Oleh iman orang tua Musa melakukan tindakan yang berani

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja. (Ibrani 11:23)

Renungan kita hari ini mengilustrasikan akibat jangka panjang dari berjalan dalam iman. Ketakutan adalah salah satu ancaman paling besar terhadap kehidupan dalam Tuhan. Iman kepada Allah akan mengakibatkan keberanian yang diperlukan untuk mengatasi ketakutan. Orang tua Musa adalah teladan luar biasa dari keberanian dalam iman.

Orang tua Musa, “Amram ... Yokhebed” (Keluaran 6:19), menghadapi sebuah dilema yang mengerikan. Yokhebed baru saja melahirkan Musa. Sementara itu, Firaun, yang khawatir terhadap pesatnya jumlah populasi budak, memerintahkan agar semua anak orang Yahudi yang baru lahir untuk dibunuh. “Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup” (Keluaran 1:15-16). Namun, para bidan itu memiliki iman kepada Allah dan membiarkan anak-anak laki-laki orang Yahudi tetap hidup. “Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup” (Keluaran 1:17).

Orang tua Musa juga memiliki iman yang berani kepada Allah. “Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya... dan mereka tidak takut akan perintah raja.” Namun, bayi mereka masih dalam bahaya, karena Firaun juga memerintahkan orang Mesir untuk membunuh setiap bayi laki-laki Yahudi yang mereka temukan. “Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil” (Keluaran 1:22). Ketika mereka tidak dapat lagi menyembunyikan Musa, Yokhebed menaruhnya di dalam sebuah keranjang, dan diletakkan di tempat di mana Musa dapat diselamatkan. “Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah Teberau di tepi sungai Nil” (Keluaran 2:3). Tuhan menghargai keberanian iman dari orang tua Musa dan membuat puteri dari Firaun menemukan keranjang Musa yang terapung di sungai dan menimbulkan belas kasihan dalam hatinya. “Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya” (Keluaran 2:6).

Orang tua Musa dengan berani mempertaruhkan nyawa mereka agar mereka dapat melakukan apa yang menyenangkan hati Tuhan. Tindakan mereka berdasarkan iman mereka kepada Tuhan. Jika diperlukan, kita pun dapat bertindak dengan berani, jika kita mau mengandalkan Tuhan. “Kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (Mazmur 56:12).

Doa

Ya Allah yang setia, ketika aku diintimidasi dengan ancaman, ingatkanlah aku akan kesetiaan-Mu kepada orang tua dari Musa, supaya aku juga dapat memiliki keberanian untuk melakukan apa yang berkenan kepada-Mu, melalui Kristus, Tuhanku. Amin.

Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja. (Ibrani 11:23) Renungan kita hari ini mengilustrasikan akibat jangka panjang dari berjalan dalam iman. Ketakutan adalah salah satu ancaman paling besar terhadap kehidupan dalam Tuhan. Iman kepada Allah akan mengakibatkan keberanian yang diperlukan untuk mengatasi ketakutan. Orang tua Musa adalah teladan luar biasa dari keberanian dalam iman. Orang tua Musa, “Amram ... Yokhebed” (Keluaran 6:19), menghadapi sebuah dilema yang mengerikan.