Keluarga yang siap menyambut kedatangan Kristus

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 24 November 2022 04.08 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| tanggal =" menjadi "| date=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal20 Agustus 2010
Renungan khusus lainnya

Keluarga adalah lembaga pertama dan yang tertua Allah ciptakan dalam dunia ini. Sebelum ada lembaga-lembaga lain seperti satu bangsa dan gereja, Allah terlebih dahulu menciptakan lembaga keluarga. Karena Allah mau semua lembaga-lembaga yang ada dibangun di atas keluarga yang benar. Keluarga adalah inti masyarakat yang terkecil. Sedangkan inti dari keluarga adalah pasangan suami isteri. Selanjutnya anak-anak adalah berkat yang Tuhan tambahkan dan berikan.

Hubungan pasangan suami isteri adalah gambaran hubungan Kristus dengan jemaat (Efesus 5:32). Hubungan yang indah antara Kristus dengan jemaat, Allah gambarkan melalui hubungan suami isteri yang intim dan mesra, sehingga dapat dilihat oleh dunia ini.

Sehingga tidak heran sejak keluarga pertama yakni keluarga Adam dan Hawa menjadi sasaran utama dari serangan iblis, sebab:

  • Satu keluarga memiliki dampak yang luar biasa.
  • Satu keluarga yang telah mengalami pemulihan dapat berdampak membawa pemulihan kepada satu komunitas.
  • Satu komunitas yang telah dipulihkan dapat berdampak kepada satu kota.
  • Kota yang telah dipulihkan kemudian dapat berdampak kepada satu bangsa, yang akhirnya berdampak kepada bangsa-bangsa.

Semuanya diawali dari satu keluarga. Sebaliknya satu keluarga yang bobrok dan hancur juga dapat berdampak secara negatif kepada satu komunitas, kota, bangsa dan sampai kepada bangsa-bangsa.

Pesan Tuhan yang begitu kuat pada hari-hari terakhir ini ialah Aku akan datang segera. Sebelum Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya, memang iblis bekerja ekstra keras untuk menghancurkan keluarga. Sebab jika keluarga hancur dampaknya sangat luas ke berbagai aspek dalam bidang kehidupan masyarakat yang lain. Berbagai cara dipakai iblis untuk menghancurkan keluarga, seperti mengaburkan fungsi atau peran orang tua, suami isteri. Begitu banyak para orang tua tidak lagi melakukan perannya secara maksimal untuk mendidik anak-anak mereka. (Ulangan 6:4-9)

Orang tua bekerja dari pagi sampai malam, sehingga anak bertumbuh sendiri. Kurangnya waktu bagi suami isteri curhat secara terbuka, demikian juga antara orang tua dengan anak yang membuat ikatan emosional antara sesama anggota keluarga begitu rapuh.

Apa yang harus dilakukan oleh tiap-tiap keluarga, pasangan suami isteri sebelum kedatangan-Nya kedua kali?

Setiap keluarga harus menjadi saksi Kristus, hidup intim dan kudus dengan Tuhan. Mengerti kehendak dan rencana Allah, sehingga siap menyambut kedatangan Kristus. (Kisah Para Rasul 1:8)

Apa yang harus dilakukan keluarga untuk mempersiapkan diri menyongsong kedatangan Kristus sehingga menjadi saksi-Nya?

Tiga hal yang penting dilakukan oleh keluarga untuk menjadi saksi Kristus:

  1. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Roma 11:36)
  2. Setiap anggota keluarga perlu menyadari, bahwa keluarga berasal dari Allah, oleh Allah, kepada Allah, dan untuk kemuliaan Allah. Karena itu ketika keluarga diciptakan, Allah membuat pola untuk setiap keluarga demi kebahagiaan dan kelanggengan keluarga itu.

    a. Pola Allah untuk suami

    Allah menetapkan suami-suami sebagai imam, nabi dan raja. Sebagai imam, berarti suami bertanggungjawab memimpin mezbah keluarga dan merawat kerohanian setiap anggota keluarga. Sebagai imam, suami bertanggung jawab untuk mengerti apa pesan dan kehendak Tuhan bagi setiap anggota keluarganya. Sebagai raja, suami berarti sebagai pemimpin tertinggi, kepala dalam struktur satu keluarga. Suami sebagai penanggung jawab terakhir dalam satu keluarga. Sebagai kepala berarti siap menjadi contoh, panutan, teladan bagi seluruh anggota keluarganya.
    Apakah Anda sebagai suami telah menerapkan pola Allah tersebut?

