Karakteristik kehidupan dalam kasih karunia

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 2 Mei 2023 03.26 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru. (2 Korintus 3:5-6)

Ketika kita hidup di dalam perjanjian baru kasih karunia, Tuhan mengubah hidup kita. Ia membuat kita sanggup untuk hidup sesuai dengan kehendaknya dengan cara membagikan kesanggupan-Nya kepada kita. “Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru." Kesanggupan ini adalah pekerjaan dari kasih karunia-Nya di dalam kita dan melalui kita, yang menghasilkan sifat-sifat rohani di dalam hidup kita. Kita akan mengingat kembali secara singkat bagaimana pekerjaan kasih karunia Allah bekerja supaya kita bisa mengerti mengenai karakteristik hidup dalam kasih karunia.

Kasih karunia Allah datang kepada kita melalui Tuhan Yesus Kristus. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14). Ketika Yesus datang ke dunia ini sebagai manusia, Ia penuh dengan kasih karunia Allah. Kelimpahan kasih karunia ini menjadi sumber kekuatan rohani kita untuk dapat hidup sebagai orang percaya. “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yohanes 1:16). Setiap karya kasih karunia Allah berdiri di atas karya kasih karunia Allah, menjadi kekuatan kita untuk berjalan dari hari ke hari.

Ketersediaan kasih karunia Allah yang terus menerus ini cukup untuk membenarkan dan menguduskan hidup manusia. “Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada Firman Kasih Karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya” (Kisah Para Rasul 20:32). Kasih karunia Tuhan yang berdiri teguh di atas Firman-Nya, menawarkan kepada kita kelahiran baru. Ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus, kita dibenarkan, dinyatakan tidak bersalah di hadapan Allah. Kemudian kita menerima warisan rohani sebagai anak-anak Allah. “Firman Kasih Karunia-Nya… menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya." Kasih karunia yang sama kemudian menjadi sumber daya rohani kita untuk hidup dalam pengudusan yang mendewasakan kita: “Firman Kasih Karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu."

Salah satu bagian dari bertumbuh dalam kesalehan adalah dimerdekakan dari pengaruh dosa yang menguasai hidup kita. “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia” (Roma 6:14). Saat kita belajar untuk hidup di dalam kasih karunia-Nya, kita tidak mengerjakan kesalehan dengan kekuatan kita sendiri, tetapi oleh kuasa kasih karunia-Nya. “Sebab yang baik ialah, bahwa hati kamu diperkuat dengan kasih karunia” (Ibrani 13:9).

Karya kasih karunia Allah ini membuat kita memiliki karakteristik rohani khusus yang akan kita temukan dalam renungan-renungan selanjutnya.

Doa

Ya Tuhan sumber kelimpahan kasih karunia, berikanlah kepadaku mata rohani untuk melihat dan kerendahan hati untuk menerima semua jalan yang Engkau sediakan supaya aku hidup dalam kasih karunia-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru. (2 Korintus 3:5-6) Ketika kita hidup di dalam perjanjian baru kasih karunia, Tuhan mengubah hidup kita. Ia membuat kita sanggup untuk hidup sesuai dengan kehendaknya dengan cara membagikan kesanggupan-Nya kepada kita. “Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru."