The right response (Pdt Y Wiryohadi)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Shalom Saudara yang dikasihi Tuhan. Pada hari ini saya ingin membicarakan tentang krisis yang sedang terjadi, dan saya akan menyampaikan bagian daripada krisis. Setiap Saudara dan saya harus memiliki respon yang benar. Ada banyak reaksi manusia apabila menghadapi krisis. Reaksi itu akan mempengaruhi kebahagiaan hidup seseorang dan berdampak bagi orang lain. Ketika Saudara bahagia orang lain disekitar Saudara akan mencicipi aroma kebahagiaan Saudara. Kalau Saudara marah-marah karena stress, orang lain juga akan mencicipi atau minimal melihatnya. Banyak orang stress dan depresi menghadapi krisis, semua menghadapi krisis yang sama, akan tetapi yang berbeda dalam meresponi dari setiap persoalan yang datang kepada hidup kita.

Seorang Hamba Tuhan dari Ukraina (Sunday Adelaja) berkata, “our life ends up becoming the result of the responses we give to demands of life.” Jika Saudara meresponi dengan baik maka hidupmu bahagia, jika Saudara merespons dengan yang salah, hidup Saudara akan stres dan banyak depresi serta psikosomatis terjadi di masa-masa krisis. Mengapa saya address ini, sebab krisis kita sudah hampir satu setengah tahun lewat, mulai dari Maret tahun 2020 sampai sekarang bulan September tahun 2021.

Saudara dalam Alkitab terdapat tiga macam reaksi ketika seseorang menghadapi krisis:

#1 Orang yang lari dari masalah

Rut 1:1,

Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing.

Reaksi pertama, ketika ada krisis dia tidak mencoba menyelesaikannya tetapi yang dia lakukan adalah lari dari masalah. Saudara jika lari dari masalah tidak berarti Saudara selesai dari masalah. Cerita tentang Betlehem pernah mengusik saya ketika saya ada di Betlehem. Tuhan berkata kepada saya: “Harusnya di rumah roti itu orang kenyang ya, kenapa ada orang yang meninggalkan disaat kelaparan.” Seharusnya dia bergumul, menanti-nantikan Tuhan di kotanya supaya kotanya dipulihkan oleh Tuhan. Satu kota bergantung kepada adakah gatekeeper, adakah orang-orang yang berjaga-jaga bagi kotanya sehingga kotanya tidak menjadi kota yang ditinggalkan oleh orang-orang yang ada di tempat itu. Rut adalah salah satu contoh, dan ini juga pernah dilakukan oleh Abraham, sehingga menimbulkan banyak kejadian luka pada Sarah. Bahkan jika Saudara tahu ini juga hampir diikuti oleh Ishak. Jika ada persoalan tidak kemudian mencari apa yang menjadi keinginan hati Tuhan, apa yang harus ia lakukan.

Saudara, memang Naomi dan Elimelekh keluar dari Betlehem dan menjumpai kota yang baru tetapi suami dan anaknya mati. Krisis yang lain datang. Jadi Rut 1:3-5 menceritakan akibat dari kehdupan Naomi meninggalkan Betlehem, kematian suaminya dan anaknya menjadi dampak berikutnya dari krisis berikutnya. Jadi orang-orang yang lari dari persoalan maka hidupnya tidak berdampak baik di “Moab” maupun di “Betlehem”. Seorang Hamba Tuhan (Charles de Montesquieu) mengatakan bahwa “happiness is not the absence of the problems, but the ability to deal with them.” George Walker Bush berkata “the proper response to difficulty is not to retreat. It is to prevail.” Jadi Saudara respon yang benar menghadapi kesulitan bukan mundur dan lari tapi hadapi, jika Saudara menghadapi dan mengalahkannya maka Saudara akan menjadi pemenang.

#2 Orang yang menghadapi masalah

2 Raja-Raja 4:1-2,

Salah seorang dari isteri-isteri para nabi mengadukan halnya kepada Elisa, sambil berseru: "Hambamu, suamiku, sudah mati dan engkau ini tahu, bahwa hambamu itu takut akan TUHAN. Tetapi sekarang, penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku menjadi budaknya." Jawab Elisa kepadanya: "Apakah yang dapat kuperbuat bagimu? Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kaupunya di rumah." Berkatalah perempuan itu: "Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak."

Ada seorang isteri yang menghadapi krisis, ditinggalkan oleh suaminya hutang yang besar. Ia tidak lari tapi datang kepada Elisa yang merupakan representasi dari Tuhan, dan akhirnya memperoleh solusi bagi keluarganya sendiri. Bertemu dengan Elisa adalah lambang dari pada kembalinya kepada Tuhan. Tuhan memberikan krisis adalah sebuah ujian, apakah Firman Tuhan yang selama ini Saudara percaya dan baca dapat melindungi dan menolong Saudara. Apakah Saudara memiliki pengalaman yang baru di tengah krisis. Itu sebenarnya yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita.

Orang ini datang kepada Tuhan dan berkata “apa yang harus aku lakukan supaya aku bisa menyelesaikan persoalan yang aku hadapi”. Kenapa dia memperoleh solusi? Karena dia datang kepada pribadi yang tepat. Saudara yang dikasihi Tuhan perhatikan bahwa semua mujizat di tengah-tengah krisis selalu dimulai dari apa yang ada padamu bukan apa yang ada pada orang lain. Tuhan berkata melalui Elisa untuk mencari bejana-bejana yang kosong, dengan maksud agar ia mengosongkan pikiran yang penat, serta stress dan kemudian menata dan memberikan kepada Tuhan ide-ide yang baru. Kemudian Elisa berkata setelah mendapat bejana kosong maka tuang. Ini berbicara mengenai ketika mendapatkan bejana yang baru dia harus berani melangkah dengan iman. Saudara bayangkan bejananya banyak, dan ketika menuang merupakan langkah iman yang sedang dijalani. Menyelesaikan krisis harus dengan cara Tuhan sebab ujian krisis adalah ujian yang datang kepada setiap kita orang percaya. Saudara sudah tahu solusinya, “jual semua minyaknya dan hidup dari lebihnya”. Jadi setelah diberkati bayar semua hutang supaya tidak menjerat kembali tetapi hidup dari lebihnya, artinya jangan boros lagi. Saya berdoa supaya Saudara dan saya mulai belajar kembali bahwa di setiap krisis Tuhan juga ada bersama-sama dengan kita.

