Komitmen murid Kristus
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 14 Mei 2023 |
Penulis | Pdm Mickey Kambey, MA |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
Ketika kita percaya dan lahir baru, Alkitab berkata bahwa kita menjadi ciptaan yang baru di hadapan Tuhan (2 Korintus 5:17). Ketika kita dibenarkan (justification) maka ada beberapa status yang dianugerahkan Tuhan sebagai bagian dari berkat keselamatan yang kita terima dari-Nya. Tapi ingat, dibalik semua status baru tersebut, ada tanggung jawab dari setiap orang percaya.
Antara lain, ketika kita lahir baru dan diangkat jadi anak-Nya, maka tanggung jawab kita adalah kita harus menjadi anak-anak yang taat, bukan anak-anak gampangan. Kita harus jadi anak yang mengasihi Bapa di surga, karena Dia sudah lebih dahulu mengasihi kita. Sebab pada kenyataannya, ada anak-anak yang tinggal ‘di dalam rumah,’ artinya hidup dalam keintiman, tetapi ada banyak juga anak yang tinggal ‘di luar rumah,’ yaitu mereka yang mengaku anak, tapi hidupnya jauh dari Tuhan. Bertobatlah supaya jangan sampai terhilang selamanya.
Yang berikutnya ialah ketika kita lahir baru, maka kita disebut murid Kristus. Namun persoalannya, apakah sungguh-sungguh kita sudah menjadi murid yang benar dan taat di hadapan Tuhan, atau kita hanya berhenti pada sebutan 'murid', padahal sejatinya kita tidak pernah mau masuk dalam ‘Sekolah Kehidupan’ untuk diajar dan dibentuk oleh Tuhan.
- Jadi "murid" tapi tidak pernah masuk dalam pemuridan,
- Jadi "murid" tapi selalu lari dari proses pendewasaan,
artinya kita telah menjadi murid yang GAGAL di hadapan Tuhan. Persis sama seperti murid Yesus yang bernama Yudas Iskariot. Dia adalah contoh nyata dari seorang murid yang gagal dan kita sama-sama tahu bagaimana akhir hidupnya!
Jadi, murid Kristus adalah orang percaya yang berkomitmen untuk taat dan setia mengikuti Tuhan serta siap sedia untuk diajar, dibentuk dan diubah agar menjadi semakin serupa dengan Sang Guru Agung. yakni Yesus Kristus.
Apa kriterianya menjadi murid yang sejati, dan bagaimana menjadi murid yang baik dan dikenan oleh Tuhan?
- Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
- Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku….
- Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. (Lukas 14:26,27,33)
Dalam ketiga ayat di atas, ada satu kalimat yang diulang tiga kali berturut-turut adalah: “ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” Artinya untuk menjadi murid-Ku kata Tuhan Yesus, dari ketiga ayat tersebut kita menemukan ada tiga syarat atau kriteria yang harus dimiliki seorang murid agar siap untuk belajar dan diajar supaya menjadi serupa dengan Dia.
- Mengutamakan Tuhan di atas segala-galanya (ayat 26)
- Siap sedia memikul salib (ayat 27)
- Salib membuat kita berfokus kepada Tuhan
- Salib mengubahkan karakter kita
- Tidak terikat dengan harta duniawi (ayat 33)
Tuhan Yesus berkata bahwa kalau ingin menjadi murid-Nya kita harus 'membenci' keluarga kita; bahkan diri kita sendiri. Tentu ini sebuah perkataan yang sangat paradoks dengan banyak ayat lain di Alkitab di mana Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi sesama bahkan mengasihi musuh, terlebih lagi keluarga kita sendiri.
Di sini kita menemukan satu gaya bahasa yang lazim digunakan pada waktu itu; bahkan sampai sekarang, yakni gaya bahasa hiperbola. Satu gaya berbicara yang kelihatannya melebih-lebihkan sesuatu, namun maksud sesungguhnya adalah untuk menekankan suatu makna tertentu.
Tentu sama sekali Tuhan tidak menyuruh kita benar-benar membenci diri kita dan keluarga yang kita kasihi, tapi makna yang ditekankan di sini adalah bahwa di atas semuanya, kasih dan sayang kita kepada Tuhan harus melebihi apapun juga. TUHAN harus menjadi yang paling pertama dan terutama dalam hidup dan ketaatan kita kalau ingin menjadi murid-Nya.
Sering kali orang Kristen sulit untuk bertumbuh dewasa, sulit untuk berjalan dalam kehendak Allah yang sempurna karena Tuhan tidak pernah menjadi yang nomor satu dalam hidupnya. Tuhan hanya dicari ketika segala cara yang sudah dilakukan tidak berhasil. Dia bukan yang pertama, tapi malah yang terakhir. Padahal Dia adalah fondasi hidup kita, Dia adalah pusat kehidupan setiap orang percaya. Ketika diperhadapkan pada pilihan apakah kita harus mengutamakan keluarga, pekerjaan, hobi, dengan kepentingan Tuhan, hubungan pribadi dengan Tuhan, maka kita harus berkata bahwa Tuhanlah yang terutama. Justru dalam hal ini setiap anggota keluarga haruslah saling mendorong dan mendukung untuk mencintai Tuhan lebih dari apapun.
