Memimpin COOL melalui badai (Diklat COOL Modul C1)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Dalam Modul C1, kita akan mempelajari hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi konflik horizontal (badai) dan 7 langkah penyelesaian konflik dalam COOL.

Apa yang akan Anda dapat di Modul ini?

  • Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi konflik horizontal (badai).
  • 7 Langkah Penyelesaian Badai/ Konflik dalam COOL.

Dihindari tapi perlu dipelajari

Konflik adalah memanasnya emosi karena tidak terpenuhi-nya keinginan, kebutuhan atau dorongan.

Kita mempelajari materi ini karena konflik adalah suatu fase yang tidak bisa dihindari jika kita menginginkan COOL kita menjadi kelompok komunitas yang sejati.

Perjalanan kelompok komunitas apapun, pastilah melalui suatu fase yang disebut "badai" (storming) dalam perjalanannya menuju pencapaian visi. Kepemimpinan seorang Gembala COOL melalui fase ini, sangat menentukan apakah COOL yang dipimpinnya tersebut dapat bertahan dan berlanjut, atau malah sebaliknya berhenti dan bubar.

"Siapa pun dapat mengemudikan kapal saat laut tenang, namun dibutuhkan seorang nakhoda untuk mengendalikannya disaat badai."

— John C Maxwell

Tingkatan konflik

Tingkatan konflik

Konflik: Positif atau negatif?

Konflik tidak selalu negatif, asal-kan dapat mengatur tingkatannya (Amsal 17:14). Tingkatan-tingkatan konflik horizontal inilah yang perlu kita perhatikan dengan seksama:

  • Perbedaan Pendapat
  • Argumentasi
  • Perbantahan
  • Pertengkaran
  • Adu fisik

Konflik dalam COOL dapat berakhir dengan manfaat, hanya jika:

  • Dipandang sebagai tanda adanya keinginan, kebutuhan, atau dorongan yang tidak terpenuhi.
  • Alat Tuhan untuk membentuk kita (Ams 27:17; 20:30)
  • Menjadi cermin diri kita.
  • Di akhir konflik dapat membereskan perasaan negatif yang muncul.

Apa kata Alkitab mengenai konflik?

Menyelesaikan konflik

7 langkah penyelesaian konflik dalam COOL:

  1. Segera diselesaikan!
  2. Masalah tidak dapat terselesaikan baik dengan sendirinya. Menunda-nunda hanya akan menimbulkan kepahitan.

  3. Jagalah suara tetap rendah.
  4. Suara yang meninggi akan memanaskan suasana. Suara yang meninggi akan mudah memancing emosi.

  5. Hati-hati roh intimidasi!
  6. Bijak menghadapi semua bentuk intimidasi (misalnya: mengancam) yang dapat merusak proses penyelesaian konflik.

  7. Bedakan antara "pribadi" dan "perbuatan"
  8. Jangan menyerang Pribadi-nya, tetapi koreksilah Perbuatan-nya. Jangan memberi "cap/label" tertentu pada seseorang. Libatkan pihak ketiga hanya apabila diperlukan (perhatikanlah Matius 18:15-17).

  9. Carilah kesepakatan yang membangun.
  10. Temukan solusi yang dapat diterima semua pihak. Pastikanlah solusi yang membangun dan bukan "sepakat untuk tidak sepakat".

  11. Ingat "3 kuasa"
  12. Masing-masing pihak menjalankan bagiannya.
  13. Lupakanlah hal-hal yang sudah lewat/terselesaikan. Jangan menjadi "pengumpul sampah masalah" (Efesus 4:27). Berdoalah setelah menyelesaikan konflik tersebut untuk memeteraikan penyelesaiannya.

Salah satu ujian penggembalaan adalah saat badai datang menerjang.
Ada banyak ilmu mengenai menyelesaikan konflik, tetapi seorang Gembala COOL bersandar kepada hikmat TUHAN di dalam mencari solusi atas konflik.

Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"

Roma 12:18

Sumber

  • Pdt Henky Pesulima, Pdt Andreas E Nugroho, Pdt Sapto Edhi Rahardjo, Pdp Iwan Kohar, Pdp Suhandi, Pdt Christianto PB Silitonga (2020) [2008]. "Modul C1: Memimpin COOL melalui badai". Editor Pdt Chris Silitonga. Handbook Community of Love (edisi ke-3). Jakarta: Sub Divisi Pembinaan COOL, Divisi Penggembalaan II, GBI Jalan Gatot Subroto.