New paradigm
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 30 Januari 2022 |
Penulis | Pdt Dr Rudi Darmawan |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Ketika melihat suatu peristiwa atau suatu hal, biasanya orang-orang memiliki pandangan yang berbeda-beda. Misalnya ketika Musa mengutus 12 pengintai ke Tanah Perjanjian untuk menyelidiki, mereka melihat tanah yang sama, daerah yang sama, orang Kanaan yang sama, namun menyampaikan dua macam laporan yang berbeda. Sebagian mengatakan bahwa mereka tidak dapat masuk tanah itu, karena banyak raksasa dan beberapa berpendapat bahwa mereka dapat menaklukkan musuh karena Tuhan akan menolong menghadapi raksasa-raksasa tersebut. Mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai raksasa dan mengenai Tuhan. Cara orang memandang inilah yang secara umum dimaksud dengan paradigma.
Paradigma lama yang duniawi
Setelah kejatuhan Adam dan Hawa, tanpa sadar manusia dibentuk dan dipengaruhi oleh dosa sehingga menjadi serupa dengan dunia. Yang menjadi tujuan hidup adalah nilai-nilai atau konsep hidup yang dosa tawarkan sebagaimana yang rasul Yohanes tuliskan:
Sebab semua yang ada di dalam dunia,
yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup,
bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
(1 Yohanes 2:16)
Dengan memegang konsep hidup yang seperti itu, maka cara berpikir, cara memandang dan pengambilan keputusan hanya berdasarkan kesenangan diri sendiri dan pemuasan hawa nafsu. Apa yang dikejar manusia adalah keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Semua yang diciptakan manusia diarahkan untuk mencapai keinginan tersebut. Manusia tidak menyadari keberadaan Tuhan dan tujuan Tuhan menciptakan manusia.
Pola pikir, sudut pandang atau paradigma lama, akan menghambat manusia untuk mengenal dan memahami jalan-jalan Tuhan. Orang akan hidup secara manusiawi semata-mata. Hidupnya sudah dicetak atau mengikuti pola dunia. Yang dilakukan bukan kehendak Tuhan, namun kehendaknya sendiri yang sudah tercemar oleh dosa. Tujuannya adalah menjadi yang terbesar dan terhebat, agar mendapatkan kenikmatan dan penghargaan dari dunia ini. Namun itu melenceng dari tujuan Tuhan. Manusia perlu ditolong agar tidak menjadi serupa dengan dunia, namun menjadi serupa dengan Kristus.
Paradigma baru
Cara pandang atau sudut pandang seseorang ternyata sangat penting. Cara pandang akan menentukan pengambilan keputusan dan tindakan orang tersebut yang pada akhirnya berpengaruh pada masa dengannya. Rasul Paulus menasihatkan jemaat:
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna...
(Roma 12:2)
Proses kelahiran baru yang dialami orang percaya menghasilkan perubahan yang besar dalam hidupnya. Perjalanan menuju kematian kekal yang dipimpin oleh dosa, berbalik menjadi perjalanan menuju kehidupan kekal bersama Tuhan Yesus. Seiring dengan perubahan tersebut, cara pandangnya pun mengalami perubahan. Ada paradigma baru yang terbentuk oleh peristiwa keselamatan tersebut.
Puncak kehidupan seseorang terjadi ketika orang tersebut dapat menemukan dan menjalani kehendak Allah yang baik, berkenan dan sempurna dalam hidupnya. Hidup kita akan sungguh-sungguh memuliakan Tuhan dan berdampak bagi orang lain, karena melakukan kehendak-Nya tersebut.
Untuk mengetahui seluruh kehendak Allah, harus dimulai dari akal budi atau pikiran yang telah dibaharui. Tanpa memiliki paradigma yang baru, orang tidak mungkin dapat mengerti kehendak Tuhan. Tentu saja orang dapat meng-copy kegiatan baik yang dilakukan orang lain, namun itu belum tentu merupakan kehendak Tuhan atas dirinya. Orang percaya yang mau mengerti dan melakukan kehendak Allah harus mengalami perubahan akal budi atau perubahan paradigma.
Jalan ke arah paradigma baru
Rasul Paulus adalah contoh yang sangat baik bagaimana seseorang mengalami perubahan hidup dan perubahan paradigma. Nama sebelumnya adalah Saulus, seorang ahli Taurat yang sangat taat dan teguh menegakkan hukum. Sebagai anggota mahkamah agama di Israel yang sangat berkuasa atas kehidupan sosial dan keagamaan bangsa Israel, Saulus rela menjadi pelindung orang-orang yang menghukum mati Stefanus. Saulus juga mengambil bagian penting dalam upaya mengembalikan kepercayaan orang Yahudi yang percaya kepada Tuhan Yesus agar kembali kepada Yudaisme dengan berbagai cara; termasuk menganiaya. Tujuan besarnya adalah membinasakan iman Kristen.
Dalam perjalanan ke Damsyik, Saulus mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus. Seketika hidupnya berubah, paradigmanya pun berubah. Saulus memiliki tujuan hidup yang baru yang sesuai dengan kehendak Allah yaitu mengabarkan Injil Keselamatan bagi semua orang.