Saudara yang dikasihi Tuhan, jika kita menghadapi persoalan seperti janda dari seorang nabi, maka persoalannya tidak seperti Naomi yang memiliki persoalan berikutnya. Krisis kelaparan berubah menjadi krisis keluarga. Tetapi sebaliknya janda ini memiliki krisis keuangan sehingga seharusnya anaknya harus diambil masuk dalam krisis keluarga, dia berhenti karena dia hadapi. Dia datang kepada Tuhan dan mencari solusi yang terbaik. Jadi karena dia datang kepada Tuhan maka masalahnya tidak berkepanjangan, dan minimal hidup dia memiliki dampak. Janda itu memiliki cara hidup yang baru, dan hidupnya berdampak minimal keluarganya tidak ditahan dan tidak berhutang lagi. Mungkin Saudara yang saat ini sedang berhutang Saudara merasakan betapa beratnya beban hutang. Itu sebabnya, Tuhan memberikan kepada janda itu melalui Elisa untuk membuat hidup sukacita, jangan memiliki kebiasaan suka berhutang. Orang yang dapat mengelola keuangannya selalu dapat menahan bukan apa yang diinginkan yang dibeli tetapi apa yang diperlukan. Sisanya ditabung. Setelah memberikan persepuluhan maka harus menabung untuk menghadapi masa-masa yang sukar seperti hari ini.

Eleanor Roosevelt berkata: “you can often change your circumstances by changing your attitude.” Kalau kita mau merubah masa depan kita, maka kita harus merubah attitude kita. Saudara kadang-kadang persoalan datang kepada kita membuat iman kita di-upgrade.

#3 Menginisiasi terobosan

Kejadian 39-50 bercerita tentang Yusuf yang dalam menghadapi krisis. Dia menginisiasi untuk terjadinya terobosan di dalam krisis. Sebelum krisis terjadi dia sudah diberikan oleh Tuhan hikmat untuk menyelesaikan krisis yang datang. Saudara dan saya harus belajar untuk menerima hikmat yang datang dari Tuhan, sebab tidak ada sesuatu yang dapat mengerti akan masa depan kecuali Tuhan. Hanya Tuhan yang tahu.

Saudara, ini era digitalisasi. Seorang hamba Tuhan bernama Peter Diamandis berkata dari era digitalisasi akan masuk menjadi deception. Banyak bisnis, pelayan, yang tertipu. Dia belum berubah, tiba-tiba era digitalisasi melanda dan tertinggal. Saat ini kita memasuki era disruption, gangguan cara orang belanja contohnya. Setelah ini adalah dematerialization, tidak ada lagi barang-barang. Orang menyimpan data tidak ada lagi. Kelima adalah demonetization atau menjadi murah, dan yang keenam adalah democratization. Peter sudah menunjukkan akan ada perubahan, yang diperoleh dari hikmat. Pada waktu dia menyampaikan ini 20 tahun yang lalu banyak orang menertawakan dia, tetapi sesungguhnya gereja-gereja dapat menginisiasi sebelum terjadinya masalah maka kita akan menjadi pemenang.

Berikutnya adalah hidup dalam kekudusan agar Saudara mudah dituntun oleh Tuhan. Ketika Saudara menerima hikmat yang datang dari Tuhan maka Saudara akan tahan melewati proses, sehingga waktu krisis datang Saudara sudah terbiasa menghadapinya.

Delapan tahun yang lalu ketika saya berkata kepada seluruh pengerja untuk melayani jemaat menggunakan apps. Ketika jemaat mulai saya latih, setahun kemudian mereka merasakan devotion dan khotbah dari apps, mereka dapat memberikan input kepada gereja, mereka dapat melihat COOL ada di mana. Delapan tahun yang lalu saya beritahukan kepada mereka untuk men-download agar dapat dilayani. Penyerahan anak dan baptisan tidak perlu mengantri lagi karena di-setting dari gereja sebelum mereka datang.

Philip Yancey berkata: “endurance is not the ability to bear a hard thing, but to turn it into glory.” Jadi dengan kata lain cara yang ketiga ini, Saudara harus belajar memiliki strategi untuk menghadapi krisis seperti layaknya Yusuf diberikan 7 tahun menabung selama masa kelimpahan dan mengelola sumber daya yang ada di masa krisis. Saudara pasti ada banyak hikmat Tuhan yang diberikan menangani krisis ini, baik menangani pelayanan, usaha, pekerjaan, lakukan.

John Maxwell berkata, “if you wait to prepare until you’re confronted with a crisis, you’re too late.” Oleh karena itu kita harus menginisasi.

Martin Luther King berkata, “our survival depends on our ability to stay awake, to adjust to new ideas, and to face the challenge of change.” Oleh karena itu Saudara saya berdoa, di masa-masa seperti ini, datanglah kepada Tuhan, cintai Tuhan, Tuhan akan berikan hikmat, ide-ide yang baru, yang tidak pernah Saudara pikirkan. Saya berdoa agar kebenaran ini menolong Saudara.

Video