Murid Kristus yang sejati

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Seorang Hamba Tuhan yang bernama Edmund Chan mengatakan: pertanyaan penting dalam memuridkan bukan hanya, apakah saya memuridkan? Tetapi, seperti apakah murid yang Allah ingin terus menerus kita hasilkan? Dan, terlebih penting lagi adalah, Murid seperti apakah saya ini?

Kita perlu merenungkan dan berpikir tentang diri kita sendiri apakah kita sebagai murid Kristus yang sejati? Adakah tanda dan bukti nyata dalam diri kita sehingga orang lain melihat bahwa kita adalah murid Kristus yang sejati? Mari kita coba menilai diri kita sendiri masing-masing, benarkah kita sudah menjadi murid Kristus yang sejati?

Seorang murid Kristus yang sejati adalah seorang yang berakar di dalam Firman Tuhan. Di dalam Yohanes 8:31 tertulis:

"Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku."

Perkataan Tuhan Yesus tersebut ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang telah menjadi percaya agar mereka tetap dalam Firman Tuhan. Tetap di dalam Firman Tuhan berarti berpegang teguh kepada Firman Tuhan apapun keadaan dan tantangan yang dihadapi. Itu sama dengan berakar dalam Firman Tuhan.

Itulah sebabnya, di dalam konteks inilah semua orang percaya perlu membangun kebiasaan untuk membaca, merenungkan, menghafalkan dan mempraktikkan Firman Tuhan. Sehingga seluruh hidupnya dikuasai oleh Firman, digerakkan oleh Firman dan dibangun hanya di atas kebenaran Firman Tuhan.

Murid Kristus yang sejati juga seorang yang menundukkan dirinya sepenuhnya kepada Kristus.

Kata-Nya kepada mereka semua:

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23).
"Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku." (Lukas 14:33).

Ini berarti, jika masih ada bagian dalam hidup kita yang tidak diserahkan dan ditundukkan kepada Kristus sebagai Penguasa Tunggal hidup kita, maka sesungguhnya semua bagian lain yang telah kita tundukkan kepada-Nya menjadi tidak bernilai. Tuhan Yesus menuntut pengabdian kita sepenuhnya. Percaya kepada Kristus berarti mempercayakan diri untuk dipimpin dan dibentuk sesuai dengan kehendak-Nya.

Juga dalam hal lain yang tidak kalah pentingnya, seorang murid Kristus yang sejati, tandanya adalah bahwa ia benar-benar hidup di dalam Kasih. Tuhan Yesus berkata:

"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:34,35)

Tidak ada tolok ukur yang lebih besar untuk kehidupan murid-murid Kristus selain mempraktikkan sebuah gaya hidup "saling mengasihi". Semua orang akan tahu kalau kita murid Kristus bukan melalui kekayaan, pangkat atau status sosial yang tinggi, melainkan melalui hidup kita yang "saling mengasihi".

Mother Theresa dari Kalkuta menegaskan hal ini dengan mengatakan, "Kasih tidak bermakna jika tidak dibagikan." Kasih harus dinyatakan dalam perbuatan nyata. Kita harus mengasihi tanpa mengharapkan imbalan apapun. Jika kita mengharapkan imbalan, itu bukan kasih, karena kasih yang sejati adalah mengasihi tanpa syarat dan tanpa imbalan. Kasih yang mendalam tidak memperhitungkan apapun. Jika kita benar-benar murid Kristus yang sejati, maka kita akan menghasilkan murid Kristus yang sejati juga. Itulah pelipatgandaan rohani. Pertanyaannya, sudahkah Kita menjadi murid Kristus yang sejati? Sudahkah kita menghasilkan murid Kristus yang sejati lewat hidup kita? (AH)