Merenungkan kembali kasih karunia dan Roh Kudus

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 03
Revisi sejak 2 Mei 2023 10.24 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
“Aku akan mencurahkan roh pengasihan (kasih karunia)' dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem." (Zakharia 12:10)

Mari kita merenungkan kembali materi mengenai Roh Kudus supaya kita ingat bahwa kita masih membahas perihal kasih karunia Allah. Dengan belajar bagaimana kita harus hidup dalam kepenuhan Roh Kudus, kita juga belajar bagaimana kita harus hidup dalam kepenuhan kasih karunia Allah.

Dalam kitab Zakaria kita melihat adanya hubungan antara hidup dalam Roh dan hidup dalam kasih karunia Allah: “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam” (Zakharia 4:6). Bekerja melayani Tuhan dilakukan oleh karya Roh Kudus di dalam dan melalui kita, bukan dengan kemampuan manusia. Ayat berikutnya menegaskan kebenaran ini dalam bentuk kasih karunia. “Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!” (Zakharia 4:7), kita sudah belajar bahwa dalam bahasa aslinya orang-orang tersebut bersorak bahwa itu semua karena kasih karunia. Setiap tugas pelayanan yang diselesaikan adalah karena kuasa kasih karunia Allah, bukan karena kekuatan dan jasa manusia.

Kita juga sudah melihat bagaimana jemaat mula-mula mengalami hubungan antara Roh dan kasih karunia. “Mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan Firman Allah dengan berani ... Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah” (Kisah Para Rasul 4:31,33). Keberanian yang mereka alami di dalam Roh Kudus dicatat sebagai hasil dari kasih karunia yang melimpah dalam hidup mereka.

Yesus lahir ke dunia ini untuk membuat perjanjian yang baru. “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku” (Lukas 22:20). Perjanjian ini merupakan perjanjian kasih karunia, berbeda dengan perjanjian sebelumnya yang diberikan lewat Musa. “Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus” (Yohanes 1:17). Perjanjian baru kasih karunia ini juga merupakan perjanjian Roh Kudus. “Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan” (2 Korintus 3:5-6).

Ayat renungan kita hari ini menggambarkan ketika Tuhan Yesus kelak datang kembali, bangsa Israel akan bertobat dan menyembah Dia sebagai Mesias, hal ini bisa terjadi karena Tuhan “mencurahkan roh pengasihan (kasih karunia) dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem." Ayat yang mempersatukan roh dan kasih karunia ini merangkum kebenaran yang mulia bahwa hidup dalam kasih karunia dan berjalan di dalam Roh adalah dua cara pandang dari sebuah fakta yang sama.

Doa

Tuhan sumber kasih karunia, aku rindu untuk hidup dalam kasih karunia-Mu setiap hari. Aku bersyukur bahwa kasih karunia-Mu bukan sekedar sebuah teori yang harus aku lakukan, namun sebuah sumber kuasa yang Engkau impartasikan. Aku mohon agar Engkau mencurahkan kepenuhan Roh kasih karunia-Mu ke dalam hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

“Aku akan mencurahkan roh pengasihan (kasih karunia)' dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem." (Zakharia 12:10)

Mari kita merenungkan kembali materi mengenai Roh Kudus supaya kita ingat bahwa kita masih membahas perihal kasih karunia Allah. Dengan belajar bagaimana kita harus hidup dalam kepenuhan Roh Kudus, kita juga belajar bagaimana kita harus hidup dalam kepenuhan kasih karunia Allah.

Dalam kitab Zakaria kita melihat adanya hubungan antara hidup dalam Roh dan hidup dalam kasih karunia Allah.