    b. Pola Allah untuk isteri

    Allah menetapkan istri-istri sebagai penolong, pendamping dan penghibur. Penolong bukan berarti lebih tinggi atau lebih rendah, tetapi sederajat. (Kejadian 1:27)
    Tetapi Allah memberikan pengurapan sebagai penolong yang memiliki hal-hal khusus yang tidak dimiliki oleh pria. Sebagai pendamping, berarti isteri dan suami tidak boleh berpisah kecuali untuk sementara waktu. (1 Korintus 7:5)
    Kehadiran Hawa mendampingi Adam membuat Adam menjadi maksimal dalam tangan Tuhan. Seorang suami yang baik sangat senang apabila didampingi oleh isterinya. Dalam kamus umum bahasa Indonesia tidak ada pria penghibur, tetapi yang ada wanita penghibur, walaupun pengertiannya negatif. Tetapi bagi seorang isteri, peran penghibur tidak pernah dicabut oleh Tuhan. Hanya setelah seorang isteri dipulihkan, orientasi yang dihibur adalah suaminya sendiri dan anggota keluarganya.
    Apakah Anda sebagai isteri telah menerapkan pola Allah tersebut?

    c. Pola Allah untuk anak

    Anak-anak wajib menghormati orang tua dan menaati dalam segala hal. (Keluaran 20:12; Efesus 6:1-3)
    Menghormati mengandung pengertian, selalu bertanya kepada orang tua sebelum mengambil keputusan yang prinsipil. Tidak pernah bertanya kepada orang tua adalah salah satu pemberontakan anak terhadap orang tua.
    Tuhan telah memberikan otoritas bagi orang tua untuk mendidik anak, karena itu setiap anak belajar menghargai otoritas yang Allah berikan bagi orang tua. Apakah Anda sebagai anak telah menerapkan pola Allah tersebut?

    Setiap anggota keluarga perlu menyadari, bahwa keluarga berasal dari Allah, sehingga semua pola yang Allah tetapkan bertujuan agar apa pun yang dilakukan atau dikerjakan semua harus bermuara untuk kemuliaan Allah.

  3. Agar setiap anggota keluarga berbuah
  4. Sebab Tuhan telah memilih kita untuk menghasilkan buah. (Yohanes 15:16)

    a. Suami yang berbuah

    Kasihnya kepada Allah terus bertumbuh, mengasihi isterinya dan anak-anaknya walaupun ada hal-hal yang tidak disenangi, mudah memaafkan isteri, memberi teladan yang baik bagi seluruh keluarganya. Karakternya baik, komitmennya tinggi, kompetensinya bertumbuh.

    b. Isteri yang berbuah

    Siap menundukkan diri dalam kepemimpinan suami dengan kelebihan dan kekurangannya, memaksimalkan potensi suami dan anak-anak, tidak membiarkan hatinya terluka, membangun rumahnya dengan bijak. (Amsal 31:10-31)

    c. Anak yang berbuah

    Dalam kondisi yang bagaimana pun, selalu menghormati dan menaati orang tua.

    Suami, isteri dan anak yang berbuah memiliki karakter yang baik, komitmen yang tinggi terhadap keluarga dan kompetensi yang bertumbuh.

  5. Mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup (Roma 12:1)
  6. Persembahan, dalam bahasa Inggris memakai istilah sacrifice, berarti korban. Persembahan berarti harus ada korban. Tidak ada persembahan tanpa kurban. Suami, isteri dan anak dalam keluarga harus siap memberikan korban. Korban itu sesuatu yang tidak mudah, sakit.

    Tiap anggota keluarga berbeda dengan keunikan yang Allah ciptakan. Untuk menciptakan unity dalam keluarga, perlu pengorbanan, saling peduli, saling memaafkan tanpa hitung-hitungan. Mengasihi berarti siap terluka. Mengasihi berarti kadang dilukai dan melukai, tetapi siap mengampuni, kemudian cintanya bertambah dalam lagi. Itulah kehidupan.


Tuhan Yesus akan datang segera. Biarlah setiap keluarga semuanya siap menjadi saksi Kristus dengan menyadari bahwa segala sesuatu adalah dari Dia, untuk Allah, bagi kemuliaan-Nya. Dengan karakter yang baik, komitmen yang tinggi dan kompetensi yang bertumbuh keluarga berbuah, sehingga dapat memberikan persembahan yang hidup bagi Dia.

Sumber

  • [JS] Renungan Khusus (20 Agustus 2010). Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto.