Goncangan kecil di awal tahun 2012
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 29 Januari 2012 |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
“Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat;” (Hagai 2:7)
Pada tanggal 5 Januari 2012 sore hari, Jakarta dilanda hujan deras dan badai angin puting beliung yang menyebabkan 2 orang tewas, 57 pohon tumbang, 4 papan reklame ambruk dengan 14 mobil dan 3 motor hancur, serta kemacetan panjang terjadi di mana-mana.
Berita internasional berkaitan dengan situasi yang memanas di teluk Hormuz, berpotensi ke arah krisis minyak dunia; dan ini berpengaruh atas Indonesia, mengingat pasokan minyak yang berasal dari Timur Tengah mencapai 40% dari kebutuhan dalam negeri.
Apa yang akan terjadi jika situasi makin chaos? Ini hanya sebuah awal goncangan kecil dari apa yang telah Tuhan pesankan melalui Gembala Sidang Dr Ir Niko Njotorahardjo pada Doa Pengerja awal bulan Desember 2011.
Dari 7 hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah: Akan ada gelombang yang baru yang besar dan dahsyat atau goncangan yang bersumber dari Tuhan, itu menakutkan, sudah sering disampaikan melalui Yoel 2:31-32 bahwa TUHAN akan mengadakan tanda-tanda di langit di mana matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah, sebelum datangnya hari TUHAN yang hebat dan dahsyat itu. Dan barang siapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan sebab di gunung Sion dan di Yerusalem ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan TUHAN, dan setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terlepas.
Menjelang kedatangan Tuhan kali yang kedua dengan pesan “AKU segera datang” goncangan-goncangan ini menjadi pembuka untuk masuk dalam goncangan-goncangan yang berikutnya, olehnya gereja Tuhan/anak-anak Tuhan harus mewaspadai setiap gon-cangan ini, sebab apa yang telah di firmankan-Nya pasti digenapi.
Bagaimana sikap kita untuk menghadapi goncangan yang bersumber dari Tuhan di tengah-tengah pesan Tuhan bahwa tahun ini sebagai Tahun Perkenanan Tuhan?
1. Hidup benar dan serta bergaul dengan Allah
“Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.” (Kejadian 6:9)
Pada zaman Nuh hidup, manusia hi-dup dalam kerusakan moral, bahkan Allah sendiri memberi penilaian bahwa manusia telah menjalankan hidup dengan rusak (Kejadian 6:12). Sudah menjadi terbiasa dan dipandang wajar manusia melakukan dosa dan amoral pada zaman Nuh, dosa sudah mendominasi hati dan hidup manusia, tetapi hebatnya Nuh berani menantang arus dunia; tidak ikut mengalir dalam dosa dan kejahatan dengan mempertahankan kehidupan yang benar dan tak bercela di hadapan Tuhan sebagai dampak dari pergaulannya dengan Tuhan. Keintiman dengan Tuhan harus menjadi gaya hidup anak-anak Tuhan pada masa sekarang ini, dengan kasih mula-mula kepada Tuhan Yesus yang terus berkobar-kobar dalam hati kita bahkan lebih lagi “Api Kasih” itu makin memenuhi hidup kita.
Di tengah goncangan-goncangan yang melanda dunia dalam segala aspek kehidupan ini, maka hendaklah orang percaya hidup dengan makin banyak masuk dalam hadirat Tuhan sebagai bentuk keintiman kita de-ngan Tuhan melalui doa, pujian dan penyembahan. Pergaulan dengan Allah membuat kita tidak akan goyah terhadap goncangan apapun dan daya tarik dunia yang ingin menyeret kita untuk hidup bercela di hadapan Tuhan Yesus.
Tuhan akan meluputkan anak-anaknya dari goncangan seperti yang difirmankan dalam Mazmur 91:14, “Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentengi-nya, sebab ia mengenal nama-Ku.”
Penulis mazmur ini telah mengalami peristiwa yang nyata di tengah-te-ngah goncangan dahsyat yang terjadi yaitu “seribu rebah sebelah kiri dan sepuluh ribu sebelah kanan”, tetapi karena hidupnya melekat dengan Allah, dia diluputkan dari semua goncangan yang ada. Bagaimana dengan hidup kita? Biarlah kita termotivasi untuk lebih bergaul erat dengan Tuhan Yesus agar kita diluputkan dari goncangan.
