Yosia merendahkan dirinya di hadapan Allah (1)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Pergilah, mintalah petunjuk TUHAN bagiku, bagi yang masih tinggal di Israel dan di Yehuda tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang dicurahkan kepada kita, oleh karena nenek moyang kita tidak memelihara firman TUHAN dengan berbuat tepat seperti yang tertulis dalam kitab ini! (2 Tawarikh 34:21)

Ketika Raja Nebukadnezar dan Raja Manasye merendahkan diri mereka di hadapan Allah, Tuhan mencurahkan kasih karunia-Nya yang ajaib kepada para raja-raja yang dahulu memberontak dan angkuh terhadap Allah. Tentunya tidak perlu harus memberontak terlebih dahulu baru mau merendahkan diri dan menerima kasih karunia dari Allah. Kebenaran ini diperlihatkan dalam kisah Raja Yosia yang merendahkan dirinya di hadapan Allah.

Yosia menjadi raja pada usia yang sangat muda. “Yosia berumur delapan tahun pada waktu ia menjadi raja” (2 Tawarikh 34:1). Ketika ia masih remaja, ia sudah mulai mencari Tuhan. “Pada tahun kedelapan dari pemerintahannya, ketika ia masih muda belia, ia mulai mencari Allah Daud, bapa leluhurnya” (2 Tawarikh 34:3a). Pencarian akan Tuhan membawa Yosia untuk melayani Tuhan dengan setia dan dengan berani menghancurkan segala bentuk berhala dalam wilayahnya. “Dan pada tahun kedua belas ia mulai mentahirkan Yehuda dan Yerusalem dari pada bukit-bukit pengorbanan, tiang-tiang berhala, patung-patung pahatan dan patung-patung tuangan. Mezbah-mezbah para Baal dirobohkan di hadapannya; ia menghancurkan pedupaan-pedupaan yang ada di atasnya” (2 Tawarikh 34:3b-4).

Kemudian, ia memerintahkan agar Bait Suci diperbaiki. “Pada tahun kedelapan belas dari pemerintahannya, setelah selesai mentahirkan negeri dan rumah TUHAN, ia menyuruh Safan bin Azalya, dan Maaseya, penguasa kota, serta Yoah bin Yoahas, bendahara negara, untuk memperbaiki rumah TUHAN, Allahnya” (2 Tawarikh 34:8). Di sana, mereka menemukan salinan dari Firman Tuhan, yang sudah terbengkalai selama bertahun-tahun. “Maka berkatalah Hilkia kepada Safan, panitera negara itu: "Aku telah menemukan kitab Taurat di rumah TUHAN!" Mereka segera menyampaikan hal ini kepada Raja Yosia. “Segera sesudah raja mendengar perkataan Taurat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya.”

Tuhan memerintahkan agar pemimpin-pemimpin yang diangkat-Nya memerintah berdasarkan kebenaran Firman-Nya. “Apabila ia duduk di atas takhta kerajaan, maka haruslah ia menyuruh menulis baginya salinan hukum ini menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi. Itulah yang harus ada di sampingnya dan haruslah ia membacanya seumur hidupnya untuk belajar takut akan TUHAN, Allahnya, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya” (Ulangan 17:18-19). Yosia merendahkan dirinya dengan kesedihan yang mendalam karena menemukan bahwa firman Tuhan sudah diabaikan dan hal tersebut akan membawa akibat yaitu penghukuman. “Sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang dicurahkan kepada kita, oleh karena nenek moyang kita tidak memelihara firman TUHAN dengan berbuat tepat seperti yang tertulis dalam kitab ini.”

Doa

Ya Allah, hatiku sedih mengingat bagaimana Firman-Mu sering diabaikan. Pada umumnya, para pemimpin tidak suka membaca firman. Banyak pemimpin gereja juga tidak sungguh-sungguh melakukannya. Aku juga sering tidak sungguh-sungguh memperhatikannya. Biarlah aku menjadi Yosia di tengah-tengah hari-hari yang jahat ini. Amin.