Bersukacitalah

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Kita harus senantiasa bersukacita di dalam Tuhan, bukan karena keadaan, tetapi karena siapa Tuhan itu. Rasul Paulus sendiri menulis tentang sukacita ketika ia sedang dipenjara, menunjukkan bahwa sukacita sejati adalah buah dari hubungan rohani yang dalam dengan Allah. Firman Tuhan menguatkan bahwa sukacita memiliki kuasa untuk menyembuhkan, memperkuat, dan menyelaraskan hidup kita dengan kehendak Tuhan.

Bersukacitalah dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

Filipi 4:4

Ayat ini ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi ketika ia sedang berada di dalam penjara. Dalam kondisi yang penuh tekanan, intimidasi, dan keterbatasan, Paulus tetap menulis perintah tegas ini: tetap bersukacita di dalam Tuhan.

Apa artinya ini bagi kita? Ini menunjukkan bahwa salah satu ciri orang yang memiliki kualitas rohani yang matang adalah kemampuannya untuk tetap bersukacita, dalam keadaan suka maupun duka. Sukacita bukan datang dari luar, melainkan dari dalam—pemberian Tuhan sendiri. Sukacita lahir karena kita telah mengalami kasih, kebaikan, dan penyertaan Tuhan secara pribadi dalam hidup kita.

Namun, tidak jarang dalam realita hidup, kita kehilangan sukacita. Mungkin karena masalah, tekanan, atau situasi sulit yang kita hadapi. Karena itu, mari kita belajar menjadikan Firman Tuhan bukan hanya pengetahuan, tapi bagian hidup yang menyatu dalam keseharian kita.

Mengapa kita harus bersukacita di dalam Tuhan?

  1. Karena Tuhan adalah perlindungan dan benteng pertahanan kita
  2. Mazmur 62:8 berkata:

    Pada Tuhan ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah.
    Kita bisa bersukacita karena kita tahu Tuhan memegang kendali penuh atas hidup kita.
  3. Karena Tuhan akan memberikan apa yang kita inginkan dalam kehendak-Nya
  4. Mazmur 37:4 menyatakan:

    Bergembiralah karena Tuhan, maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.
    Sukacita yang sejati—yang berakar dalam Tuhan, bukan dalam situasi—mendatangkan perkenanan dan berkat dari Tuhan.
  5. Karena hati yang gembira adalah obat yang manjur
  6. Amsal 17:22 mengatakan:

    Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.
    Banyak orang kehilangan kesehatan karena kehilangan sukacita. Tetapi hati yang bersukacita, memulihkan dan menguatkan tubuh serta jiwa kita.

Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan, bukan karena semua berjalan mulus, tetapi karena Tuhan selalu hadir dan setia.

Amin.