Perbedaan hasil antara meninggikan diri sendiri dan kerendahan hati (2)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 16 Juli 2018 08.25 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (Lukas 18:13)

Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. (Lukas 18:14)

Renungan kita hari ini melanjutkan perumpamaan Yesus yang memperingatkan kita terhadap membenarkan diri sendiri dan mengajarkan kerendahan hati. Dalam pengajaran-Nya, Yesus memperlihatkan hasil yang sangat kontras antara meninggikan diri sendiri dan kerendahan hati. “Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Perbedaan ini diperlihatkan lewat perumpamaan antara doa orang Farisi yang agamawi dan pemungut cukai yang penuh dengan pertobatan.

Doa orang Farisi ditujukan kepada dirinya sendiri dan penuh dengan pengagungan kepada dirinya sendiri. “Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain... aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku” (Lukas 18:11-12). Jauh berbeda dengan pemungut cukai yang bahkan tidak berani memandang ke atas. Sebaliknya ia memukul-mukul dadanya yang penuh dengan rasa bersalah, dengan rendah hati memohon pengampunan. "Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” Sikapnya ini serupa dengan Daud, yang sadar ia tidak dapat berdiri di hadapan penghakiman Allah yang benar. “Janganlah beperkara dengan hamba-Mu ini, sebab di antara yang hidup tidak seorangpun yang benar di hadapan-Mu” (Mazmur 143:2).

Kedua orang ini, akan mengalami hasil yang sangat berbeda. “Aku berkata kepadamu: Orang ini (pemungut cukai) pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu (orang Farisi) tidak” (Lukas 18:14). Orang Farisi yang meninggikan dirinya sendiri ini direndahkan. Ia tidak mendapat tempat di hadapan Allah dan dinyatakan bersalah. “Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan.” Pemungut cukai yang merendahkan dirinya justru ditinggikan. Melalui pengandalan yang rendah hati, ia diangkat dan menerima berkat pembenaran. "Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran” (Roma 4:5). Ia dinyatakan tidak bersalah, diampuni, benar di hadapan Allah. “Barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Doa

Ya Allah, sesungguhnya aku layak untuk direndahkan karena aku seringkali meninggikan diriku sendiri di hadapan-Mu. Aku ingin seperti pemungut cukai yang bertobat itu. Aku ingin merendahkan diriku di hadapan Engkau, memohon belas kasihan-Mu. Aku berharap kepada-Mu untuk mengangkat aku ke dalam ketaatan, pertumbuhan yang ilahi dan pelayanan, melalui Kristus Yesus, Tuhanku. Amin.