Identitas Insan Pentakosta (Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 25 Februari 2023 06.52 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| foto " menjadi "| illustrationA5 ")
Lompat ke: navigasi, cari

Tahun 2021 adalah Tahun Integritas — ‘The Year of Integrity'. Menurut Westminster Dictionary of Theological Terms, 'Integritas' adalah istilah teologis untuk menunjukkan kemurnian dan kejujuran sebagaimana manusia diciptakan dalam rupa dan gambar Allah.

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka gambar dan rupa Allah itu menjadi rusak. Pada saat kita menjadi orang percaya melalui proses pengudusan atau sanctification, gambar dan rupa Allah dikembalikan lagi yaitu menjadi serupa dengan gambar Yesus.

Oleh karena itu, kita harus mau diproses oleh Allah. Panutan kita untuk menjadi orang yang berintegritas adalah Tuhan Yesus, sebab Dialah ‘The Man of Integrity'.

Dalam Matius 22:16, tertulis bahwa sekalipun ahli Taurat dan orang Farisi berniat menjerat Tuhan Yesus, ternyata tanpa disadari mereka justru mengakui integritas Tuhan Yesus dengan berkata:

“Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.”

Kata ‘seorang yang jujur' dalam terjemahan New International Version (NIV) menggunakan kata man of integrity atau orang yang berintegritas.

Ciri-ciri orang yang berintegritas

  1. Selaras dengan pikiran Tuhan
  2. Apa yang ada di dalam hatinya, pikirannya, yang diucapkannya dan yang dilakukannya, itu sama, dan selaras dengan pikiran Tuhan.

  3. Mengasihi dan takut akan Tuhan
  4. Dan Tuhan memberikan berkat kepada orang yang berintegritas seperti yang terdapat dalam Mazmur 25:12-14 yang berkata:

    “Siapakah orang yang takut akan Tuhan? Kepadanya Tuhan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi. Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka."

    Haleluya!!

  5. Bukan seperti ahli-ahli Taurat dan orang Farisi
  6. Dalam Matius 23:1-36, Tuhan Yesus berkata:

    “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”

    Tuhan Yesus berkata bahwa ahli Taurat dan orang Farisi adalah orang yang munafik; di sebelah luar mereka tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam mereka penuh kemunafikan dan kedurjanaan. Tuhan Yesus berkata kepada ahli Taurat dan orang Farisi:

    “Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?”

    Saya mengingatkan pada kita semua, terutama kepada para pengkhotbah dan para guru, dan juga para pengajar; kalau Saudara mengajarkan kebenaran Firman Tuhan dan itu belum Saudara lakukan, lebih baik dengan jujur diakui!

    Tahun 2021 menurut kalender Ibrani adalah tahun 5781 yang disebut juga sebagai tahun Pey Aleph, artinya 81. Pey atau angka 80 menggambarkan sebuah mulut. Tuhan Yesus mengingatkan kita:

    “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” (Matius 12:36-37)

    Salah satu arti dari kata 'sia-sia' adalah berdusta. Kalau kita mengajarkan kebenaran, tetapi kita sendiri tidak melakukannya, itu sama saja dengan berdusta.

    Amsal 6:16-17 berkata:

    "Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah."

    Amsal 11:1 berkata,

    “Neraca serong adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat.”

    Neraca serong bisa diartikan sebagai berdusta. Dan itu merupakan kekejian bagi Tuhan.

    Yakobus 2:17 berkata:

    "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."

    Jadi kalau kita percaya kebenaran firman Tuhan, kita perkatakan, tetapi tidak dilakukan, pada hakekatnya mati. Dan itu dilakukan oleh orang yang tidak berintegritas. Karena itu, saya mengajak Saudara agar kita semua menjadi orang yang berintegritas.

    Mazmur 15:1 berkata,

    “Tuhan, siapakah yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?

    Salah satu syaratnya adalah seperti yang terdapat dalam Mazmur 15:4b, yang diperuntukkan bagi orang yang berpegang pada sumpah meskipun rugi.

  7. Tetap berpegang pada sumpah meskipun rugi
  8. Seorang yang berintegritas biasanya oleh kebanyakan orang dunia dianggap sebagai orang yang bodoh, sok suci, sok jujur, sehingga mengalami banyak ‘kerugian'. Kebanyakan orang dunia meskipun sudah berjanji atau bersumpah, tetapi kalau mereka menderita kerugian, mereka akan berbalik, dan dengan segala macam cara akan mencari jalan supaya tidak merugi. Jadi hati-hati! Jangan sampai Saudara terpancing atau tergoda melakukan hal-hal seperti itu.

  9. Melakukan seperti yang Daud lakukan
  10. Dalam Mazmur 26:1-3, Daud berkata:

    "Berilah keadilan kepadaku, ya Tuhan, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada Tuhan aku percaya dengan tidak ragu-ragu. Ujilah aku, ya Tuhan, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku. Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu dan aku hidup dalam kebenaran-Mu."

