Berpegang kepada kebenaran di dalam kasih

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 29 April 2023 08.43 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "https://drive.google.com/open?id=1XZTWic9jaByf_h2l6zO62XFxV4tO5wFj" menjadi "https://s.id/r7mcool")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada Persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan.

Filipi 2:1

Pendahuluan

Dalam hubungan kita dengan sesama, baik dalam rumah tangga, di tempat kerja, atau di gereja, kita pasti bekerja sama dengan banyak orang. Persilangan hubungan ini berpotensi melahirkan beragam masalah. Kita dapat saling memperhatikan, saling menilai, bahkan saling mengkritik. Ketika ada sesuatu yang salah, kita bertanggung jawab menegur atau mengingatkan mereka. Di sinilah sering timbulnya konflik. Saat kita mengatakan kebenaran, seseorang bisa saja tersinggung, marah-marah, atau menganggap kita mempermalukan mereka. Akibatnya, hubungan mungkin menjadi tidak baik.

Rasul Paulus menasihati jemaat Efesus tentang hal ini,

Sebaliknya, dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. (Efesus 4:15)

Dalam kehidupan komunitas dengan berbagai perbedaan, kita harus "berpegang kepada kebenaran di dalam kasih". Frasa ini diterjemahkan dari bahasa Yunani "alētheuontes de en agapē", yang lebih tepat diterjemahkan sebagai: "mengatakan kebenaran di dalam kasih". Jadi saat kita mengatakan kebenaran, hendaknya kita melakukannya dengan kasih Allah.

Isi dan sharing

Mengapa perlu mengatakan kebenaran dengan kasih?

  1. Kasih banyak sekali menutupi dosa (1 Petrus 4:8)
  2. Ayat di atas bukan berarti kita setuju dengan dosa atau perbuatan dosa. Hal ini berbicara tentang motivasi atau alasan mengapa kita mengatakan kebenaran. Bukan demi kepentingan sendiri, cari nama, hendak menjatuhkan, atau mempermalukan orang lain. Melainkan karena kita mengasihinya, maka kita pun ingin ia hidup berkenan kepada Tuhan dan berubah untuk menjadi lebih baik lagi. Sehingga hidupnya dapat menjadi kesaksian bagi banyak orang dan nama Tuhan dipermuliakan. Dan perlu diingat bahwa kita sedang menuju proses pada kesempurnaan memiliki karakter seperti Tuhan Yesus.

  3. Kasih tidak menghakimi (Matius 7:2)
  4. Ini berbicara tentang cara kita mengatakan kebenaran tersebut dengan tulus tanpa ada terselip tujuan-tujuan tertentu seperti menghakimi atau menyudutkan. Apakah dengan penuh penghakiman, arogansi, dan tidak menjaga reputasi atau harga diri orang lain? Saat kita melakukannya dalam kasih, maka hal-hal inilah yang perlu kita perhatikan. Sebab saat seseorang kita tegur dengan menyudutkan atau menghakimi, maka dia dapat merasa kecewa dengan kita sebagai orang Kristen atau pengikut Kristus.

    Tuhan Yesus pernah diperhadapkan kepada seorang wanita yang kedapatan berbuat zina. Ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang juga ada pada saat itu ingin agar Tuhan Yesus juga menghakimi bahkan dan menyetujui agar wanita tersebut dirajam batu sampai mati. Namun dengan hikmat Allah, Tuhan Yesus menuliskan sesuatu di tanah yang intinya bahwa Tuhan Yesus tidak menghakimi bahkan memberikan kesempatan untuk hidup dan berubah.

  5. Tuhan Yesus telah menunjukkan kasihnya kepada kita (1 Korintus 13:4-13)
  6. Sadar atau tidak sadar, dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering mengalami kesalahan atau pelanggaran-pelanggaran yang tidak diketahui oleh siapapun, baik dalam hal pikiran perkataan dan perbuatan. Namun Tuhan Yesus senantiasa memperlakukan kita dengan kasih yang begitu luar biasa, itu sebabnya mari teruslah kita belajar untuk mengatakan kebenaran dengan kasih.

Kesaksian

Apakah Anda pernah dihakimi saat melakukan kesalahan?

Kesimpulan dan saling mendoakan

Karena dengan penghakiman yang kamu untuk menghakimi kamu akan dihakimi dengan ukuran yang kamu pakai.

Catatan

COOL Umum Juli 2021: