Menghidupi kebenaran adalah kunci perkenanan Tuhan

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 24 November 2022 03.05 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
Lompat ke: navigasi, cari
RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal30 April 2012
Renungan khusus lainnya

Tahun 2012 merupakan Tahun Perkenanan Tuhan. Melalui Gembala Pembina kita, Tuhan menyatakan kehendak-Nya. Semua orang tentu ingin memperoleh perkenanan Tuhan dan hal tersebut merupakan kehendak Tuhan bagi umat-Nya. Alkitab memberikan catatan yang lengkap tentang langkah-langkah yang harus ditempuh agar memperoleh perkenanan Tuhan.

Apakah yang dimaksud dengan perkenanan? Berkenan berarti suka, sudi atau setuju; sedangkan memperkenankan berarti menyetujui atau memperbolehkan. Dalam konteks ini berarti Tuhan memperbolehkan, menyetujui atau mengiyakan. Dengan kata lain, sesuai dengan yang Tuhan kehendaki. Oleh karena itu, untuk memperoleh perkenanan Tuhan, kita harus bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga diperkenankan untuk "menerima apa saja" yang dimiliki Tuhan.

Dalam kisah Ester, "Ketika raja melihat Ester, sang ratu, berdiri di pelataran, berkenanlah raja kepadanya, sehingga raja mengulurkan tongkat emas yang di tangannya ke arah Ester, lalu mendekatlah Ester dan menyentuh ujung tongkat itu." (Ester 5:2) (bandingkan 6:6).

Kalimat "berkenanlah raja kepadanya …" merupakan bukti yang menakjubkan dari kenyataan bahwa "Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini." (Amsal 21:1)

Tongkat emas yang diulurkan kepada Ester menyatakan bahwa dia diperkenankan menghampiri raja, dan undangan untuk mendekati itu sangatlah menenangkan hati sang ratu.

Tahun ini adalah tahun yang bervisi ganda; yaitu bahwa "multiplikasi dan promosi" dapat dinikmati hanya jika "Tuhan memperkenankan". Jika Tuhan tidak memperkenankan maka multiplikasi dan promosi tidak akan pernah terjadi dalam perjalanan hidup kita di tahun ini. Sebaliknya jika Tuhan "sudah bertitah, bagaikan tongkat raja yang terulur, tidak ada seorang pun yang dapat membatalkannya". Sungguh, "Tuhan berkenan kepada siapa Ia berkenan".

Syarat mutlak untuk meraih perkenanan Tuhan ke dalam (perjalanan) hidup kita adalah dengan menghidupi kebenaran. Yesus berkata "Akulah jalan kebenaran …", "Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia,..." Mungkin ada yang bertanya, mengapa kebenaran menjadi dasar dan tolok ukur seseorang diperkenan Tuhan?

Dalam konteks ini, Yesus menawarkan sebuah prinsip yang sederhana namun tidak sepele atau patut disepelekan. Prinsip yang ditawarkan adalah "kebenaran". Kebenaran dipandang sebagai prinsip dasar atau fondasi hidup, jika ingin menemukan "semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan" di sepanjang perjalanan hidup kita.

Kebenaran juga menjadi fokus dari Sang Pemazmur. Kitab Mazmur diawali dengan mengetengahkan dua kelompok orang dengan jalan hidup yang bertolak belakang;

  • kelompok orang fasik (jalan kefasikan), dan
  • kelompok orang benar (jalan kebenaran).

Dalam Mazmur 1:1, kita mendapati di sana kata ‘berjalan’, ‘berdiri’ dan ‘duduk’, yang memerincikan langkah-langkah khas orang fasik yang harus dihindari oleh orang benar; agar kita tidak menerima prinsip-prinsip orang fasik, ikut terlibat dalam praktik-praktik mereka, dan akhirnya berkumpul dengan mereka (bandingkan dengan Yosua 1:8).

