KOM 310.1 Kedalaman rohani melalui disiplin

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Orang yang bijak menyembunyikan pengetahuannya, tetapi hati orang bebal menyeru-nyerukan kebodohan.

Amsal 12:23

Yak 1:19

Tujuan

Memberikan pengertian tentang bagaimana memiliki pola hidup dan pola pikir yang arif dan bijaksana sehingga berkenan kepada Tuhan dan disukai semua orang.

Setiap orang Kristen, apapun jenis kepribadian mereka, harus membangun suatu kepribadian yang disebut ‘orang bijak’. Menilai semua kejadian yang terjadi atas dirinya dengan menggunakan standar Ilahi, yaitu kebenaran firman Allah.

Hal ini tidak terjadi dengan sendirinya, diperlukan suatu disiplin kebiasaan-kebiasaan baik yang harus dibangun.

Berbagai aspek disiplin rohani

  1. Esensi dari disiplin rohani
  2. Disiplin rohani bukan untuk keselamatan, tetapi untuk pengudusan. Itu bukan untuk memperoleh posisi kita di hadapan Tuhan, tetapi untuk perkenanan Tuhan atas kita.

  3. Batas-batas disiplin rohani
  4. Batas-batas dari disiplin itu bukan untuk menghasilkan orang Kristen yang tabah, legalistik, dan ber “wajah pepaya” yang keluar untuk membasmi keceriaan dari muka bumi ini. Seseorang yang terlatih dalam disiplin rohani akan dilengkapi dengan karakter dari sebuah kehidupan yang dimerdekakan serta diisi dengan hadirat Tuhan yang mengalir dari kedalaman hati.

  5. 1 Tim 4:7-8 Latihan disiplin rohani
  6. Ibadah yang dimaksud di sini adalah ‘godliness’ yang berarti hidup yang saleh. Latihan yang kita jalani adalah disiplin rohani. Semakin banyak kita melatih disiplin-disiplin ini, kita semakin berubah ke arah keilahian.

Disiplin dalam keheningan dan kesendirian

  1. Yak 1:19, 26; Pkh 3:7 Perpaduan dari keheningan dan kesendirian
  2. Tanpa kesendirian tidak akan terjadi keheningan, demikian pula sebaliknya. Orang yang tidak dapat mengendalikan lidahnya tidak akan dapat menguasai disiplin berdiam diri dan kesendirian.

  3. Tujuan dari keheningan dan kesendirian
  4. Esensi utama dari pelatihan disiplin ini adalah mengubah sebatang kara menjadi kesendirian. Kesendirian tidak sama dengan kesepian.

  5. Hasil dari keheningan dan kesendirian
  6. Hasil akhir dari mempraktikkan berdiam diri dan kesendirian adalah kemerdekaan yang sejati. Kita menemukan kebebasan untuk berada sendirian, namun tidak merasa kesepian.

    1. Membuat kita lebih bebas untuk mendengarkan Tuhan dan menikmati dia
    2. Kita belajar untuk mendengarkan dengan penuh perhatian kepada perkataan Tuhan di dalam keheningan-Nya yang indah, penuh kasih dan mencakup segalanya.

    3. Membebaskan kita dari keterikatan kepada orang lain
    4. Kita mampu berpegang kepada apa yang Tuhan katakan lebih daripada apa yang diharapkan oleh manusia.

      Keheningan dan kesendirian membebaskan kita dari kebutuhan akan persetujuan dan tepuk tangan orang lain.

    5. Membuat kita lebih bebas untuk memikirkan masalah-masalah secara lebih mendalam
    6. Mempraktikkan kesunyian dan kesendirian memampukan kita untuk mengembangkan kehidupan yang penuh dengan pemikiran.

    7. Membebaskan kita dari aktivitas yang simpang siur
    8. Hindari kesibukan-kesibukan kita dan temukan sebuah tempat yang hening dan tersendiri di hadapan hadirat Tuhan untuk melakukan satu refleksi dan kontemplasi.

      Itu membawa kita dari hal-hal yang lahiriah dan dangkal kepada kenyataan dan kedalaman dari kehidupan rohani kita.

    9. Mzm 34:11-13; Ams 13:3 Membebaskan kita dari mengeluarkan kata-kata yang tidak membawa berkat
    10. Disiplin dalam keheningan dan kesendirian membuat kita lebih peka terhadap hadirat Tuhan. Kita berjalan dalam rasa takut akan Tuhan.

      Ketika lidah kita berada di bawah disiplin dalam hal keheningan dan kesendirian, kita tidak akan tergesa-gesa dalam mengeluarkan perkataan-perkataan seperti:

  7. Mempraktikkan keheningan dan kesunyian
    1. Ciptakan ‘tempat yang aman’
    2. Menciptakan “tempat aman dan nyaman” untuk perhentian batiniah kita dan menggunakan momen-momen itu untuk memusatkan diri pada hadirat Tuhan.

    3. Lakukan secara rutin
    4. Dengan menetapkan waktu dan tempat khusus untuk kegiatan tersebut akan membantu mengembangkan disiplin keheningan dan kesunyian ini.

    5. Catat hasil perenungan
    6. Merekam percakapan kita dengan Tuhan dengan cara membuat jurnal. Kita mencatat bisikan kasih-Nya kepada kita.

Pkh 7:29; Rom 12:3

Disiplin kesederhanaan

  1. Mat 6:25-33 Roh kesederhanaan
  2. Disiplin kesederhanaan adalah realitas batiniah yang dimanifestasikan di dalam gaya hidup. Keduanya sama pentingnya, yang satu tidak bisa terjadi tanpa yang lain.

  3. Area-area kesederhanaan
    1. Sederhana dalam iman
    2. Ini adalah titik di mana orang Kristen modern yang berpikir terlalu rumit dan kadang-kadang kacau, untuk kembali kepada iman seperti anak-anak.

    3. Pkh 5:1-5 Sederhana dalam berbicara
    4. Kita sederhana dalam berbicara ketika “kita mengatakan apa yang kita maksudkan dan memaknai apa yang kita katakan.”

    5. Mat 6:24 Sederhana dalam gaya hidup
    6. Sebelum dapat menyederhanakan gaya hidup, pertama-tama kita harus menyatakan ‘perang’ terhadap materialism (ketamakan akan hal-hal kebendaan).

      • Hidup di atas standar
      • Hidup setara standar
      • Hidup di dalam standar
      • Hidup di bawah standar
  4. Kunci untuk menyederhanakan gaya hidup
    1. Membeli karena kegunaannya
    2. Membelanjakan uang karena fungsi; bukan karena gengsi.

    3. Mengembangkan kebiasaan memberi
    4. Belajar untuk tidak menimbun barang-barang.

    5. Waspada terhadap iklan modern
    6. Iklan-iklan masa kini bukan lagi memberi informasi, tetapi menciptakan kebutuhan.

    7. Berhenti menuruti kata hati dalam membeli
    8. Ini terutama bagi kaum wanita yang kadang-kadang lebih emosional dalam berbelanja.

    9. Yes 58:6-7 Mengendalikan nafsu makan
    10. “Kita menggali kuburan kita dengan sendok dan garpu kita sendiri.”

    11. Menikmati banyak hal tanpa harus memilikinya
    12. Dengan cara ini, kita dapat bergembira dengan orang lain ketika mereka diberkati, tanpa merasa bahwa Tuhan harus memberi kita berkat yang sama.

    13. Menikmati alam dan melihat Tuhan di dalamnya
    14. Tidak semua hal yang menyenangkan harus berupa barang elektronik. Banyak keindahan alam semesta ini yang sama menyenangkannya.

    15. Mengembangkan rencana keuangan yang alkitabiah
    16. Ada dua jalan untuk mendapatkan kecukupan.
      Yang satu adalah dengan mengumpulkan semakin banyak.
      Yang lain adalah dengan menginginkan sedikit dan semakin sedikit lagi.

Disiplin penundukan diri

Mat 5:4 Mempertahankan ‘kebenaran’ sendiri adalah salah satu ‘penyakit’ yang paling lazim di kalangan para pria.

  1. Sikap penundukan diri
  2. Hati kita akan mengalami kebebasan bila mampu menyerahkan hak kita demi hak-hak orang lain.

  3. Area-area penundukan diri
    1. Flp 2:9-11 Pencipta
    2. Kita belajar merendahkan diri; tubuh, jiwa dan roh kepada Tuhan.

    3. 1 Kor 11:3 Keluarga
    4. Sebagaimana Gereja mempunyai Penatua, Diaken dan Jemaat; demikian pula keluarga mempunyai Bapa (penatua), Bunda (diaken) dan Anak-anak (jemaat).

