Kedatangan Tuhan sudah dekat

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

“Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!” (Matius 25:6)

Belakangan ini kita sering mendengar berita atau kesaksian yang berbicara tentang kedatangan Yesus sudah sangat dekat. Ada kesaksian yang sebenarnya telah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu, seperti bayi di Itagua (Brasil) yang lahir dengan telapak tangan bertuliskan ‘Yesus akan datang kembali’, atau Ricardo Cid dari Chile yang selama 8 jam dibawa Tuhan ke surga. Namun mengapa di pertengahan tahun 2010 kesaksian-kesaksian seperti ini dimunculkan kembali dan mendapat perhatian yang lebih serius dibandingkan waktu-waktu sebelumnya? Ayat di atas dapat memberikan petunjuk kepada kita. Jawabannya ialah ‘Waktu Sudah Tengah Malam!’

Pada tengah malam akan terdengar suara yang berseru dengan keras ‘Mempelai datang!’ Ketika Ricardo Sid dibawa Tuhan ke surga, di sana ia melihat bahwa waktu sudah tengah malam. Sebenarnya waktunya sudah habis. Tetapi Bapa di surga masih memberi sedikit kesempatan lagi kepada kita, untuk mempersiapkan diri bagi kedatangan Yesus. Bapa masih memberi kesempatan kepada orang-orang yang belum siap untuk bangkit dan kembali kepada kasih mula-mula. Waktu yang singkat ini disebut sebagai ‘Waktu Kemurahan Bapa.’’ Karena waktu sudah demikian singkatnya, maka saya percaya bahwa Tuhan akan memberikan penekanan yang sangat kuat berkaitan dengan pesan tentang kedatangan-Nya.

Mempersiapkan diri

Bagaimanakah caranya kita mempersiapkan diri?

Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa

“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” (Lukas 21:34-36)

Bagi sebagian orang kedatangan Tuhan akan merupakan suatu jerat. Hati mereka sarat dengan hawa nafsu dan kepentingan dunia ini, sehingga akhirnya mereka tidak tahan berdiri di hadapan Tuhan pada saat kedatangan-Nya. Hati mereka tidak penuh dengan Firman dan Roh, sehingga ada hal-hal lain yang memenuhinya. Mempersiapkan diri bagi kedatangan Tuhan berarti mempersiapkan hati kita. Hati merupakan pusat penyembahan kita. Jika hati kita menyembah Tuhan maka hidup kita akan senantiasa penuh dengan hadirat Tuhan. Tetapi kalau hati kita penuh dengan pesta pora dan kemabukan dan kepentingan dunia berarti bukan Tuhan yang kita sembah. Kalau bukan Tuhan yang kita sembah, berarti bukan Tuhan juga yang kita kasihi tetapi hal-hal lain. Itulah sebabnya Tuhan terus mengurapi kita dengan pengurapan kasih agar kita bisa intim dengan Dia. Kita harus terus berjaga-jaga sambil berdoa, supaya hati kita siap pada saat kedatangan-Nya.

Perapian yang menyala-nyala

“Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.” (1 Korintus 3:12-15)

Hari Tuhan dalam bagian ini digambarkan sebagai perapian yang menyala-nyala. Kalau tadi dijelaskan bahwa kita harus mempersiapkan hati, kali ini kita harus mempersiapkan pekerjaan kita. Api bersifat menyeleksi. Ia akan menyeleksi bahan apa yang dapat terbakar dan bahan apa yang tidak dapat terbakar oleh api. Oleh karena itu ada dua hal yang dapat terjadi. Pertama ada orang-orang yang akan mendapat upah (ayat 14). Kedua ada orang-orang yang akan menderita kerugian (ayat 15). Berbahagialah orang yang pada saat kedatangan Tuhan didapati pekerjaan-Nya tahan uji. Orang itu akan menerima upah.

Bagaimanakah kita tahu bahwa pekerjaan kita tahan uji? Rasul Paulus dalam ayat 11 menjelaskan bahwa kita harus meletakkan dasar yang benar yaitu Yesus Kristus. Tidak ada dasar yang lain. Kita harus bertanya kepada diri sendiri apakah kita sedang menjalankan dan menyelesaikan tugas yang Tuhan berikan kepada kita masing-masing, ataukah kita sedang menjalankan urusan kita sendiri? Sudahkah kita menaati Tuhan? Hari-hari ini ketaatan begitu penting. Berikutnya dalam ayat 10, Rasul Paulus menjelaskan bahwa kita harus membangun dengan cara yang benar, yaitu mengikuti prinsip-prinsip Kerajaan Allah. Bagaimanakah kita membangun dunia kerja atau dunia pelayanan kita? Apakah kita menghalalkan segala cara dan berpikir Tuhan pasti maklum? Di sini dikatakan bahwa pekerjaan sebagian orang seperti kayu, rumput kering dan jerami. Mudah terbakar oleh api. Ini berarti bahwa Tuhan sedang menguji pekerjaan kita. Dasar yang kita letakkan dan cara kita membangun. Marilah kita seperti Daud menjadi orang-orang yang berkenan kepada Tuhan karena melakukan kehendak Tuhan pada zamannya (Kisah 13:36).

Api menguji penyembahan kita

“siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala!” (Daniel 3:6)

Api juga akan menguji penyembahan kita. Pada zaman Sadrakh, Mesakh dan Abednego di kerajaan Babel kuno, raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang berukuran besar. Kemudian perintah diberikan kepada semua orang yang berada di dalam kerajaannya untuk menyembah patung itu ketika musik dibunyikan. Menarik bukan? Rupa-rupanya ada musik yang membuat orang menyembah Tuhan, dan ada musik yang membuat orang menyembah berhala atau bahkan menyembah iblis. Apakah musik yang sedang kita dengar hari-hari ini semakin mendekatkan kita kepada Tuhan, atau justru menjauhkan kita dari Tuhan? Meskipun ancamannya adalah hukuman mati, Sadrakh, Mesakh dan Abednego tetap memilih untuk menyembah Tuhan. Hari Tuhan akan menyatakan objek penyembahan kita dan juga kualitas penyembahan kita. Marilah kita menjadi penyembah-penyembah yang berkenan kepada Bapa, yang menyembah Dia dalam Roh dan Kebenaran (Yohanes 4:24).

Api menguji iman percaya kita

“Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.” (Daniel 3:16)

Bagi Sadrakh, Mesakh dan Abednego berkaitan dengan kesanggupan dan kerelaan Tuhan sudah tidak ada tawar menawar lagi. Hati mereka percaya. Menjelang kedatangan Tuhan kita juga harus memiliki iman yang seperti ini. Tidak ada tawar menawar lagi. Kalau kita masih suka diombang-ambingkan oleh situasi, maka kita tidak akan tahan menghadapi situasi di hari-hari terakhir. Hati kita juga harus percaya! Yesus sanggup dan mau memberkati kita; Yesus sanggup dan mau menyembuhkan kita; Yesus sanggup dan mau memulihkan kita; Yesus sanggup dan mau melepaskan kita; Yesus sanggup dan mau mengurapi kita! Mengenai hal-hal ini sudah tidak ada tawar menawar lagi. Sudah bukan zamannya.

Api menguji motivasi kita

Meskipun Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak sedikitpun meragukan kesanggupan Tuhan untuk melepaskan mereka, tetapi bukan karena hal itu mereka mau ikut Tuhan. Perhatikan baik-baik jawaban mereka.

“Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Daniel 3:17-18)

Ayat ini memperlihatkan motivasi mereka dalam mengikut dan melayani Tuhan. Mereka tidak mengikut Tuhan hanya untuk mendapat berkat, tetapi mereka mengikut Tuhan karena mereka mengasihi Tuhan dengan seluruh hidup mereka. Bahkan mereka rela kehilangan nyawa mereka untuk Tuhan. Jika kita hari-hari ini mau ikut Tuhan hanya kalau diberkati, kita akan menghadapi masalah yang besar. Bisa-bisa iman kita goyah dan kita dapat kecewa atau bahkan sampai meninggalkan Tuhan. Mengapa? Karena goncangan sedang terjadi dengan begitu hebatnya, seperti perapian yang dipanaskan sampai tujuh kali lipat. Ketika ketiga pemuda ini dengan sepenuh hati mengasihi Tuhan, api itu tidak dapat menghanguskan mereka; bahkan bau asap pun tidak melekat pada tubuh dan jubah mereka. Di tengah perapian yang menyala-nyala kemuliaan Tuhan dinyatakan. Inilah yang kita perlukan sebelum Yesus datang kembali. Dipenuhi dengan kemuliaan Tuhan!

Membuka mata raja-raja dan bangsa-bangsa

Saya pernah bertanya-tanya, mengapa Tuhan tidak muncul lebih awal dalam situasi ketiga pemuda Ibrani ini? Mengapa harus menunggu sampai mereka jatuh di dasar tungku api? Mengapa tidak muncul sebelum itu; ketika mereka sedang dibawa ke hadapan raja atau ketika algojo-algojo sedang mengangkat tubuh mereka ke puncak tungku api? Ternyata Tuhan memberikan jawabannya kepada saya melalui ayat berikut ini.

Katanya: “Tetapi ada empat orang KULIHAT berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!” (Daniel 3:25)

Tuhan sengaja tidak segera turun tangan, untuk melepaskan mereka sampai mereka mendarat di dasar tungku api, karena tujuan Tuhan bukanlah untuk sekedar melepaskan mereka dari api, tetapi untuk membuka mata raja-raja dan bangsa-bangsa untuk melihat Dia. Biasanya kita hanya mempedulikan diri kita sendiri. Kalau kita sudah diberkati ya sudah. Sampai di situ saja. Tetapi Tuhan punya rencana yang lebih dahsyat untuk kita semua. Ia ingin menyatakan kemuliaan-Nya dalam hidup kita, supaya orang lain dapat mengenal Dia. Hari-hari ini janganlah kita hanya mencari kepentingan kita sendiri, tetapi marilah kita mencari terlebih dulu ‘Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu’ (Matius 6:33)

Apakah yang akan terjadi jika kita membiarkan hidup kita untuk dipenuhi dengan kemuliaan Tuhan?

  1. Bangsa-bangsa akan meninggikan Tuhan.
    Berkatalah Nebukadnezar: “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! ...” (Dan. 3:28)
  2. Orang-orang benar akan mewarisi bangsa-bangsa
    “Lalu raja memberikan kedudukan tinggi kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego di wilayah Babel.” (Dan. 3:30)

Inilah yang biasa kita sebut dengan TRANSFORMASI, dan ini akan terjadi menjelang kedatangan Tuhan yang kedua kali. Gereja akan dibangkitkan dan dipenuhi dengan kemuliaan Tuhan dan akan dipersiapkan sebagai mempelai-Nya. Kemudian kita akan memerintah sebagai raja di bumi (Wahyu 5:10). Marilah kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan-Nya yang sudah sangat dekat!

Sumber

  • Renungan Khusus (22 Juli 2010). GBI Jalan Gatot Subroto.