Tiga tanggapan yang salah terhadap karya Roh Kudus

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. (Kisah 7:51)

Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. (Efesus 4:30)

Janganlah padamkan Roh. (1 Tesalonika 5:19)

Tuhan menghendaki kita berjalan setiap hari dengan mengandalkan Roh Kudus. Allah ingin agar kita mencari Dia untuk kepenuhan dari Roh Kudus yang bekerja dalam hidup kita. Tiga perilaku yang menyimpang dari kehendak Allah adalah menentang, mendukakan dan memadamkan Roh Allah.

Ketika Stefanus diadili di hadapan para pemuka Agama Israel, ia berkhotbah mengenai kesetiaan Allah terhadap bangsa Israel yang tidak setia. Ia menutup pesannya dengan sebuah teguran yang keras. “Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu." Di sini kita diperlihatkan perilaku yang bertentangan dengan pekerjaan Roh. Orang-orang ini “keras kepala." Mereka mementingkan diri sendiri. Mereka menuruti kehendak mereka sendiri, bukan kehendak Allah. Mereka juga orang-orang yang “tidak bersunat hati dan telinga." Mereka tidak mengijinkan Tuhan untuk memotong kedagingan dari batin mereka. Mereka tidak mengijinkan Tuhan berbicara kepada mereka melalui hamba-hamba-Nya. Mereka merasa benar dan merasa mampu. Ketika kita berperilaku demikian, kita juga sedang “menentang Roh Kudus."

Ketika Paulus menulis surat penggembalaan kepada jemaat di Efesus, ia memerintahkan mereka untuk tidak “mendukakan Roh Kudus Allah." Pada ayat berikutnya ia menjelaskan perilaku yang mendukakan Roh Allah. “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan” (Efesus 4:31). Roh Kudus adalah seorang pribadi, bukan sekedar sebuah kuasa atau pengaruh. Ia dapat merasa sedih karena perilaku kita. Ketika kita, anak-anak Allah, menyimpan kepahitan dalam hati dan mengeluarkan kata-kata yang jahat dari mulut kita, maka kita sedang “mendukakan Roh Kudus Allah."

Ketika Paulus menulis kepada jemaat di Tesalonika, ia memerintahkan mereka: “Janganlah padamkan Roh." Sama seperti api dapat dipadamkan, demikian juga pimpinan Roh Kudus. Saat kita membaca Firman Tuhan, Roh Kudus dapat mengobarkan keyakinan dalam hati kita terhadap pesan Tuhan, apakah kita akan bertindak sesuai dorongan Roh, atau kita akan mematikannya? Ketika Allah menyalakan visi untuk melayani Dia, apakah kita akan menyerahkan diri kita atau kita abaikan? Ketika Tuhan memanggil kita untuk berdoa syafaat, apakah kita akan berseru-seru kepada Dia atau kita diam saja? Apakah kita akan mengijinkan Roh Kudus untuk membakar hati kita, atau apakah kita akan “padamkan Roh?”

Doa

Ya Tuhan, aku tertegur oleh Roh Kudus-Mu pada saat aku berperilaku menyimpang dari kehendak-Mu. Aku sudah menentang, mendukakan dan memadamkan karya Roh Kudus dalam hidupku. Tuhan, aku bertobat, dan aku memohon kepada-Mu untuk menunjukkan bagian-bagian dalam hidup ku yang belum tunduk kepada Roh-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. (Kisah 7:51) Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. (Efesus 4:30) Janganlah padamkan Roh. (1 Tesalonika 5:19)