Mengimani Tuhan dalam kesesakan
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 02 Oktober 2011 |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
Elimelekh, Naomi, Mahlon, dan Kilyon adalah sebuah keluarga yang semula tinggal Betlehem, namun karena bencana kelaparan yang menimpa Betlehem, mereka pun kemudian meninggalkan Betlehem (Rut 1:6-14). Betlehem yang dimaksud di sini adalah Efrata bukan Betlehem Zebulon. Bila menyimak arti kata Elimelekh, Naomi, dan Betlehem, kita tidak akan menemukan makna yang begitu berpengaruh dan kuat.
- Elimelekh berarti: "Tuhanku adalah Raja" (el artinya ‘Allah’ dan melekh artinya ‘raja’);
- Naomi berarti: "indah dan menyenangkan", dan
- Betlehem berarti: "rumah roti" (bait artinya ‘rumah’ dan lekhem artinya ‘roti’)
Bila nama Elimelekh dan Naomi digabungkan maka artinya adalah, "jika Tuhanku adalah Raja maka hidupku indah dan menyenangkan" serta tinggal tenang di Betlehem.
Namun pada masa Hakim-hakim memerintah, terjadi bencana kelaparan di tanah Israel; Elimelekh beserta keluarganya pergi dari Betlehem (rumah roti) ke Moab, bangsa kafir. Maksud hati ingin merantau ke Moab agar terhindar dari bahaya kelaparan sekaligus menata hidup. Namun ketika di Moab, bukannya keberhasilan yang mereka peroleh, melainkan KEGAGALAN. Elimelekh dan kedua anaknya meninggal, tinggal Naomi dan kedua menantunya; tiga janda dalam satu rumah. Suatu ketika, Naomi mendengar kabar bahwa Tuhan telah memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka. Maka berkatalah Naomi, "AKU INGIN PULANG" ke Efrata, ke tanah Betlehem-Yehuda; karena Tuhan telah memulihkan Betlehem.
Lalu bergegaslah ia pulang ke Betlehem bersama kedua menantunya. Cerita tentang kembalinya Naomi ke Betlehem menjadi sangat mengharukan, penuh tangisan dan air mata ketika mereka mencapai perbatasan Moab dan Betlehem. Di belakang mereka ada Moab, negeri yang penuh kegagalan, kenangan pahit, duka dan air mata, dan di depan mereka terlihat Betlehem (rumah roti), kota kecil namun tak pernah ditinggalkan Tuhan. Di perbatasan Moab dan Betlehem, terjadilah percakapan di antara tiga wanita tentang masa depan atau keberlanjutan hidup mereka.
- Bagi Naomi, Betlehem adalah tempat ia dibesarkan, menikah dan mendapatkan keturunan.
- Bagi Orpa dan Rut, Betlehem adalah negeri yang sama sekali asing bagi mereka.
Ketika mereka berdialog, mereka sedang berdiri di perbatasan antara masa lalu dan masa depan. Terjadi kebingungan di antara Orpa dan Rut;
- melanjutkan perjalanan ke Betlehem, memulai hidup baru dan meninggalkan Moab, kota penuh air mata,
- ataukah kembali ke Moab dan melanjutkan duka.
Mereka harus membuat keputusan. Akhir dari percakapan tersebut, Orpa dan Ruth membuat pilihan dan keputusan yang berbeda:
- Orpa kembali ke Moab,
- Rut bersama mertuanya melanjutkan perjalanan ke Betlehem.
Dan sekali lagi, ada air mata yang jatuh di batas kota. Orpa melepas kepergian ipar dan mertuanya. Bagi Rut, tangisan di batas kota Moab dan di ambang kota Betlehem adalah tangisan terakhir melepas masa lalu dan menyongsong masa depan, namun mungkin tidak bagi Orpa, ia kembali negeri duka yang tak berujung. Ia kembali masa lalu dan terhilang untuk selamanya.
Dari tokoh Elimelekh-Naomi dan Rut, seperti yang dikisahkan dalam Kitab Rut, ada pelajaran berharga yang dapat menjadi awasan sekaligus panutan.
I. Elimelekh-Naomi
1. Arti nama Elimelekh-Naomi
Dari arti nama mereka; Elimelekh dan Naomi dapat mengerti bahwa apabila Tuhan adalah Raja (Elimelekh) maka hidup pasti indah dan menyenangkan (Naomi). Prinsipnya adalah bila Yesus menjadi Tuhan dan raja dalam setiap pribadi ataupun rumah tangga, maka pasti indah dan menyenangkan; atau bila Yesus menjadi "owner" dalam setiap usaha, maka pasti berhasil dan beruntung.
2. Jangan bertindak bila tidak diperintahkan oleh Tuhan
Elimelekh dan keluarganya seharusnya tidak meninggalkan Betlehem ke Moab jika Tuhan tidak mengijinkan; sekalipun kelaparan sedang menimpa Israel, sebab Tuhan sekali-kali tidak akan meninggalkan umat-Nya. Jika Tuhan adalah Raja maka hidup pasti indah dan menyenangkan meski di tengah badai (senyum di tengah badai). Kelaparan hanyalah kerikil kecil. Bagaimana?
- Keluar dari Betlehem sama saja dengan tidak lagi mempercayai Tuhan sebagai Raja, dan tidak lagi meyakini bahwa hidup akan indah dan menyenangkan.
