Kuasa pengucapan syukur

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 28 Oktober 2022 15.31 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - " disana" menjadi " di sana ")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika. 5:18)

Suatu hari, seseorang diperlihatkan Tuhan suatu kesibukan yang terjadi di Sorga. Dia melihat banyak kamar-kamar, seperti di suatu kantor, yang sibuk sekali dengan malaikat-malaikat yang bekerja. Dan dia bertanya kepada malaikat-malaikat “sedang apa di kamar ini, sibuk sekali?” dan malaikat menerangkan bahwa ini adalah malaikat-malaikat yang sibuk sekali menyortir setiap doa yang dinaikkan oleh anak-anak Tuhan di dunia. Kemudian orang ini bertanya kembali, “Lalu apa yang sedang dilakukan di kamar yang lain itu?”. Malaikat kembali menjawab “mereka sedang sibuk membawa mujizat-mujizat ke dunia.” Lalu orang ini tiba-tiba melihat ada sebuah kamar yang tampaknya tenang sekali, dan terlihat hanya ada satu malaikat di dalamnya. Tidak banyak kegiatan di sana . Orang ini kemudian bertanya kepada malaikat yang duduk di belakang mejanya “mengapa engkau sendiri saja dan tidak terlalu banyak yang engkau lakukan?”. Dan malaikat menjawab “di sini tugas saya adalah mendata setiap ucapan syukur yang dinaikkan oleh anak-anak Tuhan. Sejauh ini saya baru mengumpulkan 1 ucapan syukur saja.”

Betapa menyedihkan jikalau cerita ini benar-benar terjadi di sorga. Dan mungkin cerita ini diceritakan karena Tuhan ingin menyampaikan sesuatu bagi kita anak-anak-Nya bahwa betapa banyak yang Tuhan telah perbuat dalam hidup kita dan Ia sangat menantikan ucapan syukur terima kasih dari anak-anak-Nya dinaikkan bagi-Nya.

“Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?” (Lukas 17:15-18)

Mengucap syukur bukan saja kita berikan di saat kita menerima kebaikan, berkat, kesembuhan atau apapun yang positif dari Tuhan, tetapi juga di saat kita mengalami saat-saat yang tidak baik entah itu penderitaan, kesakitan, atau apapun yang tidak menyenangkan dalam hidup kita.

Kita mengucap syukur bukan atas apa yang kita alami tetapi atas apa yang Tuhan sanggup lakukan atas apa yang kita alami tersebut. Yesus mengucap syukur kepada Bapa-Nya karena Ia percaya kepada Bapa-Nya yang sanggup memberkati roti dan ikan tersebut. Apa yang terjadi? Mujizat terjadi sewaktu Yesus mengucap syukur atas 7 roti dan ikan-ikan (Matius 15). Roti dan ikan-ikan tersebut berlipat ganda dan mencukupi 4000 laki-laki tidak termasuk wanita dan anak-anak bahkan menyisakan 7 bakul.

“Jawab Yesus: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.” (Yohanes 11:40-41)

Tidak hanya mujizat pelipatgandaan yang terjadi akibat pengucapan syukur, namun lebih dari itu mujizat menghidupkan kembali orang yang telah mati 4 hari pun terjadi. Ada kuasa yang luar biasa dari pengucapan syukur.

“Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan “amin” atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya.” (1 Korintus 14:16-17)

Tuhan merindukan ucapan syukur dan pujian penyembahan yang memang menjadi hak-Nya. Tuhan layak ditinggikan dan dimuliakan. Itu sebabnya Yesus bertanya tentang 9 orang lainnya lagi yang tidak kembali setelah disembuhkan untuk berterima kasih kepada Tuhan.

Alkitab menyatakan bahwa sewaktu kita mengucap syukur dengan bahasa roh, kita mengucap syukur dengan sangat baik. Inilah saatnya kita semakin mengerti kuasa dari pengucapan syukur dan lebih memperbanyaknya terutama lagi dengan menggunakan bahasa roh dalam pengucapan syukur kita. Mujizat-mujizat telah Tuhan siapkan bagi kita. Buatlah malaikat di sorga sibuk untuk menampung ucapan-ucapan syukur kita yang kita naikkan bagi Tuhan.

Sumber