Materi COOL Umum/2009-44

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (Yohanes 12:24)

Pendahuluan

Pengorbanan tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab. Bahkan manifestasi dari pemimpin sebagai pemegang tanggung jawab adalah kesediaannya untuk berkorban, melepaskan haknya, itulah ciri khas dari pemimpin sebagai pelayan.

Pemimpin harus berani untuk berada di depan dalam hal pengorbanan. Jika kita ingin melihat kebesaran seorang pemimpin, ukurlah dari kesediaannya untuk berkorban. Yesus Kristus meneladani kita, bagaimana dengan kita? Sharingkan pengorbanan yang telah Anda lakukan.

Isi dan sharing

Pemimpin yang berani berkorban adalah pemimpin yang:

  1. Menjadi teladan (Markus 10:45)
    Sebuah biji tidaklah berguna apabila biji tersebut tidak ditanam, mengalami kematian, melepaskan haknya, dan berkorban dan bertumbuh serta menghasilkan buah. Sebagai seorang pemimpin besar, Yesus sudah memberikan teladan yang luar biasa. Kehadiran-Nya di tengah-tengah masyarakat bukanlah supaya mendapatkan hormat dan pelayanan, tapi sebaliknya, Dia justru melepaskan hak-Nya dan menyatakan: Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa tebusan bagi banyak orang. Ke mana pun Dia pergi, Dia selalu melayani masyarakat yang datang kepada-Nya hingga Dia kehabisan waktu. Dia menjadikan diri-Nya sebagai pemimpin yang mudah diakses siapa pun dan bantuan selalu diberikan-Nya kepada mereka. Dan seperti yang telah kita ketahui, pengorbanan-Nya yang terbesar adalah mati di salib bagi semua orang.
  2. Melepaskan hak
    Pengorbanan seorang pemimpin dapatlah dilakukan ketika sang pemimpin menyadari bahwa menjadi seorang pemimpin bukanlah berbicara tentang keadaan di mana dia memiliki orang-orang yang harus tunduk dan menghargai dia, tetapi sebaliknya menjadi pemimpin berarti dia mulai dimiliki oleh orang-orang yang dipimpinnya. Sang pemimpin harus menghargai orang-orang yang dipimpinnya dan mendahulukan bersama di atas kepentingan pribadi. Kepuasannya adalah melihat orang-orang yang dipimpinnya mengalami kebaikan dan kesejahteraan. Kesediaannya untuk menyerahkan hak terlebih dahulu, menjadi suatu kewajiban bagi pemimpin yang rela berkorban Hak untuk dilayani harus dilepaskan dan menggantinya dengan sikap melayani dalam pemakaian waktu harus dilepaskan dan digantikan dengan kesediaan untuk dapat diakses setiap waktu. Memang hal ini sangatlah berat dan tidak menyenangkan, tetapi itulah seorang pemimpin. Menjadi pemimpin tidaklah bisa dijauhkan dari tuntutan untuk berkorban. Sudahkah kita menunjukkan kasih kepada orang yang kita pimpin (di keluarga, COOL, masyarakat, perusahaan, dan lain-lain), dengan melepaskan hak dan berkorban bagi mereka?

Kesimpulan dan saling mendoakan

Untuk menjadi seorang pemimpin, siapkah kita berkorban? Relakah melepaskan hak sebagai pemimpin, jika hal itu memang mesti dilakukan?