Orang yang berjalan di jalan kebenaran itu;

  • [tetapi yang] kesukaannya ialah Taurat TUHAN,
  • [dan yang] merenungkan Taurat TUHAN itu siang dan malam

lalu menuai keberhasilan dalam hidupnya:

  • [Ia] seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,
  • [yang] menghasilkan buahnya pada musimnya,
  • [dan] yang tidak layu daunnya
  • Apa saja yang diperbuatnya berhasil

sebagai dampak perkenanan Tuhan.

Namun syarat untuk mengalaminya terdapat di ayat 2, yaitu

  • kesukaan akan Taurat TUHAN, dan
  • kesukaan di dalam merenungkan Taurat TUHAN siang dan malam.

Memperhatikan teks ini, kita jadi mengerti bahwa hal merenungkan Taurat TUHAN harus menjadi sebuah kesukaan, kegairahan, kesenangan dan lain-lain.

Di pihak lain orang fasik seperti sekam yang ditiupkan angin (Mazmur 1:4, 5)

Kalimat itu melukiskan tentang akhir hidup orang fasik yang akan menuju kebinasaan (ayat 6b). Dengan kata lain, tidak ada jaminan atau perkenanan dari Tuhan terhadap hidup orang fasik; "di sini" maupun "di sana", sementara orang yang dibenarkan mendapatkan garansi dari Tuhan dalam perjalanan hidup di dunia ini dan di dalam kekekalan. (1 Korintus 1:21)

Baik Pemazmur (Mazmur 1:1-6) maupun Yosua (Yosua 1:8) mengungkapkan hubungan antara merenungkan Taurat dan melakukan Taurat sebagai sebuah mata rantai. Sebab adakah seseorang berkenan kepada Tuhan tanpa merenungkan dan melakukan Taurat dalam hidupnya? Tentu tidak!

Rasul Paulus dalam surat Galatia menulis: "… Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus." (Galatia 1:10).

Dalam hidup ini, kita harus berusaha agar berkenan kepada Allah di dalam Kristus Yesus.

"Karena kepada orang yang dikenan-Nya Ia mengaruniakan hikmat, pengetahuan dan kesukaan, tetapi orang berdosa ditugaskan-Nya untuk menghimpun dan menimbun sesuatu yang kemudian harus diberikannya kepada orang yang dikenan Allah." (Pengkhotbah 2:26).

Bagaimana Pemazmur bisa mengatakan bahwa Tuhan tahu jalan orang benar dan tampaknya menyatakan secara tidak langsung, bahwa Ia tidak tahu jalan orang fasik?

Jelas, bagi Pemazmur, bahwa Tuhan Maha Tahu, dan mengenali dengan sangat jelas akan jalan orang benar maupun jalan orang fasik.

Apa yang Pemazmur maksudkan, bagaimanapun, adalah bahwa Tuhan terlibat dalam memelihara orang benar dan memampukan mereka untuk taat kepada-Nya dan menghasilkan buah.

Hal itu diilustrasikan sebagai pohon (ayat 3) yang dengan sengaja ditanam dan ditempatkan dekat sebuah sumber air segar. (Yohanes 15:1-11; Filipi 2:12-13)

Jadi Allah tahu jalan orang benar sehingga Ia meninggikan hidup mere ka menurut kehendak-Nya yang dinyatakan. Dengan kata lain Allah tahu jalan orang benar dan akan memperkenankan orang benar diam di rumah Tuhan dan menikmati berkat-berkat-Nya hingga kesudahan segala sesuatu, bahkan sampai selama-lamanya.

Karena itu, pesan Tuhan bagi kita yang hidup di dalam jaman ini adalah; berusahalah mengejar perkenanan Tuhan dengan:

  1. Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam
  2. Melakukan perintah-perintah-Nya; artinya tinggal di dalamnya

Amin.

Sumber

  • [NIB] (04 Mei 2012). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 28 Mei 2012.