Parenting di milenium ketiga
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 03 November 2024 |
Penulis | Pdt Jaliaman Sinaga, MDiv |
Sebelumnya |
|
Perkembangan kemajuan teknologi, khususnya teknologi digital begitu cepat, kadang kala, satu perkembangan belum dipahami dengan baik, sudah muncul “kebutahurufan yang lain” (Alvin Toffler). Di satu sisi, perkembangan ini merupakan satu hal yang positif, karena dapat menunjang berbagai aspek kehidupan yang lebih baik. Namun di sisi lain dapat berdampak negatif kepada kehidupan keluarga dan parenting, bila tidak diresponi dengan benar. Dengan teknologi digital kita dapat berkomunikasi dengan bebas kepada siapapun dan di manapun, tanpa ada lagi tembok-tembok pembatas. Demikian juga dengan begitu beragamnya game yang ditawarkan, membuat anak dapat terikat dengan gadget.
Inilah masalah yang serius dihadapi oleh orang tua generasi milenial saat ini. Lalu bagaimana sikap yang benar, itulah yang merupakan pembahasan dalam artikel singkat ini.
Pengertian parenting
Parenting merupakan proses pengasuhan anak yang diberikan oleh orang tua terhadap anak. Proses ini tentunya memiliki waktu yang panjang dan mencakup beberapa aspek, antara lain ialah, aspek spiritual, pisik, sosial, intelektual, emosional. Tidak sedikit orang tua hanya fokus kepada kebutuhan pisik dan intelektual anak. Alkitab menjelaskan bahwa manusia terdiri dari roh, jiwa dan tubuh (1 Tesalonika 5:23), karena itu parenting harus mencakup ketiga aspek tersebut.
Simaklah apa yang dikatakan oleh para ahli mengenai parenting:
- Parenting merupakan sebuah interaksi yang berlangsung terus menerus dan memberikan pengaruh besar, bukan hanya bagi anak-anak saja namun juga terhadap orang tua (Berns).
- Parenting adalah proses yang merujuk pada serangkaian aksi yang dilakukan orang tua untuk mendukung perkembangan sang anak (Brooks).
- Parenting adalah proses interaksi total antara orang tua dengan anak, mulai dari merawat, memberi makan dan minum, membersihkan, melindungi, serta proses sosialisasi antara anak dengan lingkungan sekitarnya, (Hetherington dan Whiting).
- Secara sederhana, terminology parenting dapat didefinisikan sebagai: “Proses mengasuh anak-anak” (E.B. Surbakti)
Tujuan Parenting – Melakukan perintah Tuhan
Tujuan parenting bukan hanya untuk anak dapat memiliki pengetahuan dan kehidupan yang baik dan menyenangkan orang tua, serta berguna bagi masyarakat. Tetapi ada tujuan yang lebih mulia sesuai dengan Ibrani 11:24-27 TB2,
- Karena iman, setelah dewasa, Musa menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar daripada semua harta Mesir, sebab ia mengarahkan pandangannya kepada upah. Karena iman, ia meninggalkan Mesir tanpa takut kepada murka raja. Ia bertahan seolah-olah ia sudah melihat Dia yang tidak kelihatan.
Beberapa hal yang penting dalam kehidupan Musa:
- Menolak disebut anak puteri Firaun.
- Lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah, daripada menikmati kesenangan dosa.
- Pandangannya diarahkan kepada upah.
- Dengan rela meninggalkan fasilitas istana di Mesir.
Semua hal di atas dilakukan oleh Musa karena iman, hal ini tentunya berkat pengasuhan Amran dan Yokhebed sebagai orang tua Musa (Keluaran 2:1-10; Keluaran 6:19). Peran orang tua sangat menentukan akan kepribadian seorang anak. Inilah tujuan yang tertinggi bagi orang tua dalam melakukan proses parenting Berarti setiap anak dapat membedakan dan mengambil keputusan yang tepat, tidak hanya mengikuti arus dunia ini, trend masa kini, tetapi mengerti rencana Allah, God’s Calling, dalam hidup mereka. Dapat mengikuti perkembangan zaman, tetapi tidak hanyut dengan apa yang banyak dilakukan oleh orang banyak .