Setelah lahir baru, kita ingin mengerti kehendak Allah dan melakukannya. Dari mana kita mulai? Kita dapat memiliki paradigma yang baru dengan mengambil keputusan yang dipengaruhi oleh Firman dan Roh Kudus.
Rasul Paulus setelah berjumpa dengan Yesus, mengambil keputusan untuk mengikut Yesus dan memberitakan Injil sesuai dengan Firman Allah yang didengarnya. Firman Tuhan yang kita baca dan pelajari akan merubah paradigma kita, dari cara pandang duniawi menjadi cara pandang sorgawi. Roh Kudus yang ada dalam diri orang percaya akan menuntun dan mengajar orang percaya yang mau membuka hati, bergaul karib dan dengar-dengaran kepada-Nya. Kemudian kita mengambil keputusan untuk melakukan kehendak Allah.
Dengan paradigma baru, orang percaya melakukan kehendak Allah dengan kasih dan sukacita, mengetahui bahwa Tuhan menuntun pada kehidupan yang penuh berkat dan hidup kekal, bukan karena takut dan terpaksa. Orang yang melakukan hal baik dan benar dengan paradigma lama akan melakukannya hanya karena takut neraka dan takut susah. Tuhan mau kita mengetahui kehendak-Nya yang sempurna, termasuk motif dalam melakukannya. Orang yang mengasihi Tuhan akan menuruti segala perintah Tuhan.
Dampak paradigma baru
Memiliki paradigma yang baru dalam mengikut Tuhan adalah sebuah KEHARUSAN. Firman Tuhan menunjukkan dengan jelas bahwa kita harus meninggalkan cara hidup yang lama ketika kita berbalik untuk mengikut Tuhan. Cara hidup yang lama ini termasuk: pola pikir, tutur kata, tingkah laku dan perbuatan kita sehari-hari, di mana harus mengalami perubahan. Tidak boleh sama seperti dulu, ketika belum mengenal Tuhan. Ada pola, standar, peraturan yang baru, yang harus kita lakukan sekarang, yang seringkali bertolak belakang dengan apa yang kita percaya atau pegang selama ini.
Perubahan paradigma ini akan menghasilkan perubahan besar dalam hidup orang yang mengalaminya dan juga berdampak bagi orang-orang di sekitarnya.
Salah satu cerita yang terkenal di Alkitab adalah wanita di kota Sikhar yang berjumpa dengan Yesus di tepi sebuah sumur. Wanita itu mengisi hidupnya dengan kesenangan daging. Dia pasti tahu bahwa itu keliru, namun tidak berdaya. Ketika berjumpa dan bercakap-cakap dengan Yesus, hidupnya diubahkan dan tentu saja pola pikirnya mengalami perubahan. Tidak diragukan, keluarganya pun mengalami pemulihan. Lebih jauh, wanita yang sebelumnya dikenal sebagai pezinah, membawa orang-orang di kotanya untuk percaya kepada Yesus. Dampak yang luar biasa, wanita itu membawa kebangunan rohani yang besar di kotanya.
Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai yang kaya raya tinggal di kota Yerikho. Pada zaman itu memungut cukai adalah profesi yang dipandang hina karena dianggap memeras bangsa Israel sendiri untuk kepentingan Romawi. Zakheus mendengar berita-berita mengenai Yesus dan penasaran ingin berjumpa dengan-Nya. Yesus menyapa Zakheus yang ada di atas pohon dan akhirnya makan di rumahnya. Ketika berjumpa dengan Yesus, hidup Zakheus berubah dan dia mengambil keputusan untuk memberikan setengah dari hartanya kepada orang miskin. Tidak diragukan, paradigmanya berubah terhadap uang. Dampak ekonomi dan sosial yang luar biasa terjadi di kota Yerikho saat itu. Banyak keluarga yang ditolong secara ekonomi akibat pertobatan dan perubahan paradigma Zakheus.
Tuhan menghendaki kita meninggalkan paradigma lama yaitu pola pikir duniawi yang menuntun pada kehidupan duniawi yang berujung pada kebinasaan kekal dan beralih kepada kehidupan baru dengan pola pikir atau paradigma baru, yang menuju hidup kekal. Hidup baru adalah hidup dalam kebenaran, selalu dituntun oleh Firman dan Roh-Nya yang akan selalu mengubah paradigma kita.
Dengan paradigma baru kita akan mengetahui kehendak Allah dan menurutinya. Dampaknya adalah hidup, keluarga, pelayanan, cara berbisnis dan bekerja pun akan berubah. (Kompilasi Tim Teologi - RD)
Ketika melihat suatu peristiwa atau suatu hal, biasanya orang-orang memiliki pandangan yang berbeda-beda. Misalnya ketika Musa mengutus 12 pengintai ke Tanah Perjanjian untuk menyelidiki, mereka melihat tanah yang sama, daerah yang sama, orang Kanaan yang sama, namun menyampaikan dua macam laporan yang berbeda.