Dosa masa depan sudah diampuni?

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 1 Oktober 2024 04.59 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Renungan Khusus 2019.jpgRenungan Khusus 2019-1x1.jpg
Renungan khusus
Tanggal29 September 2024
PenulisPdp Willy Pandi, BSc, MTh
Renungan khusus lainnya

Salah satu fondasi dalam pandangan kasih karunia yang berlebihan atau hyper grace adalah bahwa Tuhan Yesus telah mengampuni dosa yang kita lakukan di masa lampau, masa kini, dan bahkan dosa yang belum pernah kita buat atau dosa di masa depan. Bahkan dikatakan bahwa Bapa tidak lagi melihat dosa apa pun yang kita buat karena Ia telah menguduskan kita di dalam Anak-Nya, Tuhan Yesus. Maka daripada itu, seorang Kristen yang masih melakukan pengakuan dosa kepada Tuhan telah membuat kasih karunia Tuhan menjadi murahan karena Tuhan hanya mengampuni dosa seseorang sampai di saat ia menerima keselamatan dengan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan selebihnya orang tersebut harus mengandalkan pengakuan dosa agar dosanya diampuni oleh Tuhan.

Apa yang sebenarnya Firman Tuhan katakan tentang pengampunan untuk dosa masa depan?

Satu kabar baik yang perlu kita tanamkan dengan iman di dalam diri kita adalah fakta bahwa pada saat kita lahir baru, menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka status kita adalah orang yang telah mengalami pembenaran atau justified. Rasul Paulus mengatakan:

Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman hidup dalam sejahtera dengan Allah melalui Tuhan kita Yesus Kristus. (Roma 5:1 TB2)

Apa yang telah Tuhan Yesus perbuat di kayu salib, yaitu mempersembahkan diri-Nya sebagai korban penebusan yang sempurna, telah diperhitungkan kepada kita. Dengan kata lain, kebenaran yang Kristus lakukan telah diperhitungkan oleh Bapa menjadi kebenaran kita (imputed righteousness) dengan cara kita mengimani Kristus. Peristiwa ini adalah suatu peristiwa yang terjadi sekali seumur hidup kita dan seketika itu juga menghasilkan pendamaian, sehingga Allah tidak lagi memperhitungkan dosa-dosa kita dari sejak kita lahir hingga saat kita mengalami pembenaran. (2 Korintus 5:19)

Kita percaya bahwa ini adalah titik awal perjalanan rohani kita sebagai orang percaya yang terus berlanjut sampai Tuhan memanggil kita kembali kepada-Nya atau hal yang kita kenal dengan istilah pengudusan atau sanctification. Pengudusan adalah suatu proses bagi orang percaya untuk menuju keserupaan dengan Kristus, yaitu dengan menghasilkan buah Roh. (Galatia 5:22-23)

Puncak dari proses pengudusan adalah pemuliaan atau glorification, di mana ini adalah akhir dari perjalanan hidup orang percaya di dunia dan Tuhan akan memberikan tubuh yang baru, yang dibebaskan dari kehadiran dosa kepada setiap orang percaya yang setia sampai garis akhir.

Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar pernyataan, “Lahir baru itu sekali, tetapi pertobatan itu setiap hari”. Mengapa kalau kita telah diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman kepada Kristus, kita harus bertobat setiap hari? Tentu alasannya adalah karena pertobatan berhubungan dengan proses perjalanan hidup orang percaya, proses jatuh bangun untuk semakin hari semakin serupa dengan Kristus. Pertobatan itu harus diawali dengan pengakuan dosa dan janji untuk tidak mengulangi dosa tersebut dengan cara hidup selaras dengan Firman Tuhan. Kita pun dapat melihat dari Firman Tuhan, bagaimana orang percaya pun masih bisa berdosa, dan dengan demikian ia perlu mengakui dosanya sehingga pengampunan dari Tuhan turun dan memberikan kelegaan baginya.

Ada beberapa contoh di Alkitab yang membuktikan bahwa orang percaya pun masih bisa berdosa dan maka dari itu, ia perlu bertobat dan minta pengampunan dari Tuhan:

