Article: 20211205/RK: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
k (Penggantian teks - "| illustration1x1 = ↵| illustration16x9 = Background_2021_The_Year_of_Integrity.jpg<!--MorningDevotion.jpg-->↵" menjadi "| illustration1x1= Berkas: Renungan Khusus 2019-1x1.jpg | illustration16x9= Berkas: Renungan Khusus 2019.jpg ")
k (Penggantian teks - "| illustration1x1= Berkas: Renungan Khusus 2019-1x1.jpg↵| illustration16x9= Berkas: Renungan Khusus 2019.jpg" menjadi "| illustration1x1= Renungan Khusus 2019-1x1.jpg | illustration16x9= Renungan Khusus 2019.jpg")
Baris 27: Baris 27:
| DaysAllowedToPublishBeforeArticleDate = 2
| DaysAllowedToPublishBeforeArticleDate = 2


| illustration1x1= Berkas: Renungan Khusus 2019-1x1.jpg
| illustration1x1= Renungan Khusus 2019-1x1.jpg
| illustration16x9= Berkas: Renungan Khusus 2019.jpg
| illustration16x9= Renungan Khusus 2019.jpg


| longsummary=
| longsummary=

Revisi per 22 November 2022 10.23

Renungan Khusus 2019.jpgRenungan Khusus 2019-1x1.jpg
Renungan khusus
Tanggal05 Desember 2021
PenulisPdm Dr Dony Lubianto, MTh
Voice of PentecostVoice of Pentecost 65 (Bryan Colin Njotorahardjo)
Renungan khusus lainnya

Percakapan mengenai pencurahan Roh Kudus telah menjadi salah satu topik yang tidak ada habisnya untuk dibahas, dan salah satu pokok diskusi yang muncul adalah mengapa ada istilah Pentakosta Ketiga? Bukankah peristiwa Pentakosta merupakan sebuah peristiwa final, unik dan spesifik yang tidak mungkin terulang kembali, sebab peristiwa itu hanya terjadi satu kali saja? Mari kita telusuri apa yang Alkitab katakan mengenai hal tersebut.

Perspektif Aliran Pentakosta terhadap Pencurahan Roh Kudus dalam Kitab Kisah Para Rasul

Sebelum kita masuk dalam pembahasan yang lebih terperinci dan mendalam, kita perlu memahami perspektif aliran Pentakosta dalam membaca kitab Kisah Para Rasul. Hal ini sangat penting, sebab dalam memahami pandangan teologis aliran Pentakosta dengan menggunakan bingkai teologi atau “kacamata” aliran non-Pentakosta, tentu dapat membuat kita melihatnya secara samar, buram dan tidak mendapat gambaran yang utuh dan jelas. Demikian juga sebaliknya.

Pentakosta memahami peristiwa pencurahan Roh Kudus bukan sebagai sebuah peristiwa final yang tidak mungkin berulang lagi, melainkan sebagai penggenapan awal dari Janji Bapa[1], yakni pencurahan Roh Kudus sebagaimana juga telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, yang masih akan terus berlangsung sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Pemahaman Pentakosta akan hal ini tentu didasari dengan landasan teologi yang kuat sebagaimana dijelaskan berikut di bawah ini.

Penggenapan berulang dari Pencurahan Roh Kudus[2]

Meskipun tidak semua, namun ada nubuatan tertentu di dalam Alkitab di mana penggenapan dari nubuatan tersebut terjadi beberapa kali. Artinya, ketika nubuatan tersebut terjadi dalam suatu kurun waktu (pertama kali digenapi) bukan berarti nubuatan tersebut sudah tidak akan ada penggenapannya lagi (final), justru penggenapan yang selanjutnya dari nubuatan tersebut lebih besar daripada penggenapan yang awal. Penggenapan awal dari sebuah nubuat justru sebagai model atau contoh yang menunjukkan betapa luar biasanya penggenapan itu nantinya. Penggenapan awal menjadi seperti miniatur dari penggenapan yang terkemudian. Inilah yang kita kenal dengan multiple fulfillment of prophecy[3].

Peristiwa pencurahan Roh Kudus yang dahsyat terjadi di kamar loteng atas, Yerusalem terjadi dengan sangat dramatis, sehingga menarik perhatian banyak orang yang saat itu sedang berziarah ke Yerusalem untuk merayakan hari raya Yahudi. Namun demikian, apakah ini merupakan penggenapan akhir dari nubuatan Yoel? Mengingat masih ada beberapa aspek yang belum terpenuhi dari nubuatan Yoel dalam peristiwa Pentakosta, antara lain:

  1. Roh Kudus belum dicurahkan atas “semua manusia,” melainkan hanya dalam kelompok yang terbatas dan dalam cakupan area yang terbatas.
  2. Tanda-tanda heran di langit dan bumi (darah, api dan gumpalan asap) yang tidak nampak dalam peristiwa Pentakosta.
  3. “Hari Tuhan” belum datang, hari di mana Tuhan Yesus akan datang, duduk di Takhta-Nya sebagai Hakim yang Adil.

