Kehilangan kesempatan karena kehilangan integritas

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 19 November 2022 04.10 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| summary =" menjadi "| longsummary= | summary= | shortsummary=")
Lompat ke: navigasi, cari
RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal25 Juli 2021
PenulisPdm Dr Dony Lubianto, MTh
Renungan khusus lainnya

Kesempatan belum tentu datang dua kali! Ungkapan ini mengingatkan kita untuk mempergunakan kesempatan yang TUHAN berikan sebaik mungkin. Kehilangan kesempatan terjadi bukan hanya karena kita tidak jeli melihat kesempatan yang datang, kurang berusaha dengan keras untuk memanfaatkannya, tapi juga karena kita kehilangan integritas, saat ujian integritas datang mendahului kesempatan yang TUHAN sedang dan akan berikan.

Elisa dan Gehazi memulai pelayanan dengan status dan posisi yang sama yakni sebagai apprentice student (baca: abdi/pelayan) dari seorang nabi Perjanjian Lama yang dipakai TUHAN dengan dahsyat:

Namun sekalipun keduanya memulai dari posisi yang sama, tapi akhir pelayanannya jauh berbeda.

Selama mengikuti Elia, Alkitab tidak pernah mencatat Elisa melakukan hal yang tidak patut, hal yang bertentangan dengan kebenaran. Dalam bahasa sehari-hari, Elisa tipikal pelayan yang 'lurus-lurus' saja. Elisa dengan tekun mengiring Elia sambil memperhatikan dan belajar langsung dengan melihat praktek dan keteladanan Elia. Hingga satu saat ketika tiba waktunya Elia akan diangkat ke sorga, dengan penuh gairah Elisa meminta "dua bagian dari roh Elia" artinya mengklaim hak sebagai anak rohani yang sulung dan bagian warisan rohani dua kali lipat. Kita menyebutnya dengan meminta pengurapan dua kali lipat ganda (double portion).

Bagaimana Gehazi Kehilangan integritas?

Bagaimana dengan Gehazi? Sebagai abdi Elisa dan sebagai hamba Allah, Gehazi kehilangan integritasnya pada saat:

  1. Tergoda oleh Keserakahan akan harta
  2. Berpikirlah Gehazi, bujang Elisa, abdi Allah: "Sesungguhnya tuanku terlalu menyegani Naaman, orang Aram ini, dengan tidak menerima persembahan yang dibawanya. Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya aku akan berlari mengejar dia dan akan menerima sesuatu dari padanya." (2 Raja-raja 5:20)

    Dengan pikirannya sendiri ia menduga-duga bahwa Elisa tidak mau menerima persembahan harta yang dibawa oleh Naaman karena segan dan sungkan. Dengan kesadaran dan tekad yang bulat dia bertindak mengejar Naaman untuk menerima sesuatu daripadanya.

    Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan memberikan catatan:

    "Hamba Elisa, Gehazi, memiliki hati yang serakah dan oleh karena itu berusaha untuk mencemarkan tindakan kemurahan Allah untuk keuntungan materiel. Malangnya, ada hamba-hamba Tuhan yang berusaha untuk memperkaya diri dan mengumpulkan banyak harta dengan memberitakan darah Kristus yang tercurah, menawarkan keselamatan kepada yang terhilang, menyembuhkan orang sakit, atau memberi bimbingan kepada mereka yang sedang dalam kesusahan. Mereka ini menggunakan Firman Allah dan memperdagangkan kemurahan Allah; mereka mengubah "kekayaan Kristus" (Efesus 3:8) menjadi ‘harta Mesir’ (Ibrani 11:26).

    Membaca peristiwa ini, kita diingatkan dengan perkataan dan keteladanan dari Gembala Jemaat Induk/Gembala Pembina yang mengatakan:

    "Jika kita ingin dipakai Tuhan langgeng dalam pelayanan ini (mujizat dan kesembuhan ilahi) kuncinya jangan mencuri kemuliaan TUHAN dan jangan mengambil keuntungan bagi diri sendiri dari pelayanan ini."
  3. Menipu Naaman dan mengkhianati Elisa dan berdusta kepadanya

    Ketika hatinya sudah dipenuhi dengan hasrat dan keserakahan untuk memperoleh harta, segala cara dan upaya dapat dilakukan, sekalipun sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah pelanggaran atau kesalahan; bahkan karenanya dia kehilangan integritasnya.