  1. Di dalam 1 Korintus 11:28-31, Rasul Paulus meminta jemaat Korintus untuk memeriksa atau menguji diri sebelum menerima Perjamuan Kudus karena ada konsekuensi dari dosa (dalam hal ini disebutkan menjadi lemah, sakit, bahkan meninggal) bagi mereka yang belum memeriksa dirinya dan memohon ampun dari Tuhan atas dosanya. Kalau mereka diampuni atas dosa masa depannya (dosa yang dilakukan setelah mengalami kelahiran baru), mengapa masih ada akibat dosa?
  2. Di dalam Ibrani 10:26-27, penulis Surat Ibrani mengatakan bahwa akan ada penghakiman yang mengerikan dan kobaran api yang dahsyat bagi orang yang sengaja berbuat dosa sesudah ia memperoleh pengetahuan tentang kebenaran.
  3. Di dalam Injil Yohanes 16:8-9, Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa Roh Kudus yang akan diutus dari Bapa dan Putera, akan menginsafkan dunia akan dosa.
  4. Kepada jemaat di Efesus (Wahyu 2:5), Pergamus (Wahyu 2:16), Tiatira (Wahyu 2:22), Sardis (Wahyu 3:3), dan Laodikia (Wahyu 3:19), Tuhan meminta mereka untuk bertobat dari dosa-dosa mereka agar mereka tidak mengalami penghukuman.

Dari contoh-contoh di atas, maka kita bisa melihat bahwa secara tersirat maupun tersurat, tidak ada satu ayat pun di dalam Alkitab yang menyatakan bahwa dosa masa depan atau dosa yang belum dilakukan itu sudah diampuni oleh Tuhan sehingga orang percaya tidak perlu lagi bertobat dan mengakui dosanya sepanjang perjalanan hidup kerohanian mereka.

Kita juga bisa melihat dari contoh-contoh di atas bahwa Firman Tuhan tersebut ditujukan untuk murid-murid, orang percaya yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan secara otomatis telah mengalami pembenaran. Di ayat-ayat tersebut sangat ditekankan tentang pertobatan. Apalah artinya pertobatan kalau dosa-dosa mereka setelah mereka mengalami pembenaran sudah diampuni oleh Tuhan?

Kita juga bisa melihat di dalam 1 Yohanes 1:8 TB2 bahwa:

Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.

Solusi dari kenyataan bahwa kita masih bisa berbuat dosa tertulis di 1 Yohanes 1:9 yaitu mengaku dosa dan Tuhan, yang setia dan adil, akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Kata “mengaku” berasal dari bahasa Yunani homologeō yang secara harafiah berarti: “memperkatakan hal yang sama”. Orang percaya harus sepakat dengan Tuhan bahwa mereka sudah melanggar kekudusan Tuhan. Kata ini ditulis dalam bentuk present tense yang berarti bahwa tindakan mengakui dosa harus dilakukan secara terus-menerus. Pengampunan dari Tuhan itu diibaratkan seperti kartu debit yang berisi sejumlah uang, di mana rekening tersebut tidak dibebankan sampai kita menggunakannya. Sama halnya dengan ini, pengampunan atas seluruh dosa kita telah dibayar lunas melalui kematian Kristus, namun pengampunan itu diterapkan sesuai kebutuhan. Yang perlu kita sadari adalah bahwa transaksi pengampunan itu terjadi pada titik waktu yang berbeda. Maksudnya adalah Tuhan Yesus mati untuk semua orang, dan Ia membayar lunas hutang dosa setiap manusia yang lahir di muka bumi ini. Namun, apakah kita sudah diampuni pada titik waktu tersebut? Tentu saja tidak. Kita semua yang membaca artikel ini bahkan belum lahir.

Pengakuan dosa kita kepada Tuhan bukanlah usaha untuk mempermurah kasih karunia Tuhan. Melainkan, ia adalah usaha: “… jiwa yang hancur; hati yang remuk redam dan penuh penyesalan…” (Mazmur 51:19 TB2).

Dengan merendahkan hati dan mengaku dosa di hadapan Tuhan, hati kita diyakinkan dan digerakkan untuk meresponi kasih Allah, yang lebih dahulu mengasihi kita. Selain itu, mengaku dosa juga memiliki dimensi persekutuan atau koinonia, karena ia dapat memulihkan hubungan kita dengan pribadi yang terkena dampak dari dosa tersebut. Jangan pernah merasa terintimidasi jika saat ini kita berbuat dosa. Akui dosa tersebut di hadapan Tuhan, bertobatlah sungguh-sungguh, dan kelegaan yang dari Tuhan yang melepaskan akan turun kepada kita.(WP)

Salah satu fondasi dalam pandangan kasih karunia yang berlebihan atau hyper grace adalah bahwa Tuhan Yesus telah mengampuni dosa yang kita lakukan di masa lampau, masa kini, dan bahkan dosa yang belum pernah kita buat atau dosa di masa depan. Bahkan dikatakan bahwa Bapa tidak lagi melihat dosa apa pun yang kita buat karena Ia telah menguduskan kita di dalam Anak-Nya, Tuhan Yesus.