When destiny comes knocking at your door (Pdp Daniel W Pradhana)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 21 November 2024 02.54 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| video1caption= Rekaman YouTube" menjadi "| video1caption= {{youtube}} YouTube")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Shalom, senang dapat kembali datang ke tempat ini. Pagi hari ini satu pesan yang berbicara kuat dalam saya dan saya terus bagikan ke mana Tuhan utus saya, berjudul when destiny comes knocking at your door.

Matius 21:18-19,

Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu.

Ini suatu cerita yang kita cukup familiar mendengarnya, tapi biasanya khotbah atau pesan yang diambil dari cerita ini bicara tentang, “ada kuasa dalam perkataan, Yesus mendemonstrasikan.” Tapi, saya renungkan kasihan juga pohon ara ini menjadi korban demonstrasinya Yesus. Saya percaya ada pesan lain yang sebenarnya juga tersimpan dalam cerita ini, itu yang saya mau ajak kita sama-sama tangkap pagi hari ini. Saya mau lukiskan dahulu sedikit konteks dari cerita ini agar ceritanya lengkap. Jika Saudara perhatikan persis sebelum kejadian, ayat-ayat sebelumnya, Yesus satu hari sebelumnya berada di Yerusalem baru saja melakukan pelayanan menjungkirbalikkan meja. Yesus, jika Saudara ingat di Bait Allah, Dia marah, karena mereka berjual beli, berdagang di depan rumah ibadah. Itu konteks cerita sehari sebelumnya seperti itu. Sesudah itu, Alkitab katakan Dia pergi ke satu kota lain dekat situ yaitu Bethania untuk bermalam di situ. Kemudian ayat 18 mengatakan, “Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya menuju ke kota, Yesus merasa lapar.

Saya orang Jakarta, kerja seharian di Jakarta, penat, lelah, malamnya saya putuskan bermalam jauh dari keramaian, untuk menyegarkan diri, pilihan yang paling ideal, kota yang tidak jauh di Bogor. Dari Jakarta saya pergi ke Bogor. Ini hanya seperjalanan kaki zaman itu belum ada pesawat, kereta api, dan mobil. Bermalam di Bogor, pagi-pagi benar saya ingat ada pertemuan jadi kembali ke Jakarta, dalam perjalanan kembali di tengah perjalanan, Alkitab mengatakan, “Yesus merasa lapar”. Merasa lapar jika di tengah perjalanan pasti cari rest area. Yesus sama, di tengah perjalanan kemudian Alkitab mengatakan begini “di dekat jalan dia melihat ada pohon ara, ada banyak daun-daunnya, Dia mendekati pohon ara ini karena mengharapkan buah.” Ternyata Dia tidak menemukan buah sama sekali hanya daunnya banyak, kemudian Dia katakan, “Mulai hari ini engkau tidak akan lagi berbuah selama-lamanya.” Pohon ara itu langsung mati. Pohon ara sebelum menghasilkan buah, pasti keluar daunnya banyak. Jadi daun yang banyak mengindikasikan ini musim berbuah, harusnya ada buahnya.

Pohon ara yang tidak menghasilkan buah

Sekarang saya tanya, mengapa Yesus kutuk pohon ara ini?

  • Yang pertama saya katakan, sepertinya bukan karena Dia hanya mendemonstrasikan kuasa perkataan.

    Saya pikir tidak mungkin Yesus kesal. Saya percaya, pohon ara tersebut ditempatkan Tuhan di situ karena Tuhan punya tujuan, alasan. Tuhan mau pohon ara ini menghasilkan buah, ketika Tuhan menemukan pohon ara ini tidak menghasilkan apa yang pohon ara ini seharusnya hasilkan, maka di mata Tuhan, tidak ada gunanya pohon ara ini hidup lebih lama. Hubungannya dengan kita, saya percaya seperti pohon ara ini setiap kita Tuhan tempatkan di bumi ini, karena Tuhan punya tujuan. Tuhan tidak iseng melahirkan Saudara di bumi, saya percaya setiap orang lahir di bumi Tuhan punya tujuan bagi Saudara. Tuhan punya tujuan bagi saya, bagi kita semua. Tuhan tidak lahirkan orang di bumi hanya untuk numpang lewat. Saudara lahir, besar, punya karier, punya rumah tangga, punya anak, jadi tua, kemudian meninggal, itu namanya numpang lewat. Tuhan ciptakan Saudara di bumi bukan hanya untuk numpang lewat di bumi ini. Tapi Tuhan punya rencana, Tuhan punya tujuan bagi Saudara, seperti pohon ara itu.