- Keluar dari Betlehem sama saja dengan tidak mempercayai Tuhan bahwa Tuhan mampu untuk menyediakan roti. Buktinya, Ia kembali memperhatikan Israel.
- Ke Moab dan memulai hidup baru tanpa Tuhan, yang adalah Raja
- Mereka mencari kesuksesan tanpa Tuhan, dan akhirnya menuai penderitaan
- Mencari damai di luar Tuhan, akan menuai hidup yang tidak menyenangkan
3. Pulanglah dan jangan keraskan hati ketika mujizat-Nya dinyatakan
Naomi tidak mengeraskan hati dan tidak malu untuk kembali sebagai perantau yang gagal ketika ia mendengar bahwa Tuhan telah memperhatikan kembali Israel. Naomi bersaksi bahwa:
- "Dengan tangan penuh aku pergi"
- Ketika ia dan keluarganya pergi dari Betlehem, ia pergi dengan suami dan anak-anaknya dan boleh saya katakan, keluarga ini, kemungkinan besar membawa uang untuk modal usaha di Moab, sebab jika tidak bagaimana mungkin mereka bisa hidup di Moab sebagai orang asing. Alkitab mencatat bahwa mereka tinggal di Moab lebih dari 10 tahun. (Rut 1:4)
- "Dengan tangan hampa aku kembali."
- Suami dan anak-anak telah meninggal dan tidak ada yang dibawa pulang ke Betlehem hanya berharap dan percaya.
- Sebutlah aku Mara (pahit) dan jangan Naomi. Naomi artinya ‘kesukaanku’ atau ‘indah dan menyenangkan.’
- Naomi kembali ke Betlehem, ke pangkuan Tuhan yang telah menyertai dan memberkatinya sehingga hidupnya indah dan menyenangkan.
- Naomi kembali ke Betlehem, tanda pengakuan akan kekeliruannya selama 10 tahun.
4. Lakukan pengakuan kepada Tuhan
Naomi kembali ke Betlehem, tanda pengakuan akan kekeliruannya selama 10 tahun. Bagaimana dengan kita? Jika kita salah di hadapan Tuhan, lakukanlah pengakuan.
5. Putuskanlah pada hari ini
Kembali ke Betlehem berarti melihat pemulihan dan masa depan. Kembali ke Moab berarti terhilang untuk selamanya. Sebagian besar manusia memiliki kecenderungan hati seperti Orpa yang berkata Tuhan,
- aku mau mengikuti Engkau,
- aku berjanji untuk menjadi murid-Mu,
- hidup dalam ketaatan,
tetapi masa laluku bagaimana?
II. Rut
Alkitab mencatat bahwa Rut berasal dari bangsa Moab, bangsa yang tidak mengenal Tuhan seperti yang dipercayai keluarga Elimelekh. Prinsip yang ditemukan dari tokoh Rut adalah:
1. Komitmen
Ketika Naomi mengambil keputusan untuk kembali ke Betlehem, maka Rut mengambil keputusan untuk ikut bersamanya. Komitmennya ia nyatakan dalam ungkapan,
- Tuhanmulah Tuhanku,
- bangsamulah bangsaku,
- di mana engkau bermalam di situ pun aku bermalam.
2. Melepaskan kepercayaan yang lama
Rut tidak menyesal memilih Allah Israel. Ia siap melepaskan keyakinannya sebagai orang Moab dan mengakui Allah Israel sebagai Allahnya.
3. Akibat dari komitmen dan iman Rut
Sebagai wanita non-Yahudi namanya tercatat di Alkitab yakni dalam silsilah Tuhan Yesus. Tuhan tidak memedulikan suku, bangsa dan ras ketika seseorang mengambil keputusan untuk percaya kepada-Nya. Ia memberikan kewarganegaraan yang baru dan layak memperoleh segala fasilitas warga negara surgawi.
Penutup
Dari renungan di atas, kita dapat memperoleh pengertian bahwa:
- Setiap orang yang menjadikan Tuhan sebagai raja dalam hidupnya, baik secara pribadi, keluarga, dan bangsa, akan memperoleh keberhasilan dalam hidup; sebaliknya maka hanyalah diperoleh kegagalan.
- Multiplikasi akan terjadi bila dengan sungguh-sungguh kita mendengarkan Tuhan dan bertindak sesuai perintah-perintah-Nya; bukan seperti keluarga Elimelekh yang pergi ke Moab tanpa persetujuan Tuhan (berbeda dengan Abraham pergi dengan perintah Tuhan maka hidupnya berhasil; artinya mengalami multiplikasi dan promosi).
- Multiplikasi dan promosi akan terjadi bila kita berkomitmen mengikuti dan menaati perintah Tuhan seperti Rut. Keputusan Rut untuk pergi ke Betlehem merupakan titik balik menuju multiplikasi dan promosi.
Jika sepanjang tahun 2011 ini kita telah mengalami multiplikasi dan promosi, maka janganlah lupa mempersembahkan korban syukur kepada Tuhan sebagai tanda terima kasih kepada Tuhan.
Hana, ketika doanya terjawab, ia kembali ke rumah Tuhan tidak dengan tangan yang hampa, melainkan dengan membawa korban syukur.
Sumber
- [NIB] (02 Oktober 2011). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 02 Oktober 2011.