Ayo Baca Alkitab (20 Jan 2024)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 22 Agustus 2020 01.50 oleh Leo (bicara | kontrib) (fmt)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Sabtu, 20 Januari 2024

Ayub kecewa terhadap sahabat-sahabatnya

(Ayub 6:1-7:21)

Ayub kecewa terhadap sahabat-sahabatnya

Lalu Ayub menjawab:

"Ah, hendaklah kiranya kekesalan hatiku ditimbang,
dan kemalanganku ditaruh bersama-sama di atas neraca!

Maka beratnya akan melebihi pasir di laut;
oleh sebab itu tergesa-gesalah perkataanku.

Karena anak panah dari Yang Mahakuasa tertancap pada tubuhku,
dan racunnya diisap oleh jiwaku;
kedahsyatan Allah seperti pasukan melawan aku.

Meringkikkah keledai liar di tempat rumput muda,
atau melenguhkah lembu dekat makanannya?

Dapatkah makanan tawar dimakan tanpa garam
atau apakah putih telur ada rasanya?

Aku tidak sudi menjamahnya,
semuanya itu makanan yang memualkan bagiku.

Ah, kiranya terkabul permintaanku
dan Allah memberi apa yang kuharapkan!

Kiranya Allah berkenan meremukkan aku,
kiranya Ia melepaskan tangan-Nya dan menghabisi nyawaku!

Itulah yang masih merupakan hiburan bagiku,
bahkan aku akan melompat-lompat kegirangan

di waktu kepedihan yang tak kenal belas kasihan,
sebab aku tidak pernah menyangkal firman Yang Mahakudus.

Apakah kekuatanku, sehingga aku sanggup bertahan,
dan apakah masa depanku, sehingga aku harus bersabar?

Apakah kekuatanku seperti kekuatan batu?
Apakah tubuhku dari tembaga?

Bukankah tidak ada lagi pertolongan bagiku,
dan keselamatan jauh dari padaku?

Siapa menahan kasih sayang terhadap sesamanya,
melalaikan takut akan Yang Mahakuasa.

Saudara-saudaraku tidak dapat dipercaya seperti sungai,
seperti dasar dari pada sungai yang mengalir lenyap,

yang keruh karena air beku,
yang di dalamnya salju menjadi cair,

yang surut pada musim kemarau,
dan menjadi kering di tempatnya apabila kena panas;

berkeluk-keluk jalan arusnya,
mengalir ke padang tandus, lalu lenyap.

Kafilah dari Tema mengamat-amatinya
dan rombongan dari Syeba mengharapkannya,

tetapi mereka kecewa karena keyakinan mereka,
mereka tertipu setibanya di sana.

Demikianlah kamu sekarang bagiku,
ketika melihat yang dahsyat, takutlah kamu.

Pernahkah aku berkata: Berilah aku sesuatu,
atau: Berilah aku uang suap dari hartamu,

atau: Luputkan aku dari tangan musuh,
atau: Tebuslah aku dari tangan orang lalim?

Ajarilah aku, maka aku akan diam;
dan tunjukkan kepadaku dalam hal apa aku tersesat.

Alangkah kokohnya kata-kata yang jujur!
Tetapi apakah maksud celaan dari pihakmu itu?

Apakah kamu bermaksud mencela perkataan?
Apakah perkataan orang yang putus asa dianggap angin?

Bahkan atas anak yatim kamu membuang undi,
dan sahabatmu kamu perlakukan sebagai barang dagangan.

Tetapi sekarang, berpalinglah kepadaku;
aku tidak akan berdusta di hadapanmu.

Berbaliklah, janganlah terjadi kecurangan,
berbaliklah, aku pasti benar.

Apakah ada kecurangan pada lidahku?
"Apakah langit-langitku tidak dapat membeda-bedakan bencana?"

Hidup itu berat

"Bukankah manusia harus bergumul di bumi,
dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan?

Seperti kepada seorang budak yang merindukan naungan,
seperti kepada orang upahan yang menanti-nantikan upahnya,

demikianlah dibagikan kepadaku bulan-bulan yang sia-sia,
dan ditentukan kepadaku malam-malam penuh kesusahan.

Bila aku pergi tidur, maka pikirku: Bilakah aku akan bangun?
Tetapi malam merentang panjang, dan aku dicekam oleh gelisah sampai dinihari.

Berenga dan abu menutupi tubuhku,
kulitku menjadi keras, lalu pecah.

Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada torak,
dan berakhir tanpa harapan.

Ingatlah, bahwa hidupku hanya hembusan nafas;
mataku tidak akan lagi melihat yang baik.

Orang yang memandang aku, tidak akan melihat aku lagi,
sementara Engkau memandang aku, aku tidak ada lagi.

Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang,
demikian juga orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali.

Ia tidak lagi kembali ke rumahnya,
dan tidak dikenal lagi oleh tempat tinggalnya.

Oleh sebab itu akupun tidak akan menahan mulutku,
aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku,
mengeluh dalam kepedihan hatiku.

Apakah aku ini laut atau naga,
sehingga Engkau menempatkan penjaga terhadap aku?

Apabila aku berpikir: Tempat tidurku akan memberi aku penghiburan,
dan tempat pembaringanku akan meringankan keluh kesahku,

maka Engkau mengagetkan aku dengan impian
dan mengejutkan aku dengan khayal,

sehingga aku lebih suka dicekik
dan mati dari pada menanggung kesusahanku.

Aku jemu, aku tidak mau hidup untuk selama-lamanya.
Biarkanlah aku, karena hari-hariku hanya seperti hembusan nafas saja.

Apakah gerangan manusia, sehingga dia Kauanggap agung,
dan Kauperhatikan,

dan Kaudatangi setiap pagi,
dan Kauuji setiap saat?

Bilakah Engkau mengalihkan pandangan-Mu dari padaku,
dan membiarkan aku, sehingga aku sempat menelan ludahku?

Kalau aku berbuat dosa, apakah yang telah kulakukan terhadap Engkau,
ya Penjaga manusia?

Mengapa Engkau menjadikan aku sasaran-Mu,
sehingga aku menjadi beban bagi diriku?

Dan mengapa Engkau tidak mengampuni pelanggaranku,
dan tidak menghapuskan kesalahanku?

Karena sekarang aku terbaring dalam debu,
lalu Engkau akan mencari aku, tetapi aku tidak akan ada lagi."