  • Kemudian perhatikan, ini pesannya agak serius. Ketika Tuhan tidak menemukan apa yang pohon ara itu seharusnya hasilkan, maka di mata Tuhan tidak ada gunanya kamu hidup lebih lama.

    Dapat dibilang pohon ara ini mati dengan kematian yang tragis, karena dia mati sebelum waktunya. Ketika Tuhan tidak lagi menemukan alasan, tujuannya dipenuhi, maka kata Tuhan, “Ya sudah, kamu tidak perlu hidup lebih lama.” Jangan sampai itu terjadi pada hidup kita. Tuhan punya tujuan bagi kita.

Jika Saudara perhatikan cerita ini, saya percaya ada 4 hal yang Saudara dan saya harus lakukan:

#1 Kita ditempatkan oleh Tuhan di tempat di mana Tuhan mau kita ada

Alkitab katakan, “Di dekat jalan ada pohon ara, dan Yesus datang ke situ.” Perhatikan, pohon ara tersebut adanya di dekat jalan, bukan di kejauhan jalan, bukan di belakang jalan, bukan tersembunyi, artinya pohon ara itu ditempatkan Tuhan persis di tempat di mana Yesus harus lewat di situ. Tahukah Saudara bahwa setiap Saudara dan saya ditempatkan oleh Tuhan, di tempat di mana Tuhan mau kita ada. Poin ini penting, karena saya temukan terlalu banyak orang memiliki pertanyaan yang salah tentang hidupnya, “Pastor, kenapa saya harus jadi orang Indonesia? Pastor, kenapa saya harus tinggal di Bogor?” Selama pertanyaan kita salah maka jawabannya pun akan salah. Saudara tidak akan pernah menemukan alasan yang benar, dengan pertanyaan seperti itu. Tetapi ketika Saudara mulai mengerti poin yang pertama, Tuhan sengaja tempatkan Saudara di tempat di mana Saudara ada karena Tuhan punya tujuan bagi Saudara di situ. Ketika Saudara mulai mengerti, sengaja Tuhan tempatkan saya di sini. Penempatan Saudara itu by design, tidak kebetulan. Makanya saya suka bicara pada orang lain, “Kamu hati-hati pindah kewarganegaraan," karena destination itu kata gabungan dari kata destiny dan nation. Artinya your destiny always links to the nation where you supposed to be in. Mengeluarkan diri Saudara dari negara di mana Tuhan tempatkan Saudara, dapat mendiskualifikasi hidup Saudara dari panggilan Tuhan. Saudara dapat pelajari semua orang dalam Saudara dipakai Tuhan selalu terhubung dengan tempat di mana Tuhan tempatkan hidup mereka. Tuhan punya alasan mengapa tempatkan Saudara di tempat di mana Saudara berada.

Saya suka ajar orang untuk tidak pernah mengambil keputusan berdasarkan apa yang dipikir dan dilihat baik. Contoh, beberapa tahun yang lalu Indonesia sempat mengalami krisis, kerusuhan, di tahun 1998 saya masih ingat, orang-orang berlarian keluar dari Indonesia. Mereka bilang lebih baik tinggal di Amerika, Australia, Singapura. Tahun 1998 Tuhan tarik saya pulang ke Indonesia. Ternyata rencana Tuhan bagi saya di Indonesia. Orang beraliran semua keluar, karena berpikir di luar lebih baik dari Indonesia. Itu tahun 1998, 24 tahun yang lalu. Hari ini, orang-orang di Amerika mengeluh semua, Singapura bahkan yang dekat mengatakan tidak mau lagi tinggal di Singapura. Tiba-tiba orang menyadari ternyata tidak ada tempat lebih enak, lebih baik, dan lebih ideal sekarang ini dari pada di Indonesia.

Saudara ingat cerita dalam Alkitab tentang Abraham dan Lot, ini paman dan ponakan dua-duanya menjadi sangat makmur dan kaya, sampai di titik negeri itu tidak cukup bagi mereka. Abraham menemukan ternyata anak buah dari keponakannya dan anak buah dia sering bertengkar. Alkitab catat “Lot melayangkan pandangannya, dan dia melihat pandangannya lembah Yordan tempat yang bagus, jadi dia ambil keputusan berdasarkan apa yang dia lihat baik, pikir baik, rasa baik, dia ambil tempat itu.” Abraham mengikuti kehendak Tuhan, tempat yang Lot pilih jadi Sodom dan Gomora dihancurkan oleh Tuhan. Jadi berdasarkan Tuhan yang mau tempatkan Saudara di tempat di mana Saudara berada. Tuhan punya tujuan bagi Saudara di situ. Tuhan tidak punya masalah bahkan tetap memberkati Saudara di tempat yang kelihatannya paling kering sekalipun. Tuhan tempatkan Saudara by design bukan by chance. Manusia mengambil keputusan berdasarkan apa yang kita pikir, kita rasa, kita lihat baik. Tuhan mengambil keputusan berdasarkan tujuan.

