Panggilan puasa (9 Weeks of Breakthroughs)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 3 November 2010 07.05 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd)
Lompat ke: navigasi, cari

Sembilan Minggu Terobosan

Halaman ini kan terus diperbaharui dan bertambah dengan Firman-Firman Tuhan dan Tuntunan Tuhan yang diberikan selama Sembilan Minggu Terobosan.
 

Intro

 

Bersiap

 

7 pesan awal

 

Profetik

 

Generasi Penerobos

 

Panggilan puasa

 

Pokok doa

 

Perihal

 
Panggilan puasa
Buletin 9 Weeks of Breakthroughs.jpg
9 Weeks of Breakthroughs
PeriodeMinggu II
Tanggal17 Oktober 2010
Oleh/ptk
SebelumnyaGenerasi Penerobos
SelanjutnyaPokok doa
Buletin #03

Selama pelaksanaan “9 Weeks of Breakthroughs” ini, Gembala Sidang, Bapak Pdt Sutadi Rusli, mengajak seluruh jemaat GBI Jemaat Induk Danau Bogor Raya untuk melakukan puasa setiap hari Sabtu. Walaupun kita sering mendengar atau bahkan sudah melakukan puasa tetapi masih banyak yang memandang puasa dengan pengertian yang belum lengkap. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan puasa menurut Alkitab?

Hal pertama yang harus kita ketahui adalah puasa bukanlah suatu ritual agamawi yang harus dilakukan untuk membuat seseorang bisa masuk Sorga. Hanya karena iman kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang membuat kita bisa masuk Sorga. Berbeda dengan orang Israel pada zaman perjanjian lama yang terikat dengan hukum Taurat, kita sebagai gereja tidak lagi tunduk di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah hukum kasih karunia. (Roma 3:20; Roma 3:28; Roma 6:14; Roma 7:6; Roma 8:3; Roma 10:4; Galatia 2:16; Galatia 2:21; Galatia 3:10; Galatia 3:13; Galatia 3:24; Galatia 5:4; Efesus 2:15; 1 Timotius 1:9; Ibrani 7:19)

Di lain pihak, Alkitab menyebutkan bahwa Yesus berpuasa 40 hari 40 malam sebelum memulai pelayanan-Nya (Matius 4:1). Yesus mengajarkan cara berpuasa yang benar (Mat 16:16-19), Yesus menyebutkan pentingnya doa dan puasa untuk mengusir setan (Matius 17:19-21), Yesus juga menyatakan bahwa murid-murid-Nya akan berpuasa setelah Dia naik ke Sorga (Markus 2:20). Para rasul dan jemaat gereja mula-mula juga melakukan puasa (Kisah 13:2-3, 14:23).

Apakah puasa itu?

Puasa adalah suatu tindakan sukarela di mana kita memilih untuk memprioritaskan Tuhan di atas hal-hal lain yang selama ini kita anggap penting. Puasa adalah suatu cara untuk memperlihatkan kepada Tuhan dan kepada diri kita sendiri bahwa kita memiliki kesungguhan untuk lebih mengenal Dia. Puasa adalah sebuah tindakan pengorbanan untuk suatu tujuan rohani. Lewat puasa kita merendahkan diri kita di hadapan Allah (Ezra 8:21; Mazmur 35:13; 2 Tawarikh 7:14)

Namun perlu diingat bahwa puasa juga tidak sama dengan aksi mogok makan seolah-olah kita memaksa Tuhan untuk memberkati kita atau mengabulkan doa kita sebagai upah puasa kita. Fokus puasa adalah Tuhan bukan diri sendiri.

Puasa berarti mendahulukan dan memprioritaskan Tuhan lebih daripada kebutuhan fisik, mengabaikan keinginan daging dan mengutamakan perkara rohani.

Bagaimana berpuasa?

Alkitab mencatat sebagian besar bentuk puasa adalah dengan tidak makan dalam jangka waktu tertentu. Musa berpuasa tidak makan dan minum selama 40 hari 40 malam (Ulangan 9:9), Ester berpuasa tidak makan dan minum selama 3 hari (Ester 4:16). Alkitab juga mencatat ada bentuk-bentuk puasa yang lain. Sebagai contoh Daniel berpuasa dengan tidak makan makanan yang enak (Daniel 10:2-3). Selain itu puasa dalam alkitab selalu dikaitkan dengan doa. Jadi doa adalah unsur yang tidak bisa dipisahkan dari puasa.

Cara berpuasa yang paling umum adalah dengan tidak makan dan minum dalam jangka waktu tertentu seperti Puasa Ester (3 hari). Bentuk lain adalah puasa dengan tidak makan namun tetap minum. Atau puasa tidak makan makanan tertentu terutama makanan yang enak, biasanya diartikan dengan tidak makan daging tetapi hanya sayuran dan buah-buahan atau sering disebut dengan Puasa Daniel.