Pertanyaannya sekarang; bagaimana supaya kita bisa hidup selalu menomor satukan Tuhan? Jawabannya adalah dengan senantiasa memiliki kasih yang mula-mula kepada Tuhan, yaitu kasih yang terbaik, kasih yang selalu bernyala-nyala untuk Tuhan.
Ketika kita menempatkan Kristus sebagai “center of our life” maka sesungguhnya kita akan memiliki keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan ini, karena kita akan selalu dituntun oleh Roh-Nya yang tinggal dalam kita.
Apa artinya pikul salib? Salib di sini tentu bukanlah salib Kristus, di mana hanya Dialah yang sanggup menanggungnya demi menebus dosa umat manusia. Salib yang kita pikul berbicara mengenai perjuangan, penderitaan dan tantangan yang harus kita hadapi dalam mengikut Tuhan. Yesus tidak pernah berjanji bahwa kalau kita mengikut Dia maka kita tidak akan pernah mengalami penderitaan dan pergumulan. Tapi Dia berjanji bahwa dalam setiap persoalan hidup kita, Dia selalu menyertai untuk memberikan pertolongan dan mujizat-Nya. Pertanyaannya sekarang, untuk apa Dia mengizinkan begitu banyak ujian dan masalah dalam hidup ini? Sekurangnya karena dua alasan ini:
Setiap masalah yang dihadapi akan membawa kita untuk mendekat kepada Tuhan, karena kita tahu bahwa hanya Dia yang sanggup menolong kita. Jadi salib membuat kita berharap dan bergantung kepada Tuhan. (Yeremia 17:7-8)
Mujizat membuat kita bersyukur akan kebesaran Tuhan, tapi penderitaanlah yang selalu menyadarkan kita untuk berubah. Ujian dan cobaan selalu dipakai Tuhan untuk menunjukkan kekurangan dan kelemahan kita supaya bertobat. Pertobatan kitalah yang senantiasa dirindukan Tuhan, supaya Kristus semakin nampak dalam hidup kita.
Sebab itu ketika masalah dan pergumulan datang, jangan keraskan hati, jangan lari dari salib kita. Tetaplah setia dan taat, jangan marah atau menyalahkan orang lain, jangan undur atau tawar hati, sebab dibalik salib selalu ada kemenangan dan Kemuliaan Tuhan. (Roma 8:17)
Kalau ingin jadi murid-Nya maka kita harus melepaskan diri dari semua yang kita miliki. 'Milik' di sini berbicara mengenai kepemilikan, atau harta kita. Jadi apakah artinya kita tidak boleh memiliki apapun di dunia ini? Tentu tidak, sebab semua yang Tuhan percayakan untuk kita miliki justru di sanalah kita harus jadi berkat bagi kemuliaan-Nya. Jadi apa maksud ayat ini?
Dalam bahasa aslinya (Yunani), kata ‘melepaskan’ digunakan kata ‘apotassomai,’ yang berarti “memisahkan atau membuka ikatan.” Jadi, Tuhan mau memberkati kita berlimpah dengan banyak hal, tapi Tuhan ingatkan supaya diri kita jangan sampai terikat olehnya! Sekali kita terikat, akan sulit hidup kita dipakai untuk jadi saluran berkat-Nya. Padahal kita bukan pemilik, kita cuma penilik. Pemiliknya adalah Tuhan, kita hanya pengelola (steward).
Menyadari bahwa kita hanyalah pengelola bukan pemilik maka kita akan memiliki kemurahan hati yang besar untuk selalu menjadi berkat bagi orang lain. Kita tidak pelit dan hitung-hitungan ketika diajak memberi dan menabur. Dengan sukacita kita akan selalu memberikan persembahan yang terbaik bagi pekerjaan Tuhan, sebab untuk itulah kita diberkati.
Dalam Matius 6:21, Tuhan mengingatkan bahwa di mana harta kita berada, di situ hati kita juga berada. Artinya bagaimana kita memperlakukan dan mempergunakan harta kita, hal itu menunjukkan dengan jelas di mana hati kita berpusat. Harta haruslah menjadi alat di tangan kita untuk memuliakan Dia, sementara hati kita biarlah selalu melekat kepada Tuhan, maka hidup ini akan selalu berbuah bagi kerajaan-Nya. Kita akan jadi murid yang mudah diajar untuk berubah setiap hari semakin dewasa, sehingga pribadi Kristus semakin nyata dalam hidup kita. Tuhan Yesus memberkati. (MK)
Ketika kita percaya dan lahir baru, Alkitab berkata bahwa kita menjadi ciptaan yang baru di hadapan Tuhan (2 Korintus 5:17). Ketika kita dibenarkan (justification) maka ada beberapa status yang dianugerahkan Tuhan sebagai bagian dari berkat keselamatan yang kita terima dari-Nya. Tapi ingat, dibalik semua status baru tersebut, ada tanggung jawab dari setiap orang percaya.