    Demi mendapatkan apa yang diinginkan hatinya, Gehazi menipu Naaman (2 Raja-raja 5:22), dan tidak berhenti sampai di situ, Gehazi mengkhianati Elisa dengan menjual nama Elisa demi mendapatkan harta. "Tuanku Elisa menyuruh aku mengatakan: ..." padahal tentu saja Elisa tidak pernah menyuruhnya mengatakan demikian.

    Setelah memperoleh dua talenta perak dan dua potong pakaian, menyimpannya di rumah bagi dirinya sendiri, baru saja Gehazi tiba di depan Elisa, Gehazi berbohong kepada Elisa dengan mengatakan "hambamu ini tidak pergi ke mana-mana" ketika Elisa bertanya kepadanya. Bukan itu saja, bahkan Gehazi tidak menampakkan pertobatan sama sekali.

    Dengan melakukan hal-hal yang demikian, Gehazi bukan saja telah kehilangan integritasnya tetapi juga mencemarkan nama Allah. Sangat jauh berbeda dengan sikap yang ditunjukkan oleh Elisa (2 Raja-raja 5:16).

    Gehazi telah kehilangan integritasnya karena keserakahannya dan hasratnya akan harta duniawi. Sangat jauh berbeda dengan Elisa yang memiliki hasrat dan gairah untuk memperoleh harta rohani, yakni urapan dan kuasa yang TUHAN berikan kepada Elia itu turun kepadanya sebagai warisan rohani.

    Nama Gehazi tidak lagi kita temukan setelah 2 Raja-raja 8:1-6 di mana ia disebutkan sedang menceritakan kepada raja Yoram tentang anak perempuan Sunem dihidupkan kembali. Nama dan kisahnya tidak pernah kita jumpai lagi. Ia telah kehilangan kesempatan sebagai seorang suksesor nabi sekelas Elisa, semuanya diawali karena ia kehilangan integritasnya.

Apa yang bisa menyebabkan kita kehilangan integritas?

Jika kita memperhatikan dengan sungguh-sungguh peristiwa yang dialami oleh Gehazi dan bagaimana ia kehilangan kesempatan yang luar biasa untuk menjadi seorang suksesor, menjadi penerus dari pelayanan yang TUHAN percayakan kepada Elia, turun kepada Elisa dan (seharusnya) turun kepadanya, ada hal penting yang perlu kita garis bawahi dan menjadi catatan penting bagi kita, yang dapat menyebabkan kita kehilangan integritas:

  1. Hati yang berhasrat akan kekayaan duniawi
  2. Itulah sebabnya Firman Tuhan memperingatkan kita,

    "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Timotius 6:9-10)
  3. Melakukan tipu daya untuk memperoleh yang diinginkan
  4. Ketika ‘cinta akan harta/uang’ sudah menguasai hati, segala cara dan upaya akan diusahakan dan dianggap halal. Rela berkompromi dengan dosa asal cita-cita terlaksana.

  5. Mengkhianati bapa rohani dengan ‘menjual namanya’ demi kepentingan sendiri
  6. Janganlah ada seorangpun dari kita yang ‘menjual nama’ pemimpin kita untuk memperoleh keuntungan pribadi. Hal ini bukan hanya merusak nama pemimpin semata, tapi juga merusak jemaat dan merusak kepercayaan jemaat terhadap gereja dan hamba Tuhan.

  7. Berdusta
  8. Membaca peristiwa Gehazi berdusta kepada Elisa membuat kita teringat akan dusta yang dilakukan oleh pasangan suami istri Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5:1-11) di mana tanpa sadar mereka bukan hanya sedang berdusta terhadap para rasul dan jemaat, melainkan juga berdusta kepada Roh Kudus.

  9. Tidak mau bertobat
  10. Bertobat adalah bukti pengakuan dosa, bukti kerendahan hati dan bukti bahwa seseorang menyadari apa yang telah dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Selain itu pertobatan adalah sebuah janji untuk tidak melakukannya kembali. Orang yang tidak menunjukkan pertobatan membuktikan bahwa dirinya tidak mengakui bahwa apa yang telah dilakukannya adalah sebuah kesalahan dan pelanggaran. Janganlah menjadi orang yang tidak mau bertobat! Dalam doa ‘harian’ yang diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-murid, atau yang lebih dikenal dengan Doa Bapa Kami, kita diajarkan untuk minta ampun dan mengampuni kesalahan orang lain (Matius 6:12).

TUHAN punya panggilan pelayanan yang besar dalam hidup masing-masing kita. Jangan sampai kita sendiri yang membuat panggilan itu gagal tergenapi. Raih dan gunakan setiap kesempatan dengan baik, tetap tekun dan setia dalam panggilan kita dan jangan sampai kehilangan integritas. Maranatha! (DL).