Tokoh utama parenting
Siapakah pemeran utama dalam parenting? Tentunya adalah orang tua, sebagai suami isteri yakni yang berperan sebagai tokoh utama.
- Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah kautaruh dalam hatimu. Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya, ketika engkau duduk di rumahmu atau sedang dalam perjalanan, ketika engkau berbaring atau bangun. (Ulangan 6:6-7 TB2)
Kata “engkau” dalam ayat di atas dalam Bahasa Ibrani ditulis dalam bentuk Maskulin, berarti penanggung jawab dalam Parenting terletak pada suami, namun suami tidak bekerja sendiri, sehingga diberikan isteri sebagai penolong.
Gereja dan sekolah hanya merupakan perpanjangan tangan Tuhan bagi orang tua dalam proses pengasuhan anak.
Sikap orang tua terhadap anak
Sikap orang tua di hadapan anak sangat menentukan akan kepribadian dan perkembangan jiwa anak. Bila orang tua, suami isteri sehati, berbeda pendapat bisa terjadi, tetapi dapat dimusyawarahkan dengan suasana kondusif. Bila orang tua salah, perlu meminta maaf kepada anak. Maka kondisi ini merupakan wadah yang subur untuk pertumbuhan pribadi seorang anak. Sebaliknya bila suami isteri sering bertengkar dan tidak ada penyelesaian, tidak ada komunikasi yang baik, maka berpengaruh negatif terhadap perkembangan anak.
Karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan suami isteri, antara lain:
- Pentingnya sehati dalam mendidik anak
- Aku berkata lagi kepadamu: Jika dua orang dari antara kamu di bumi ini sepakat tentang semuanya itu dan memintanya, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku di surga. (Matius 18:19 TB2)
- Membangun mezbah keluarga.
- Memberikan fasilitas kepada anak.
- Memberikan pendisiplinan kepada anak.
- Memberikan izin kepada anak.
- Tantangan parenting di milenium ketiga
- Setiap hari mereka (khususnya Generasi Z dan Alpha) dapat bebas mengakses TV kabel, game online, satelit, internet yang menciptakan dunia global. Segala kebutuhan mereka dapat terpenuhi seperti hiburan, musik, mode, melalui gadget HP, smartphone, laptop, dll, merupakan sahabat mereka sehari-hari.
- Budaya kekerasan yang mereka terima dari media seperti film, lagu, komik-komik. Remaja umumnya menyukai film action yang penuh dengan kekerasan. Pemenang ialah mereka yang siap melakukan kekerasan, hal ini merasuk para remaja.
- Anak-anak di bawah umur tumbuh bebas tanpa aturan termasuk dalam masalah seksual.
- Mereka tidak memiliki nilai yang absolut, tetapi tergantung bila banyak teman-teman mereka mengatakan itu benar, maka mereka mengikutinya. Bagi mereka semuanya menjadi relatif. Mereka cenderung berpusat pada diri sendiri, merasa pandai lebih dari orang tua mereka. Dipengaruhi oleh simbol-simbol global, shopping online bukan yang mereka butuhkan, tetapi apa yang mereka inginkan.
- Menolong anak mengelola emosinya
- Menerima setiap anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya
- Mengasihi anak sebagai berkat yang Tuhan berikan (Mazmur 127:3-5)
- Rutin melakukan mezbah keluarga bersama anak
- Mengarahkan dan membimbing anak sesuai kemampuan mereka
Dalam proses pengasuhan anak, betapa pentingnya suami isteri sehati, satu visi, teristimewa dalam pengasuhan anak.
Hal-hal yang perlu dilakukan secara sehati:
Sering terjadi suami mau memberikan pendisiplinan bagi anak, tetapi isteri tidak setuju. Isteri mau memberi gadget yang terbaik bagi anak, tetapi suami merasa tidak perlu, cukup seadanya. Hal ini dapat berdampak buruk bagi anak. Karena itu sebelum mengambil keputusan terhadap anak, sebaiknya suami isteri harus terlebih dahulu berunding untuk mengambil kesepakatan.