#2 Tuhan mau pakai kita: Sekarang

Bukan hanya Tuhan tempatkan Saudara di tempat di mana Tuhan mau Saudara berada, tetapi yang kedua Tuhan lahirkan Saudara di waktu saat Tuhan mau Saudara lahir. Pohon ara ditempatkan di situ tidak waktu masih bayi. Pohon ara itu sudah berdiri megah, tinggi, besar, di waktu berbuah, bahkan penempatan buah dia di situ di waktu yang spesifik. Tahukah Saudara, Saudara dilahirkan Tuhan dapat pilih lahirkan Saudara kapan pun. Tapi Tuhan lahirkan Saudara di zaman ini. Tuhan punya rencana bagi hidup Saudara di zaman ini. Bicara tentang Tuhan lahirkan Saudara di waktu di mana Saudara lahir juga bicara tentang, “tidak ada Saudara yang terlalu muda untuk dipakai Tuhan dan tidak ada Saudara yang terlalu tua untuk dipakai Tuhan.”

#3 Hidup kita harus menghasilkan buah

Pohon ara tersebut berdiri di situ dia harus menghasilkan buah. Alkitab katakan, “Yesus melihat banyak daun tapi tidak ada buahnya.” Jangan sampai hidup kita hanya banyak daunnya, tapi tidak ada buahnya. Banyak daun mengindikasikan harusnya musim berbuah, tapi ketika didekati tidak ada buahnya. Jangan sampai hidup Saudara dan saya hanya kelihatannya Kristen. Tapi tidak ada buahnya. Kelihatannya rohani, tapi tidak ada buahnya. Bicara keluarnya ayat, bercanda keluarnya ayat, maki-maki orang juga keluarnya ayat, kelihatannya Kristen tapi ketika orang teliti hidupnya ternyata hanya kelihatannya saja. Pastikan hidup Saudara dan saya hasilkan buah. Saya mau memberikan pengertian paling sederhana tentang apa itu buah. Buah adalah apa yang hidup Saudara hasilkan yang dapat berguna bagi orang lain. Buah adalah, apa yang hidup Saudara hasilkan yang berguna bagi orang lain. Prinsipnya tidak ada pohon yang makan buahnya sendiri. Jadi indikator buah dalam hidup Saudara, ukurannya bukan kekayaan, bonus besar, perusahaan besar, selama semuanya hanya untuk dinikmati sendiri, Saudara belum berbuah. Hidup Saudara berbuah ketika hidup Saudara bermanfaat bagi orang lain.

#4 Menemukan panggilan

Alkitab katakan hari itu Yesus datang menghampiri dia, Yesus merasa lapar. Banyak kita berpikir, saya lagi cari panggilan saya, akan datang waktunya di mana bukan Saudara yang cari panggilan Saudara, tapi panggilan Saudara yang datang dan cari Saudara. Yesus datang menghampiri pohon ara itu. Panggilan Saudara akan datang menghampiri ketika ada kebutuhan kecil yang datang dalam hidup Saudara. Ketika ada orang yang ketuk pintu Saudara dan mengatakan, “Tolong saya”. Ketika ada kebutuhan kecil yang datang menghampiri Saudara bisa jadi itu panggilan Tuhan sedang datang berusaha untuk Saudara jawab. Terlalu banyak dari kita bertanya, “Gimana jika itu bukan panggilan saya?” Jawaban saya, mau panggilan kamu atau bukan, selama kamu respons, tidak pernah salah menolong orang.

Pertanyaannya lebih serius lagi, bagaimana jika itu panggilan kamu dan kamu tolak?

Matius 25:42-45,

Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.

Bagaimana jika panggilan Saudara datang menghampiri Saudara di tengah-tengah keseharian Saudara. Bagaimana jika itu cara Tuhan untuk mengatakan, “Aku mau hidup kamu jadi jawaban, hasilkan buah, bermanfaat buat orang.” Yesus mungkin datang menghampiri hidup kita dalam bentuk kebutuhan kecil, jangan tolak. Karena bisa jadi yang kita tolak, Tuhan berusaha tunjukkan kita panggilan hidup kita.

Tuhan memberkati.

Video