A preparation of the Jeremiah Generation

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

"Tetapi anak-anak mereka yang telah dijadikan-Nya ganti mereka, mereka itulah yang disunat Yosua, sebab mereka belum bersunat, karena mereka tidak disunat dalam perjalanan." (Yosua 5:7)

Ketika Bapa Rohani kita, Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo, kembali dari acara "THE SEND", Brazil, pada bulan Februari 2020, beliau Kembali ke Indonesia dengan membawa suatu pesan dari Tuhan mengenai apa yang harus dilakukan/dikerjakan oleh Gereja Tuhan di Indonesia, sebagai langkah nyata untuk mewujudkan penyelesaian Amanat Agung; yaitu:

Tuntunan untuk berpuasa 40 hari, dan kebangkitan Generasi Yeremia sebagai motor kegerakan untuk penyelesaian Amanat Agung.

Tetapi rupanya hal itu tidak langsung terjadi seperti yang kita pikirkan. Tanpa kita sangka-sangka, pada hari pertama kita semua sedang berpuasa 40 hari, Bapak Presiden Jokowi mengumumkan COVID-19 masuk di Indonesia, dan sejak saat itu kita semua harus mengalami masa-masa "berdiam diri" atau "bersembunyi" selama hampir 2 tahun ini. Ada apa?

Saya teringat kisah dalam Yosua 5.

Ketika semua raja orang Amori di sebelah barat sungai Yordan dan semua raja orang Kanaan di tepi laut mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air sungai Yordan di depan orang Israel, sampai mereka dapat menyeberang, tawarlah hati mereka dan hilanglah semangat mereka menghadapi orang Israel itu. Pada waktu itu berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Buatlah pisau dari batu dan sunatlah 1 lagi orang Israel itu, untuk kedua kalinya." Lalu Yosua membuat pisau dari batu dan disunatnyalah orang Israel itu di Bukit Kulit Khatan. (Yosua 5:1-3)

Firman Tuhan berkata, Semua raja orang Amori dan semua raja Kanaan tawar hati dan hilang semangat ketika mereka melihat TUHAN mengeringkan sungai Yordan di depan orang Israel.

Tetapi apa yang TUHAN lakukan? Apakah TUHAN menyuruh bangsa Israel untuk langsung menyerbu/menerjang bangsa Kanaan yang sedang ketakutan seketika itu juga? Ternyata TIDAK. Alih-alih untuk langsung menyerbu, TUHAN malah menyuruh bangsa Israel disunat untuk kedua kalinya dan masuk ke perkemahan-perkemahan mereka sampai sembuh.

Sunat, pertama berarti tanda perjanjian dengan Allah, bahwa kita memiliki perjanjian/covenant dengan-Nya. Tapi yang kedua, sunat juga berarti penanggalan akan tubuh dosa kita (penanggalan manusia lama kita).

Jadi TUHAN mau memastikan sebelum kita memasuki/menduduki "tanah Kanaan", "manusia lama" kita sungguh-sungguh haruslah sudah dikuburkan.

Dan berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir itu dari padamu." Itulah sebabnya nama tempat itu disebut Gilgal sampai sekarang. (Yosua 5:9)

Baru ketika mereka selesai disunat dan sembuh benar, maka mereka siap untuk menerima setiap janji-janji TUHAN dalam hidup mereka.

Oleh karena itu mari di dalam sisa waktu yang masih ada, sebelum kita memasuki tahun 2022, kita sekali lagi mempersiapkan diri kita sebaik-baiknya. Kita masuk dalam puasa bersama dari tanggal 1-21 Desember 2021. Kita ambil banyak waktu untuk "Sabat" dan berdoa agar generasi Yeremia sungguh-sungguh dibangkitkan, disembuhkan dari setiap luka-luka, dan dari setiap ikatan-ikatan yang ada, bangkit untuk menjadi Messenger of the Third Pentecost. Sehingga tahun 2022 sungguh-sungguh menjadi Tahun Kebangkitan bagi Generasi Yeremia.