Memahami bahwa belum seluruhnya dari nubuatan Yoel digenapi, serta pemahaman yang baru yang disingkapkan oleh Roh Kudus, kita dapat menyimpulkan bahwa penggenapan akhir dari nubuatan Yoel tidak berhenti hanya sampai pada peristiwa Pentakosta di kamar loteng atas di Yerusalem[4], tetapi juga terjadi di awal abad ke-20 (Azusa Street Revival – Pentakosta Kedua), dan sedang terjadi dalam era kita sekarang ini, yakni Pentakosta Ketiga, dalam cakupan area yang mendunia, sampai Tuhan Yesus datang kali yang kedua. Hal ini akan terkait dengan tanda-tanda secara fisik yang terlihat secara dramatis dan mengarah kepada kedatangan Kristus yang kedua kali.

Janji Pencurahan Roh Kudus untuk orang percaya zaman ini

Paska pencurahan Roh Kudus di kamar loteng atas, Petrus dalam khotbahnya menyampaikan:

"Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.
Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita."
(Kisah Para Rasul 2:38-39)

Albert Barnes mengatakan bahwa pernyataan dalam ayat tersebut di atas tidak terbatas hanya kepada orang-orang Yahudi, melainkan berlaku juga bagi generasi “yang masih jauh” yakni generasi di masa kini, termasuk orang-orang non-Yahudi (gentiles), jika mereka bertobat, percaya kepada Tuhan Yesus dan lahir baru. Janji ini bukan sekedar janji keselamatan saja (Yoel 2:31-32), melainkan juga janji tentang pencurahan Roh Kudus yang diberikan kepada orang yang sudah lahir baru. [5] (Yoel 2:28)

Terminologi Pentakosta Kedua sebagai preseden Pentakosta Ketiga

Istilah “Pentakosta Ketiga” tentunya bukan istilah yang dibuat-buat oleh Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo sebagai hamba Tuhan yang menerima tuntunan dan visi ini, melainkan berdasarkan preseden[6] penggunaan terminologi Pentakosta Kedua yang sudah dikenal sejak awal abad ke-20. Beberapa catatan dokumentasi penting yang mencatat contohnya:

  1. Australasian Record, volume 39 nomor 19 yang terbit di Sydney pada hari Senin, 13 Mei 1935 memuat sebuah artikel berjudul: The Second Pentecost Will Be Even Greater Than the First.
  2. D. Wesley Myland dalam bukunya “The Latter Rain Covenant” (1910; reprint, Springfield, MO: Temple Press, 1973, p.34) menulis: “the first Pentecost started the church, the Body of Christ, and this, the second Pentecost, unites and perfects the church unto the coming of our Lord”
  3. Frank Bartleman. "How Pentecost Came to Los Angeles," in Witness to Pentecost: The Life of Frank Bartleman, ed. Donald Dayton (New York, 1985), mengatakan: “At a vacant AME mission at 312 Azusa Street, countless Pentecostals received the baptism of the Holy Spirit evidenced by speaking in other tongues - a "second Pentecost” replicating the first recorded in Acts 2.”
  4. Dalam buku “Passover, Pentecost & Parousia: Studies in Celebration of the Life and Ministry of R. Hollis Gause” di mana yang menjadi editor adalah para Profesor aliran Pentakosta antara lain: S. J. Land, R.D. Moore dan J. C. Thomas dari Pentecostal Theological Seminary, tertulis: “Azusa Street Revival maintains within the diversity of Pentecostalism. Azusa Street is depicted as the most influential location for the second Pentecost' or 'latter rain' outpouring of the Holy Spirit baptism.”

Dengan adanya preseden terminologi Pentakosta Kedua ini, maka jika seseorang menolak Pentakosta Ketiga atas dasar bahwa Pentakosta tidak berulang, itu artinya dia juga menolak Pentakosta Kedua, yang sama dengan menolak Gerakan Pentakosta secara keseluruhan. Perlu untuk diketahui bahwa peristiwa-peristiwa yang layak disebut sebagai Pentakosta Kedua dan Pentakosta Ketiga adalah yang memiliki kualifikasi[7] yang sama dengan Pentakosta (Pertama) yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:1-11, yakni:

  1. Masif, ekspansif dan multi-etnis.
  2. Glossolalia dan manifestasi Kuasa Roh Kudus
  3. Korelasi dengan gerakan misi dan penyelesaian Amanat Agung

Jadi sekalipun banyak peristiwa pencurahan Roh Kudus yang dicatat dalam sejarah gereja, tidak semuanya memenuhi kualifikasi tersebut di atas, hanya Azusa Street Revival, dan tentunya akan kita lihat di era Pentakosta Ketiga yang kita alami sekarang ini sebagaimana dinyatakan oleh Roh Kudus melalui William J. Seymour, tokoh kegerakan Azusa Street Revival pada tahun 1909[8] yang juga dikonfirmasi oleh banyak hamba Tuhan masa kini. (DL)

Referensi