    5. 1 Pet 2:13-14; Ef 6:8 Masyarakat
      • Ef 6:5-6 Sebagai pekerja
      • Melayani dengan sepenuh hati dan dengan ketaatan yang tulus.
      • Ef 6:9 Sebagai pemberi kerja
      • Memperhatikan kepentingan para pekerjanya.
    6. Ibr 13:17 Gereja
      • Ketaatan adalah tindakan kita terhadap otoritas.
      • Penundukan diri adalah sikap kita terhadap otoritas.
    7. Yak 1:27 Orang miskin dan lemah
    8. Orang-orang yang kelaparan, mengalami ketidakadilan, tekanan, anak-anak yang dieksploitasi dan lain-lain.

      Hal ini mempengaruhi kita sebab Tuhan memperhatikan mereka.

  4. Kel 16:8 Ketiadaan penundukan diri
  5. Tuhan memposisikan diri-Nya di dalam otoritas yang Dia tetapkan. Maka ketika kita memberontak terhadap otoritas di atas kita, itu berarti memberontak terhadap Tuhan.

  6. Penyalahgunaan penundukan diri
    1. Membangun kekuasaan
    2. Tema utamanya adalah Pengurapan, sehingga: “Jangan mengusik orang yang diurapi.”

    3. Keasyikan akan pencapaian
    4. Tema utamanya adalah Pencapaian, sehingga yang tidak berprestasi akan merasa berdosa.

    5. Aturan yang penuh dengan larangan
    6. Tema utamanya adalah Kendali, sehingga setiap orang harus ekstra berhati-hati agar tidak ‘di luar kendali'.

Luk 9:46

Disiplin kepelayanan

  1. Sikap
    1. Kerendahan hati
    2. Dalam proses menjadi seorang pelayan, kita akan belajar kebaikan dari kerendahan hati. Dan itu akan membebaskan kita dari obsesi modern tentang kekuasaan, keunggulan dan ketenaran.

    3. Ibr 3:5; 1 Kor 4:1-2 Berbakti
    4. Pelayan berhati hamba tidak punya obsesi untuk membuktikan sesuatu dan juga merasa tidak punya apa-apa sehingga tidak takut kehilangan.

    5. Kesetiaan
    6. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ‘ternyata dapat dipercayai’.

  2. Perilaku
    1. Menikmati dalam melayani hal-hal yang kecil
    2. Terlalu banyak dari antara kita yang tidak cukup berbesar hati untuk dipakai Tuhan dalam perkara yang cukup kecil.

    3. Menempatkan manusia di atas pekerjaan/pelayanan
    4. Pelayan yang sejati selalu peka dan menaruh kepentingan orang-orang di atas keinginan mereka sendiri.

    5. Rela berkorban dalam pelayanan
    6. Kita melakukannya walaupun hal itu tidak menyenangkan bagi diri kita sendiri.

    7. Bersedia dilayani
    8. Mengijinkan orang lain untuk melayani kita adalah suatu tindakan yang mencerminkan kerendahan hati.

  3. Kontradiksi
  4. Di lain pihak pelayanan yang berpusat kepada diri sendiri akan terperangkap di dalam ekses-ekses:

    1. Ingin dikagumi oleh orang lain
    2. Hanya mau melayani jika dalam skala besar dan hasilnya mengesankan.

    3. Mengandalkan usaha manusia dan memuliakan diri
    4. Cenderung berfokus pada kemampuan diri sendiri dan bukan pada kemampuan Tuhan.

Diskusi

Bagian mana dalam uraian di atas, yang merupakan kesulitan terbesar bagi kita di dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Aplikasi

Melalui pelajaran ini, keputusan-keputusan apa saja yang perlu kita ambil, sebagai langkah konkrit agar hidup kita berubah.

"Spiritual people are not those who engage in certain spiritual practices; they are those who draw their life from a conversational relationship with God."

— Dallas Wilard

Spiritual maturity isn't measured by how high you jump in praise, but how straight you walk in obedience.

Sumber

  • Abraham Lalamentik dan Tim (Oktober 2020). "330.2 Pemulihan Pondok Daud". The Soldier (edisi ke-1 (Online), Oktober 2020). Jakarta: GBI Jalan Gatot Subroto. ISBN 978-979-3571-20-1.