Siap dikoreksi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 26 Juli 2013 06.45 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd unified info)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. (Ayub 5:17)

Pendahuluan

Visi yang Tuhan berikan di tahun ini selain dari Pemulihan Seutuhnya, juga Entering the Next level atau naik ke level yang lebih tinggi. Siapkah kita dibawa naik ke level yang lebih tinggi lagi? Untuk bisa naik ke level yang lebih tinggi lagi, kita pun harus rela memberikan diri untuk dikoreksi oleh Tuhan dan teman-teman di COOL. Bagaimana sikap kita ketika di koreksi oleh Tuhan dan teman-teman sesama anggota COOL? Sharingkan, apakah kita sudah memiliki respons yang benar (rendah hati mau menerima dengan hati terbuka) atau kita malah marah dan tersinggung?

Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! (Wahyu 3:19)

Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. (Amsal 27:5)

Sesungguhnya kita harus bersyukur ketika Firman Tuhan dan teman-teman COOL kita mengoreksi dan mengingatkan akan kesalahan kita, karena itu justru menjadi tanda bahwa Tuhan dan teman-teman dalam COOL mengasihi kita.

Isi dan sharing

Apakah kita siap dikoreksi Tuhan dan teman-teman agar kita dapat naik ke level yang lebih tinggi?

  1. Miliki sikap rendah hati mau dikoreksi
  2. Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku. (Mazmur 26:2) Ketika kita melakukan sesuatu kesalahan, apakah kita mau dikoreksi dan ditegur? Kadang kita cenderung membenarkan diri sendiri atau menganggap diri paling benar, malah menyalahkan orang lain. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (Matius 7:3) Seringkali jabatan/kedudukan yang tinggi atau memiliki kekayaan materi yang berlimpah, membuat kita menjadi orang yang sulit dikoreksi, menjadi sombong dan tidak sedikit yang memandang rendah orang lain yang berada di bawahnya. Mari kita belajar pada Daud yang walaupun memiliki kedudukan tinggi sebagai Raja, dia tetap memiliki kerendahan hati. Daud tetap mau untuk senantiasa berjalan dalam kehendak Tuhan, sehingga dia rela untuk ditegur dan dikoreksi setiap saat (Mazmur 26:2).
  3. Jangan pernah takut dikoreksi
  4. Banyak orang takut dikoreksi, karena takut dilihat kelemahannya. Kita perlu belajar dari Gideon yang mengalami kondisi krisis kepercayaan diri ketika Allah hendak mengangkatnya menjadi Hakim. Gideon pun sempat merasa ketakutan karena ia merasa kecil, dan akhirnya Tuhan sendiri yang mengoreksinya. Berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis." (Hakim-Hakim 6:16) Sharingkan, apakah kita merasa takut ketika Tuhan dan teman mengoreksi kita?

Kesimpulan dan saling mendoakan

Miliki hati yang senantiasa mau diajar dan siap dikoreksi oleh Tuhan, supaya kita naik ke level yang lebih tinggi. Terimalah koreksi itu dengan positif, jangan mengeraskan hati, tapi dengan sikap rendah hati. Amin.

Visi yang Tuhan berikan di tahun ini selain dari Pemulihan Seutuhnya, juga Entering the Next level atau naik ke level yang lebih tinggi. Siapkah kita dibawa naik ke level yang lebih tinggi lagi?