Hati anak

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Hati anak
Logo Cool.png
Suplemen Diskusi COOL
PeriodeDesember 2010
MingguIII (2010-50)
Sebelumnya
    Selanjutnya
      Unduh PDF
      “Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak kedatangan Anak Manusia.” (Matius 24:37)
      Pesan Tuhan yang sangat kuat hari-hari ini seperti kita ketahui adalah bahwa Ia akan segera datang. Allah juga memberi gambaran bahwa menjelang kedatangan-Nya, keadaan dunia adalah sebagaimana keadaan pada zaman Nuh. Bagaimanakah zaman Nuh? Kita tahu dalam Kejadian 6 sampai 8 dijelaskan bahwa keadaan manusia pada waktu sebelum air bah adalah penuh dengan dosa yang sampai membuat Tuhan mengambil keputusan untuk menghukum manusia dengan air bah. Semua dimusnahkan kecuali Nuh dan keluarganya. Kita semua familiar dengan kisah ini. Namun kisah Nuh tidaklah berakhir dengan peristiwa air bah dan bahteranya kandas di Ararat. Kisah Nuh dan keluarganya selanjutnya pun harus kita pelajari dan kita ambil hikmahnya.

      Dalam Kejadian 8:18-27, kita dapatkan bahwa Nuh adalah pengusaha anggur pertama di dunia. Ketika ia mabuk karena anggur, Nuh –entah sadar atau tidak– mabuk dalam keadaan telanjang. Salah seorang anak Nuh yaitu Ham melihat peristiwa ini. Bukannya berlaku hormat atau menolong ayahnya, Ham malah membual dan menceritakan apa yang terjadi kepada kedua saudara, yaitu Sem dan Yafet. Sem dan Yafet mengambil sikap berbeda: sembari berjalan ke belakang (sikap hormat tidak melihat ketelanjangan ayah mereka), mereka membawa kain untuk menolong dan menutupi ayah mereka. Ketika Nuh sadar, maka ia mengutuk Ham dan memberkati Sem-Yafet.

      Apa yang dapat kita pelajari di sini?

      1. Milikilah hati anak, yaitu hormat dan taat kepada ayah/orang tua walaupun mungkin ayah/orang tua kita tidak sempurna.
        Tuhan yang kita sembah adalah Allah yang pengasih. Tetapi Ia juga Allah yang adil. Ia akan memberkati mereka yang turut firman dan perintah-Nya, tetapi Ia juga bisa mengizinkan kutuk berlaku untuk orang-orang hidup di luar kehendak-Nya. Adalah hukum Tuhan bahwa setiap anak menunjukkan dan bersikap respek atau hormat kepada ayah/orang tuanya, walaupun mungkin ayah/orang tua kita tidak sempurna. Ingatlah akan hal ini: sikap kita kepada ayah/orang tua kita adalah cerminan sikap kita kepada Allah Bapa di Sorga. Ham menunjukkan sikap yang tidak hormat, itulah sebabnya Bapa mengizinkan kutuk Nuh berlaku atas Ham. Sebaliknya Sem dan Yafet menunjukkan sikap hormat kepada Nuh, maka Bapa menurunkan berkat kepada mereka berdua. Hormat kepada orang tua mendatangkan berkat.
        Gembala Jemaat/Pembina kita mengatakan, mungkin salah satu mengapa Tuhan mengizinkan goncangan melanda Indonesia adalah karena bangsa ini tidak hormat kepada ayah/orang tuanya. Perhatikanlah media-media massa dan hiburan yang ditayangkan di TV-TV hari-hari ini. Acara-acara yang menunjukkan ketidakhormatan kepada ayah/orang tua –entah sinetron atau reality show– justru itu yang digemari. Apakah mungkin karena itu juga yang terjadi di kehidupan sehari-hari? Bisa jadi. Ketidakhormatan mengizinkan kutuk untuk berlaku.
      2. Milikilah hati anak, yaitu tidak menceritakan keburukan ayah/orang tua walaupun keadaannya memang buruk.
        Faktanya tidak ada orang yang sempurna di dunia, kecuali Yesus. Tidak ada ayah/orang tua yang sempurna di dunia, kecuali Bapa di Sorga. Ayah/orang tua kita mungkin tidak sempurna, tetapi satu hal yang pasti, mereka adalah ayah/orang tua yang sempurna bagi kita. Apa yang berasal dari Allah, itu baik adanya dan setiap rencananya adalah rencana damai sejahtera bagi kita, termasuk orang tua yang diberikan atas kita. Itulah sebabnya, seorang anak yang baik akan mengucap syukur atas orang tua yang Tuhan berikan kepadanya, salah satunya dengan cara tidak menceritakan keburukan ayah/orang tua, apalagi sesumbar mengenai hal tersebut. Sayangnya, inilah yang dilakukan oleh Ham.
        Orang yang menjelekkan keburukan ayah/orang tua sebenarnya menjelekkan dirinya sendiri. Tidak akan ada orang yang akan menaruh hormat kepada orang yang senang menjelek-jelekkan ayah/orang tuanya sendiri. Orang yang senang menjelek-jelekkan keluarga, pastilah ada sesuatu yang salah dengan orang tersebut. Katakanlah bahwa ayah/orang tuanya memang berkelakuan jelek, itu bukanlah untuk diumbar-umbar, sebaliknya sebagai anak kita membawanya kepada Bapa di Sorga agar Ia yang turun tangan melakukan perubahan atas ayah/orang tua kita. Ham tidak melakukan ini, itulah sebabnya Allah mengizinkan kutuk berlaku atasnya.

      Peneguhan

      Hormatlah kepada ayah/orang tua kita, karena itu adalah cerminan hormat kita kepada Bapa di Sorga. Bacalah bersama-sama ayat berikut di bawah:

      Keluaran 20:12, “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.”

      Bapa, Bapa, kunaikkan syukur pada-Mu
      Bapa, Bapa, kusembah sujud kepada-Mu

      (Reff) Sungguh besar dan kudus nama-Mu Bapa
      Kus’lalu puji nama-Mu
      Besar setia-Mu, rahmat-Mu di dalam hidupku
      Bapa, kumengasihimu

      Sumber