    Daud bukan orang yang sempurna secara moral, tetapi Alkitab mencatat bahwa kehidupannya mencontohkan karakter yang dewasa, tulus dan jujur di hadapan Tuhan. Jadi Daud adalah orang yang berintegritas. Daud berani berkata kepada Tuhan:

    "Ujilah aku, ya Tuhan, dan cobalah aku. Selidikilah batinku dan hatiku sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.”

    Saya teringat di awal pelayanan saya, Tuhan memberikan sebuah lagu kepada saya tentang 'ujilah aku'.

    Nyanyi:

    Ujilah aku Tuhan
    Cobalah aku Tuhan
    Selidiki batinku dan hatiku
    Mataku tertuju pada-Mu

    Aku cinta pada-Mu Tuhan
    Aku rindu hadirat-Mu Tuhan
    Aku ingin selalu dekat pada-Mu
    Menikmati kehadiran-Mu

    Reff:
    Kunyanyi hosana
    Bagi rajaku yang duduk di tahta
    Aku muliakan dan kuagungkan
    Kau layak disembah

    Waktu saya mulai menyanyikan lagu ini dan CD-nya mulai beredar, saya menuai banyak kritik dari hamba-hamba Tuhan yang menjadi senior saya. Mereka berkata: “Kok berani-beraninya Niko menyanyi seperti itu.” Saya berkata: “Bukankah ini ada di Alkitab, yang dinyanyikan oleh Daud?”

    Tetapi mereka tetap tidak bisa menerimanya. Terus terang saya kaget. Saya tidak pernah berpikir bahwa beliau-beliau itu mempunyai pikiran seperti itu. Saya menyanyikan lagu ini dengan satu pengertian bahwa saya siap diuji oleh Tuhan dan itu saya lakukan sejak awal pelayanan saya.

    Mungkin ada di antara Saudara yang tidak berani menyanyikan lagu ini. Saya pernah mendengar ada yang berkata: “Itu kan Pak Niko yang berani, kalau saya sih belum berani.” Saya hanya akan mengingatkan kepada Saudara bahwa Tuhan Yesus menghendaki agar kita hidup sebagai seorang yang berintegritas, seorang yang hidupnya jujur dan tulus di hadapan Tuhan. Mari, saya mau ajak Saudara untuk menyanyikan lagu ini

  11. Meyakini, memperkatakan dan melakukan iman Kristiani yang dia percayai
  12. Sejak tahun 2018, melalui nubuatan Cindy Jacobs, Tuhan menunjuk gereja kita sebagai Messenger dari Pentakosta Ketiga. Saya percaya kita ditunjuk menjadi Messenger atau utusan Tuhan untuk Pentakosta Ketiga karena kita adalah Insan Pentakosta.

    Sebagai orang yang berintegritas, maka kita akan memperkatakan dan melakukan apa yang kita percayai, yaitu apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita. Jadi kita akan berkata-kata dan melakukan sesuatu sebagai Insan Pentakosta. Karena itu kita harus mengenal identitas sebagai Insan Pentakosta.

Lima pilar Teologi Pentakosta

Dari zaman Azusa Street yang disebutkan sebagai Pentakosta Kedua sampai dengan saat ini, bahwa kegerakan Pentakosta secara garis besarnya terdiri dari 3 grup besar.

  1. Pentakosta Klasik.
  2. Karismatik.
  3. Neo-Karismatik

Jumlah total umat dari 3 grup ini menurut survey di tahun 2019, ada 698 juta orang, yang berarti sekitar 27% dari total Kekristenan dunia.

Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI) di mana gereja kita termasuk di dalamnya, adalah grup Pentakosta Klasik, seperti yang terlihat dalam Pengakuan Iman GBI. Ciri khas dari Pentakosta Klasik adalah Doktrin Baptisan Roh Kudus, dengan Lima Pilar Teologi Pentakosta yaitu:

  1. Keselamatan
  2. Sejak sebelum dunia ini dijadikan, Allah berinisiatif menyediakan keselamatan bagi semua orang (Efesus 1:4). Allah memanggil kita kepada keselamatan melalui Injil, dan kita menerima kasih karunia-Nya secara gratis melalui respon iman kita. Keselamatan yang diberikan kepada kita bukan karena usaha kita, tetapi karena pemberian Allah, karena itu jangan ada yang memegahkan diri. (Efesus 2:8-9)

    Pada waktu kita percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, kita bertobat dan mengalami kelahiran baru. Kelahiran baru adalah awal perjalanan rohani kita di dalam Kristus. Ini yang disebut sebagai proses pembenaran atau justification.

  3. Kekudusan
  4. Selanjutnya kita masuk ke dalam proses kedua, yaitu pengudusan atau sanctification. Dalam proses ini, kita dikuduskan terus menerus oleh Roh Kudus dan Firman Allah; disertai proses-proses yang menyakitkan bagi kedagingan kita. Dan goal daripada proses pengudusan ini adalah untuk menjadikan kita menjadi serupa dengan gambar Yesus.