Perihal jangka waktu puasa juga bermacam-macam, ada yang 40 hari seperti Yesus, Musa dan Elisa, ada yang 3 hari seperti Ester adapula yang hanya 1 hari seperti penduduk di Niniwe. Sekali lagi tidak ada formula tertentu mengenai berapa lama kita harus berpuasa. Tetapi kita bisa mendapatkan tuntunan Roh Kudus melalui pemimpin rohani atau lewat pernyataan pribadi Roh Kudus kepada kita, mengenai berapa lama kita harus berpuasa. Percuma jika kita berpuasa dalam jangka waktu lama tetapi hari-hari puasa kita tidak diisi dengan doa, pujian, penyembahan, persekutuan dengan Tuhan atau hal-hal rohani lainnya sebaliknya justru diisi dengan kemarahan, ketidakadilan, dan ketidakpedulian terhadap orang miskin (Yesaya 58:6)

Tetapi sangat penting untuk diingat bahwa ada kondisi kesehatan tertentu yang secara medis tidak diperbolehkan untuk puasa makan tanpa pengawasan dokter seperti dalam daftar berikut. Mereka yang memiliki sejarah penyakit anorexia, bulimia, anemia. Demikian juga dengan mereka yang mengidap penyakit kronis pada ginjal, hati, paru-paru atau jantung. Bagi mereka yang mengidap diabetes, tumor, kanker, maag, dan kelainan darah. Puasa total juga tidak disarankan bagi ibu hamil atau yang sedang menyusui. (Dr Bill Bright, “Your Personal Guide To Fasting and Prayer”)

Cara berpuasa selain tidak makan atau minum

Jika puasa makan dan minum tidak dapat dilakukan karena alasan-alasan di atas bolehkah kita berpuasa dalam bentuk yang lain? Sekali lagi kita harus ingat esensi puasa adalah sikap hati kita, bukan tindakan lahiriah kita. Puasa adalah salah satu bentuk dari penguasaan diri, disiplin rohani.

Segala sesuatu sudah mendekati kesudahannya, sebab itu hendaklah kalian menguasai diri dan waspada, supaya kalian dapat berdoa.. (1 Petrus 4:7 BIS)

Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. (1 Korintus 9:25)

Lynne M Baab dalam bukunya, “Fasting: Spiritual Freedom Beyond our Appetites”, menulis “Puasa Kristen adalah tindakan sukarela menyangkal diri kita terhadap sesuatu, selama jangka waktu tertentu, untuk suatu tujuan rohani.” Dalam bukunya ia menulis kesaksian mengenai puasa dari beberapa orang:

  • Lisa yang memiliki kelainan pencernaan tidak puasa makan, tetapi puasa dari beberapa hobi dan kesenangannya seperti jalan-jalan. Lisa berpuasa untuk mengingatkan dirinya sendiri bahwa persekutuannya dengan Tuhan lebih penting dari hal-hal lain dalam hidupnya.
  • Debbie, seorang ibu dari tiga anak, berpuasa dengan tidak menonton TV, mendengarkan radio, baca koran atau membuka internet selama tiga hari.
  • Ken terbiasa untuk minum kopi di kafe tiap hari, ia berpuasa dengan tidak minum kopi, uangnya ia simpan untuk dana misi dan penginjilan. Ken mengatakan bahwa ia menjadi semakin termotivasi untuk berdoa bagi orang-orang yang belum selamat pada saat menyangkali dirinya dari hal-hal yang ia senangi.

Puasa sebaiknya dilakukan hanya dalam jangka waktu tertentu. Perubahan gaya hidup yang mendadak pada saat kita mulai berpuasa akan mengingatkan kita akan kekuatan dan makna puasa yang sebenarnya. Pada saat puasa sekedar menjadi gaya hidup maka kita akan terbiasa kepada puasa dan dapat mengakibatkan hilangnya makna puasa.

Namun perlu diingat bahwa kebiasaan buruk dan hal-hal yang mengakibatkan dosa lainnya bukanlah bahan untuk puasa, tetapi sesuatu yang memang harus kita tinggalkan. Seseorang bukan berpuasa merokok, di mana setelah selesai masa puasa ia kembali merokok. Yang benar adalah seseorang harus berhenti merokok. Demikian juga dengan kebiasaan buruk lain seperti gosip, marah, boros, dan lain-lain.

Jadi bagaimana kita harus berpuasa? Hal yang paling penting harus kita lakukan adalah minta kepada Tuhan untuk menunjukkan kepada kita bagaimana dan berapa lama kita harus berpuasa. Apakah dengan puasa total makan dan minum? Puasa makan saja? Puasa Daniel? Atau puasa dari kegiatan dan hobi kita (golf, memancing, film, sinetron, novel, video game, chatting, BBM, dan lain-lain). Berpuasalah sehingga kita dapat mengurangi hal-hal yang mengganggu kita untuk bisa lebih intim dengan Tuhan, berpuasalah agar kita bisa memiliki waktu untuk lebih banyak berdoa.

Dengan mengalihkan pandangan kita dari perkara duniawi, kita akan dapat lebih fokus kepada Yesus. Puasa bukanlah cara untuk memaksa Tuhan memberikan apa yang kita inginkan. Puasa mengubah kita, bukan mengubah Tuhan. Puasa bukan cara untuk membuat kita terlihat lebih rohani. Berpuasalah dengan kerendahan hati dan sukacita.

"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6:16-18)

Mari kita sambut ajakan Gembala Sidang untuk berdoa dan berpuasa dalam acara 9 Weeks of Breakthroughs ini. Bukan sebagai ritual agamawi atau sekedar ikut-ikutan. Dengan menyangkali diri dan memprioritaskan Tuhan di atas segalanya maka terobosan pasti akan kita alami.