang diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 yang mewakili Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa dan negara yang merdeka.
Kemerdekaan tentunya bukan sekedar hasil usaha satu atau dua orang pribadi, bukan juga sekedar satu atau dua golongan semata, melainkan seluruh aspek dan golongan yang ada di bangsa ini, termasuk umat Kristiani (Kristen dan Katolik).
Sebut saja beberapa nama seperti Martha Christina Tiahahu, Agustinus Adisucipto, Herman Johannes, Jamin Ginting, John Lie, Robert Wolter Monginsidi, Sam Ratulangi, Yos Sudarso, Urip Sumoharjo, Tahi Bonar Simatupang dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya. Hal ini membuktikan bahwa umat Tuhan bukan sekedar ‘berpangku tangan’ dan menikmati alam kemerdekaan, melainkan turut serta dalam perjuangan dengan seluruh elemen bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Hari ini, tujuh puluh enam tahun kita menikmati kemerdekaan. Sekalipun disertai dengan tantangan dari dalam akibat rongrongan pihak-pihak tertentu yang berupaya menanamkan faham dan idealisme mereka yang bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, atau kelompok-kelompok tertentu yang ingin mengeruk keuntungan, kita tetap melihat Indonesia terus membangun dan bergerak menuju negara maju, bahkan adidaya.
Jika di masa lalu kita melihat bukti sejarah peran yang signifikan dari umat Tuhan di masa perjuangan kemerdekaan, bagaimana dengan masa sekarang ini? Peranan apakah yang dilakukan umat Tuhan dalam perjuangan mengisi kemerdekaan?
Salah satu jawaban atas pertanyaan tersebut di atas adalah dengan cara bersinergi dengan pemerintah. 'Sinergi' berasal dari bahasa Yunani synergos yang berarti rekan sekerja. 'Sinergi' adalah suatu bentuk dari sebuah proses atau interaksi yang menghasilkan suatu kombinasi yang harmonis sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang optimum.
Ada empat hal yang perlu kita perhatikan dalam hal bersinergi dengan pemerintah:
- Diawali dengan kesadaran bahwa pemerintahan itu berasal dari Allah
- Diawali dengan mendoakan pemerintah
- “Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita...” (1 Timotius 2:1-3)
- Memenuhi kewajiban-kewajiban kita sebagai warga negara
- Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"
- Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.
- Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar."
- Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
- (Matius 22:17-21)
- Melakukan investasi di dalam negeri sendiri
Kita tidak lagi dapat menghitung sudah berapa banyak narasi yang dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu yang kontra dengan pemerintah, baik narasi cetak, lisan maupun digital yang berupaya untuk menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja dan program pemerintah, ambil contoh yang mudah dan di depan mata kita adalah terkait penanganan COVID-19 dan program vaksinasi.
Segala macam bentuk hoaks beredar demikian cepat di media-media sosial sehingga mengakibatkan ‘kebodohan berjamaah’ masyarakat yang termakan hoaks; di mana sampai hari ini masih ada orang yang percaya bahwa COVID-19 itu tidak ada, dan menolak vaksinasi.
Sebagai orang Kristen tentu kita jangan sampai mengikuti jejak mereka. Kita perlu bersinergi, bekerja bersama-sama mendukung program pemerintah, jika kita percaya bahwa pemerintahan itu berasal dari Allah. (Roma 13:1)
Ingatlah bahwa pemerintah bukan musuh kita! Pemerintah dan kita memiliki tujuan yang sama, yakni kesejahteraan rakyat. (Yeremia 29:7)
Sebagian dari kita mungkin bertanya, “Saya bukan pemilik modal besar, saya tidak bergerak dalam sektor industri, hanya seorang pegawai biasa. Bagaimana saya dapat bersinergi dengan Pemerintah?” Siapapun kita, apapun jenis pekerjaan dan usaha kita, semua dapat bersinergi dengan pemerintah dalam mengisi pembangunan. Ada tiga cara yang pasti dapat dilakukan oleh semua orang percaya, yakni: berdoa, berdoa dan berdoa!
Jangan pernah jemu berdoa bagi bangsa dan negara serta pemerintah. Justru di masa-masa yang genting seperti inilah kita semakin gencar, tekun dan semangat mendoakan pemerintah dalam perang melawan penyakit COVID-19 serta resesi ekonomi secara global yang merupakan salah satu dampak langsung yang dialami akibat pandemi yang sudah berlangsung sejak Maret 2020 yang lalu.
Berapa banyak dana yang telah dikucurkan pemerintah dalam menanggulangi pandemi COVID, yang seharusnya dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan baik infrastruktur, sumber daya manusia, sumber daya alam dan yang lainnya.
Kita percaya bahwa setiap doa-doa kita bagi bangsa, negara dan pemerintah yang kita naikkan kepada Bapa di Sorga tidak akan pernah sia-sia. Doa-doa umat Tuhan terbukti telah berkali-kali meloloskan bangsa Indonesia dari prediksi dan ancaman menjadi negara yang kolaps dan bangkrut, akibat resesi ekonomi. Kita mempertahankan bangsa Indonesia dengan doa-doa kita.
Dalam Alkitab kita mendapati sebuah ajaran Tuhan Yesus yang sangat menarik tentang kewajiban kita terhadap pemerintah.
Pemerintah dalam membangun bangsa dan mewujudkan kesejahteraan rakyatnya tentu membutuhkan dana yang besar untuk pembangunan, dan salah satu sumber pendapatan yang besar adalah pembayaran pajak. Tidak patut bagi umat Tuhan yang taat kepada Tuhan, tetapi melarikan diri dari kewajiban membayar pajak atau malahan menjadi pengemplang pajak.
Ajaran Tuhan Yesus sederhana, berikan kepada Allah apa yang menjadi milik Allah, dan berikan kepada Kaisar (baca: pemerintah) apa yang wajib kita berikan kepada pemerintah.
Dengan taat membayar pajak kita sedang bersinergi dengan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional.
Selain dari pendapatan pajak, modal pembangunan juga diperoleh pemerintah dari investasi (penanaman modal). Banyak negara maju (superpower) memodali pembangunan dan industri melalui investasi warga negaranya di dalam pasar modal. Sedangkan pendanaan pembangunan di Indonesia sampai hari ini paling banyak berasal dari sektor perbankan. Pemerintah sedang mendorong warga negara Indonesia untuk melakukan investasi. Itu sebabnya sekarang ini kita menemukan banyak sekali aplikasi-aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk melakukan investasi; bahkan dengan modal awal yang sangat kecil dan dapat dijangkau oleh semua kalangan.
Tentunya motivasi yang benar dalam berinvestasi adalah mengembangkan sumber daya yang telah dipercayakan Tuhan, bukan hanya mencari keuntungan besar dalam waktu singkat yang dapat membuat seseorang lupa berdoa dan bersekutu dengan Tuhan.
Tanpa disadari, lewat investasi kita turut serta membiayai pembangunan di sektor infrastruktur dan industri lainnya melalui modal yang ditaruh masyarakat di pasar modal atau surat berharga yang dikeluarkan negara, di mana tentunya hasil investasi tersebut dapat dituai di masa depan. (DL)
Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:
biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya,
ia menyediakan rotinya di musim panas,
dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.
“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” (Yeremia 29:7)