Oleh iman Musa menolak Mesir dan memilih umat Allah

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. (Ibrani 11:24-25)

Kecenderungan alamiah manusia adalah menginginkan keistimewaan dan kesenangan. Kedua hal ini pasti tersedia untuk Musa di dalam istana Mesir. Namun, ia menolak Mesir dan memilih umat Allah, memperlihatkan dalamnya jangkauan dampak iman kepada Tuhan.

Ketika puteri dari Firaun menemukan bayi Musa, ia memutuskan untuk mengangkatnya sebagai anak. “Pada waktu itulah Musa lahir dan ia elok di mata Allah. Tiga bulan lamanya ia diasuh di rumah ayahnya. Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri” (Kisah Para Rasul 7:20-21). Dari sudut pandang manusia biasa, Musa dijamin akan mengalami hidup dalam keistimewaan dan kesenangan.

Namun, ketika ia mencapai umur dewasa, hatinya tertarik ke arah yang berbeda. “Pada waktu ia berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang-orang Israel” (Kisah Para Rasul 7:23). Ayat ini menyiratkan bahwa ketika Musa beranjak dewasa di dalam istana Firaun, ia diajarkan mengenai hubungannya dengan orang Israel. Akhirnya, hatinya tergerak oleh hubungan ini dan kemudian, dengan iman, membuat sebuah keputusan yang akan mengubah hidupnya. “Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun." Musa memutuskan untuk melepaskan posisi istimewanya di dalam keluarga Firaun dan menempatkan dirinya sama dengan umat Allah. Musa tahu bahwa pilihan ini berarti melepaskan hidup yang penuh dengan kenikmatan dengan hidup yang akan membawa kepada penderitaan. “Ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.”

Untuk tetap ada di dalam istana akan membawa kesenangan, tetapi dalam dosa. Lebih dari itu, kenikmatan dosa tersebut hanyalah untuk sementara. Di sisi lain, berkat yang mengikuti tuntunan Allah akan tetap untuk selama-lamanya. Cara pandang Musa serupa dengan pemazmur. “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik” (Mazmur 84:11).

Doa

Allah Bapa di Sorga, tolong aku untuk membedakan tawaran kehormatan manusia dengan kehendak-Mu dalam hidupku. Berikan aku hati yang membawa aku masuk dalam persekutuan umat-Mu, walaupun ketidaknyamanan bahkan penderitaan dapat terjadi dalam hidupku. Kuatkan imanku untuk memilih berkat yang kekal dari pada kenikmatan dosa yang sementara.

Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. (Ibrani 11:24-25) Kecenderungan alamiah manusia adalah menginginkan keistimewaan dan kesenangan. Kedua hal ini pasti tersedia untuk Musa di dalam istana Mesir. Namun, ia menolak Mesir dan memilih umat Allah, memperlihatkan dalamnya jangkauan dampak iman kepada Tuhan.