  5. Baptisan Roh Kudus
  6. Tuhan Yesus begitu baik kepada kita sebagai anak-anak-Nya. Supaya kita lulus dalam proses pengudusan atau sanctification ini, maka Tuhan Yesus membaptis kita dengan Roh Kudus dengan tanda awal berbahasa roh.

  7. Kesembuhan Ilahi
  8. Selain itu, sebagai penyembuh atau pembuat mujizat, Tuhan Yesus selalu siap untuk memberikan kesembuhan dan mujizat kepada kita yang membutuhkan, yang sedang berada dalam proses pengudusan atau sanctification.

    Nyanyi:

    Kaulah Tuhan penyembuhku
    Kaulah Tuhan penyembuh
    Kau berfirman dan sembuhkan
    Kaulah Tuhan penyembuh

  9. Kedatangan Tuhan Yesus untuk kali yang kedua dengan segera
  10. Proses terakhir dari proses keselamatan ini adalah proses glorification atau proses pemuliaan, di mana orang percaya yang menjadi serupa dengan gambar Yesus akan ikut dalam pengangkatan pada waktu Tuhan Yesus datang yang kedua kalinya di awan-awan. Kita percaya kedatangan Tuhan Yesus itu secara tiba-tiba, dan dengan segera.

    Kita diingatkan melalui Filipi 2:12-13 yang berkata:

    “…kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar, …karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.”

Baptisan Roh Kudus adalah bagian yang paling penting dari Lima Pilar Teologi Pentakosta yang sekaligus menjadi bagian sentral dari seluruh pengajaran Insan Pentakosta. Kita percaya bahwa setiap orang percaya yang telah disucikan hatinya dapat mengalami baptisan Roh Kudus ini dengan tanda awal berbahasa roh. Tujuan dari baptisan Roh Kudus adalah agar pengurapan di dalam pelayanan lebih maksimal. Karena baptisan Roh Kudus ini memiliki 2 fungsi; yaitu supaya kita lebih intim dengan Tuhan Yesus, dan akan memberikan kuasa untuk menyelesaikan Amanat Agung.

Dalam Matius 12:31-32, Tuhan Yesus berkata,

“Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.”

'Menentang' dan ‘menghujat Roh Kudus' di sini juga bisa berarti menentang dan menghujat bahasa roh. Jadi, kalau ada yang tidak percaya dengan bahasa roh jangan menghujat, jangan menentang, lebih baik banyak berdoa. Sekarang ada orang yang membuat bahasa roh sebagai bahan lelucon supaya orang tertawa. Saya hanya akan mengingatkan kepada Saudara yang melakukan seperti ini, supaya Saudara bertobat dan minta ampun kepada Tuhan.

Roh Kudus yang dicurahkan di kamar loteng Yerusalem 2000 tahun yang lalu itu adalah untuk memberikan kuasa untuk melakukan Amanat Agung. Ini disebut sebagai Pentakosta Pertama. Pentakosta Pertama ini dahsyat, sebab dalam kurun waktu 100 tahun, 70% dari dunia yang dikenal waktu itu, yaitu yang berada di bawah kekaisaran Romawi menjadi Kristen. Pertanyaannya: Apakah Amanat Agung sudah selesai? Jawabannya: Belum!

Karena itu pada tahun 1906, kembali Roh Kudus dicurahkan di Azusa Street yang disebutkan sebagai Pentakosta Kedua. Pentakosta Kedua ini dahsyat sebab menurut Gordon Conwell Theological Seminary, 77,9 % dari Kekristenan yang ada pada saat ini dimulai dari awal abad 20, yang berarti ini dimulai dari peristiwa pencurahan Roh Kudus di Azusa Street atau Pentakosta Kedua. Pertanyaannya: Apakah Amanat Agung sudah selesai? Jawabannya: Belum!

Karena itu hari-hari ini Roh Kudus yang jauh lebih dahsyat dibandingkan Azusa Street sudah dicurahkan dan ini yang disebut dengan Pentakosta Ketiga. Dan saya percaya dengan Pentakosta Ketiga ini Amanat Agung akan selesai dan Tuhan Yesus akan datang kembali.

Mari, Saudara yang rindu dipakai oleh Tuhan untuk menyelesaikan Amanat Agung, kita sama-sama berkata kepada Tuhan: “Curahkan Roh Kudus-Mu, ya Tuhan, api Pentakosta Ketiga, supaya kami menyelesaikan Amanat Agung Tuhan Yesus.” Maranatha! Datanglah segera, ya Tuhan Yesus!

Nyanyi:

Curahkanlah kuasa-Mu Tuhan
Mujizat terjadi di tempat ini
Curahkanlah kuasa-Mu Tuhan
Mujizat terjadi sekarang ini