Kristus memberi nilai bagi pernikahan
Materi COOL Umum | |
---|---|
Tanggal | Jumat, 11 Juli 2025 |
Penulis | Departemen COOL |
Unduh | Google Drive |
| |
|
Di tengah dunia yang makin cepat berubah, banyak pasangan yang baru terjun dalam pernikahan masih merasa gamang dalam menapaki kehidupan pernikahan. Tantangan finansial, pengaruh media sosial, dan budaya yang seakan menormalkan perceraian, semua bercampur aduk sehingga menimbulkan keresahan.
TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Pendahuluan
Di tengah dunia yang makin cepat berubah, banyak pasangan yang baru terjun dalam pernikahan masih merasa gamang dalam menapaki kehidupan pernikahan. Tantangan finansial, pengaruh media sosial, dan budaya yang seakan menormalkan perceraian. Semua bercampur aduk sehingga menimbulkan keresahan. Belum lagi di tengah perubahan budaya dan gaya hidup modern saat ini, pernikahan Kristen menghadapi tantangan untuk tetap menjaga nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan.
Kuatnya arus perubahan budaya dan gaya hidup ini tanpa terasa mulai mengguncang nilai-nilai dan tujuan pernikahan yang ditetapkan Allah pada mulanya.
Isi dan sharing
Di mana kita bisa menemukan makna sejati dari pernikahan? Apakah masih ada fondasi yang kokoh dan tak tergoyahkan? Jawaban atas keresahan itu ditemukan dalam Alkitab.
- Pernikahan adalah ide Allah
- Kristus datang untuk menebus ciptaan-Nya, termasuk pernikahan
- Pernikahan: Kesaksian hidup tentang Injil
Pernikahan adalah lembaga pertama dalam dunia ini. Allah telah menciptakan pernikahan/keluarga sebelum ada institusi lain seperti satu bangsa, kerajaan ataupun gereja. Pernikahan adalah rencana dan desain Allah sendiri. Pernikahan adalah bagian dari ciptaan yang "sungguh amat baik" (Kejadian 1:31).
Dalam pernikahan, Allah merancang persatuan yang mencerminkan kasih, keintiman, kemitraan, dan tujuan bersama dalam membangun kehidupan dan keturunan. Namun sayangnya, dosa masuk ke dalam dunia dan merusak segala sesuatu, termasuk pernikahan.
Setelah manusia jatuh dalam dosa (Kejadian 3), relasi yang awalnya harmonis berubah menjadi penuh konflik: saling menyalahkan, dominasi, dan keinginan untuk menguasai satu sama lain. Dosa menciptakan jarak bukan hanya antara manusia dan Allah, tetapi juga antara suami dan istri.
Kita melihat dampak kerusakan ini hingga hari ini: perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, dan relasi yang toksik yang tidak lagi mencerminkan kasih dan kehormatan. Bahkan banyak pasangan Kristen pun bergumul di tengah tekanan zaman modern, di mana nilai-nilai dunia kerap merongrong keintiman dan kekudusan pernikahan.Kabar baiknya adalah: penebusan Kristus di kayu salib tidak hanya menyelamatkan jiwa manusia secara pribadi, tetapi juga memperbarui seluruh ciptaan termasuk lembaga pernikahan. Karena penebusan Kristus di kayu salib maka pernikahan Kristen adalah satu-satunya model pernikahan yang sifatnya proses spiritual.
Pernikahan-pernikahan lainnya bersifat lebih merupakan sebuah proses sosial, banyak aturan yang lebih bersifat sosial dari pada spiritual, sehingga ketika aspek satu, aspek sosial tidak terpenuhi maka terciptalah satu alasan dan kesempatan untuk mengakhiri pernikahan itu. Namun sebuah pernikahan Kristen didominasi oleh isu-isu spiritual, seperti misalnya analogi suami dan isteri itu sama dengan Yesus dan gereja sang mempelai wanita-Nya.
Hubungan Kristus dengan mempelai-Nya, gereja-Nya adalah hubungan covenant, hubungan yang ditandai dengan cinta, dan kesetiaan tanpa syarat. Cinta-Nya yang besar telah terbukti ketika Dia mati di atas kayu salib untuk mempelai perempuan-Nya (Efesus 5:25-27). Karena itu pernikahan bersifat long life covenant. Dalam pernikahan tidak ada perceraian. Setelah mengikatkan diri dalam marital covenant, hanya kematian yang memisahkan suami-istri.Efesus 5:32 memberikan pernyataan yang mengejutkan: "Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat." Artinya, pernikahan bukan semata-mata soal dua orang yang jatuh cinta.
Pernikahan adalah panggung kecil tempat Injil dipertontonkan kepada dunia. Ketika suami mengasihi istrinya seperti Kristus, ketika istri tunduk dalam kasih seperti jemaat, dan ketika anak-anak hidup dalam ketaatan, dunia akan melihat gambaran Injil secara nyata. Dalam dunia yang terus kehilangan arah tentang relasi, keintiman, dan komitmen, keluarga Kristen bisa menjadi kesaksian yang bersinar, bukan karena kesempurnaan mereka, tetapi karena kasih Kristus yang mengubah dan menopang mereka.Diskusikan
Bagaimana dengan kehidupan pernikahan/
Kesimpulan dan saling mendoakan
Mari membangun pernikahan kita bukan di atas perasaan, ekspektasi dunia, atau standar budaya, tetapi di atas kasih Kristus yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita. Di sanalah kita menemukan nilai, makna, dan kekuatan yang sejati-karena Kristuslah yang memberi nilai bagi pernikahan.
Jadwal COOL
- 04 Jul: Materi COOL: Keluarga yang setia kepada Tuhan
- 11 Jul: Materi COOL: Kristus memberi nilai bagi pernikahan
- 18 Jul: Materi COOL: Bijak mempersipakan keluarga baru
- 25 Jul: Doa Keliling