Milenium ketiga ini memberikan beberapa tantangan khusus oleh karena perkembangan teknologi dan efek globalisasi yang tak terhindarkan, sehingga perlu untuk diperhatikan oleh orang tua dalam menjalankan parenting:
Bila orang tua memiliki hubungan yang baik dengan anak, maka orang tua dapat memberikan pengaruh yang besar pada anak, terutama dalam hal anak dapat menjaga dan mengelola emosinya.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua, antara lain:
Menerima anak yang memiliki kelebihan, merupakan satu kesukaan dan kebanggaan, tetapi orang tua juga harus siap menerima anak yang sedang gagal, bukan hanya ketika berhasil saja.
Mengasihi anak, berarti selalu siap memberikan waktu bersama anak, hadir secara fisik tetapi juga dapat berkomunikasi dengan baik. Anak yang dibesarkan tanpa kehadiran orang tua, merasa kurang aman, mereka merasa diabaikan. Bila orang tua memberikan waktu yang berkualitas, seperti makan malam, bermain, liburan bersama, hal ini akan menciptakan memori-memori yang mengikat emosi orang tua dengan anak.
Bila anak memiliki ikatan emosi dengan orang tua, maka orang tua dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap anak. Mengasihi anak juga perlu mengetahui bahasa kasih mereka seperti yang dikatakan oleh Gary Chapman, yakni kata-kata penguatan seperti memberi apresiasi, sentuhan fisik, tindakan pelayanan, waktu yang berkualitas, pemberian hadiah. [Informasi: Test “Bahasa Kasih” dapat diperoleh melalui Google secara gratis.]
Mezbah keluarga merupakan wadah pemuridan yang berbasis keluarga, hal ini sangat penting bukan hanya untuk kepentingan spiritual, tetapi juga sebagai wadah pemersatu dalam unit keluarga.
Dalam Perjanjian Lama hal ini telah dilakukan (Ulangan 6:6-7), demikian juga dalam Perjanjian Baru (Kisah Para Rasul 2:46). Pastikan everyone dalam keluarga, anak-anak Anda sudah dijangkau bagi Kristus.
Setiap anak memiliki kepandaian, hanya kepandaian yang mereka miliki berbeda satu dengan yang lain, karena semua anak pandai.
Howard Gardner dalam penelitiannya mendapatkan beberapa jenis kepandaian, antara lain: kepandaian matematika, kepandaian bahasa, kepandaian musik, kepandaian membangun hubungan, kepandaian spesial seperti melukis, membuat patung, dll. Karena itu orang tua harus memahami jenis kepandaian yang dimiliki oleh anak dan berusaha untuk mengembangkannya sesuai dengan potensi setiap anak.
Parenting merupakan tugas utama dari orang tua terhadap anak yang adalah pemberian Tuhan. Walaupun berat tantangan dalam parenting pada saat ini, tetapi melalui kasih Kristus dan melalui tindakan-tindakan praktis, maka janji Tuhan dalam Amsal 22:6 TB2 dapat terjadi:
- Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.
Pastikan EveryONE dalam keluarga Anda dicapai oleh kasih Kristus.(JS)
Perkembangan kemajuan teknologi, khususnya teknologi digital begitu cepat, kadang kala, satu perkembangan belum dipahami dengan baik, sudah muncul “kebutahurufan yang lain” (Alvin Toffler). Di satu sisi, perkembangan ini merupakan satu hal yang positif, karena dapat menunjang berbagai aspek kehidupan yang lebih baik. Namun di sisi lain dapat berdampak negatif kepada kehidupan keluarga dan parenting, bila tidak diresponi dengan benar. Dengan teknologi digital kita dapat berkomunikasi dengan bebas kepada siapapun dan di manapun, tanpa ada lagi tembok-tembok pembatas. Demikian juga dengan begitu beragamnya game yang ditawarkan, membuat anak dapat terikat dengan gadget.