2. Hidup dengan rendah hati di hadapan Tuhan
Dalam Zefanya 3:12 dikisahkan bahwa di tengah-tengah goncangan yang Tuhan lakukan atas Yerusalem, difirmankan bahwa: “Mereka yang rendah hati dengan mengandalkan Tuhan akan diselamatkan”. Oleh sebab itu di tengah-tengah goncang-an-goncangan besar yang terjadi, baiklah kita memposisikan diri di hadapan Tuhan sebagai pribadi yang rendah hati atau hanya bergantung kepada Tuhan saja.
Ini suatu sikap hati yang mendatangkan perkenanan Tuhan. Marilah kita menjadikan Tuhan Yesus sebagai sumber segala berkat, rahmat, keberhasilan, keberuntungan, kesuksesan dan kelimpahan dalam segala hal, dan menyerahkan semua yang ada dalam hidup kita; keluarga, usaha, dan pekerjaan kita kepada Tuhan Yesus, maka kita akan diangkat dan dipromosikan Tuhan lebih tinggi lagi.
Sikap kita dalam hidup dengan merendahkan hati, menempatkan kita pada posisi sebagai pribadi yang mengandalkan Tuhan, berserah kepada Tuhan, berharap hanya pada Tuhan, meminta pertolongan hanya kepada Tuhan, bersandar sepenuhnya pada Tuhan, mencari Tuhan terlebih dahulu di tengah pergumulan dan menjadi pribadi yang setia menanti-nantikan Tuhan dalam hidup ini.
Yakobus 4:10, “Rendahkanlah diri-mu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.”
3. Percaya kepada Firman-Nya
“... mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka. Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepada-Mu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu.” (Mazmur 22:5-6)
Sikap hidup kita di tengah-tengah goncangan yang ada dengan menunjukkan perilaku hidup yang berkenan di hadapan Tuhan adalah sikap hati yang percaya dengan ditindaklanjuti berseru-seru kepada Tuhan Yesus Kristus.
Sudah sering Gembala Sidang memberitakan untuk kita “Percaya saja kepada Tuhan Yesus dan percaya saja kepada Firman-Nya.”
Sikap hidup yang meyakini bahwa di tengah-tengah goncangan Tuhan dapat menyatakan perkara-perkara besar dan kemuliaan-Nya yang besar bagi kita adalah sikap hati yang harus tetap ada dalam hidup kita.
Dibalik goncangan ini Tuhan sedang merencanakan dan merancangkan berkat yang besar bagi yang percaya kepada-Nya. Seperti difirmankan dalam Yohanes 11:40, “... Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?”
Tetap berseru kepada Tuhan dan berpegang pada firman-Nya adalah bentuk kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus yang merancangkan sesuatu yang baik bagi anak-anak-Nya, penuhi hati, pera-saan, pikiran dan tujuan hidup ini de-ngan percaya pada firman-Nya, bahwa goncangan ini mendatangkan promosi dan multiplikasi.
Nuh belajar percaya dengan pesan Tuhan, walaupun karena itu dia dicemooh orang, dihina, menjadi bahan olok-olok; bahkan pembicaraan yang dianggap suatu kebodohan, tetapi Nuh tetap percaya, tidak goyah, tidak ragu, tidak mempertanyakan pesan Tuhan pada dirinya; bahkan kepercayaannya tidak memudar di tengah-tengah ejekan orang-orang pada zamannya. Sehingga pada hari penghukuman itu tiba, Nuh diselamatkan. Demikian juga dengan kita, ketika goncangan-goncangan itu terjadi maka kita akan mengalami promosi dan multiplikasi sesuai dengan apa yang kita percayai dari firman-Nya.
Sikap percaya dengan hati yang penuh seperti yang ditunjukkan dalam Mazmur 26:1 bahwa percaya kepada Tuhan dengan tidak ragu-ragu, membuat kita akan mengalami dan menerima “Apa yang kita percayai.”
Goncangan-goncangan akan memasuki babak yang baru dari apa yang telah Tuhan pesankan melalui Gembala Sidang. Kita tidak tahu akan terjadi goncangan apa di depan kita, tetapi bagian kita harus tetap hidup dalam perkenanan Tuhan dengan:
- hidup benar dan tidak bercela dengan bergaul karib dengan Tuhan,
- terus dalam posisi merendahkan hati di hadapan Tuhan, serta
- tetap mempercayai Firman Tuhan bagi anak-anak-Nya,
maka dari dalam goncangan itu akan terbit perkara besar bagi kita, seperti yang telah dijanjikan-Nya; bagi kemuliaan-Nya.
Sumber
- [AEN] (29 Januari 2012). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto.