Kegerakan vs peristiwa Pentakosta

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Renungan Khusus 2019.jpgRenungan Khusus 2019-1x1.jpg
Renungan khusus
Tanggal14 November 2021
Penulis‑1Pdt Chris Silitonga, MEd
Penulis‑2Pdp Dio Angga Pradipta, MTh
Voice of PentecostVoice of Pentecost 66 (Dio Angga Pradipta)
Renungan khusus lainnya

Pembahasan mengenai pencurahan Roh Kudus, termasuk di dalamnya peristiwa Pentakosta, adalah hal yang banyak diperbincangkan dalam dunia Kekristenan. Setiap arus (stream) dalam Kekristenan memiliki pandangan dan argumentasi sendiri perihal Pentakosta. Insan Pentakosta percaya bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan Roh Kudus sebagaimana tercatat dalam Alkitab, khususnya kitab Kisah Para Rasul, masih terjadi sampai hari ini dan dapat terjadi berkali-kali. Ini termasuk pencurahan Roh Kudus itu sendiri, karya-karya dan mukjizat-mukjizat yang dikerjakan-Nya.[1]

Karena itu tidaklah heran banyak akademisi Pentakosta/Karismatik, yang setelah berdoa dan menganalisa kegerakan Roh Kudus dari masa-masa, percaya bahwa akan muncul dan sudah mulai terjadi kegerakan Roh Kudus yang besar dan dahsyat, yang melebihi peristiwa-peristiwa kegerakan Roh Kudus di masa-masa sebelumnya.

Masing-masing menggunakan istilah dan definisi tertentu guna menjelaskan apa yang mereka percaya akan dan sedang terjadi, seperti:

  • Dr C Peter Wagner, menggunakan istilah “Third Wave Movement”, yaitu melihat kegerakan Roh Kudus di zaman modern yang dimulai di Azusa Street sebagai First Movement (kegerakan pertama), bangkitnya karismatik di tahun 1960-an sebagai Second Movement (kegerakan kedua) dan merebaknya tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat (signs and wonders) di berbagai kegiatan Kekristenan di tahun 1980-an sebagai Third Movement (kegerakan ketiga).

    Bahkan kegerakan ini digambarkan sebagai wave atau gelombang yang deras dan kencang. Wagner percaya bahwa kegerakan atau gelombang ketiga ini juga akan membawa pemulihan jawatan/fungsi Nabi dan Rasul di dalam tubuh gereja. Wagner menuliskan hal ini dalam bukunya “The Third Wave of The Holy Spirit: Encountering the Power of Signs of Wonders, diterbitkan pada tahun 1988.

  • Dr William “Billy” Wilson, Presiden Oral Roberts University dan Co-Chair Global Empowered21, menggunakan istilah Fourth Wave atau gelombang keempat untuk menggambarkan kegerakan Roh Kudus masa kini dan depan.

    Melanjutkan apa yang Roh Kudus kerjakan sejak peristiwa Azusa Street, Wilson menganalisa gelombang keempat ini akan memiliki ciri-ciri pemulihan kesatuan gereja, kesatuan penyembahan, mukjizat dan pelayanan, keberanian memberitakan Injil tanpa merasa malu, dan gereja harus bersiap menghadapi penganiayaan oleh karena hal-hal tersebut.[2]

  • Dr Tim Hill, General Overseer Church of God, Cleveland TN, menyatakan bahwa akan terjadi pencurahan Roh Kudus seperti pada hari raya Pentakosta yang pertama di Yerusalem. Ini akan mempercepat penyelesaian Amanat Agung.

    Pengertian ini kemudian dijadikan tema utama COG, Cleveland TN, yaitu Finishing the Great Commission with the Power of Pentecost (menuntaskan Amanat Agung dengan kuasa Pentakosta). Di sini jelas bahwa beliau melihat bahwa bukan hanya sekedar pencurahan atau kegerakan Roh Kudus, tetapi suatu kondisi yang menyerupai bahkan melebihi peristiwa Pentakosta di Yerusalem sebagaimana tercatat dalam Kisah Para Rasul.

Garis besar dari pembahasan demi pembahasan mengenai apa yang kiranya Roh Kudus akan kerjakan di masa-masa mendatang ini adalah bahwa Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus hanya bisa diselesaikan dengan kuasa Roh Kudus dan karena itu insan Pentakosta/Karismatik sangat merindukan adanya lawatan Roh Kudus secara luar biasa di masa-masa ke depan. Inilah yang amat dipercaya dan dipegang teguh oleh insan Pentakosta/Karismatik.[3]

William Seymour, tokoh peristiwa Azusa Street pun bernubuat bahwa sesuatu yang lebih besar dari Azusa Street akan terjadi di masa depan.[4]

Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo, sebagai seorang hamba Tuhan dan Gembala GBI Jalan Jendral Gatot Subroto, Jakarta, di mana GBI jelas beraliran Pentakosta[5], juga mendapatkan visi dari Tuhan mengenai apa yang Roh Kudus akan dan sedang kerjakan di masa-masa ini, yaitu apa yang disebut sebagai Pentakosta Ketiga.[6] Yang menarik untuk dibahas adalah: apa yang membedakan visi ini dengan visi (atau analisa) yang diutarakan oleh para hamba Tuhan Pentakosta/Karismatik lainnya? Pemahaman yang baik tentunya akan memberikan ke dalaman pengertian akan visi Pentakosta Ketiga.

Visi Pentakosta Ketiga adalah suatu keberlanjutan peristiwa Pentakosta, mulai dari yang terjadi di kamar atas Yerusalem sebagai Pentakosta Pertama, berlanjut ke peristiwa di Azusa Street sebagai Pentakosta Kedua dan sekarang kita ada pada masa Pentakosta Ketiga.

Untuk memahami keberlanjutan ini, kita perlu untuk memperhatikan ciri-ciri yang terjadi di Pentakosta Pertama dan menggunakan ciri-ciri (signature) tersebut sebagai indikator dalam menganalisa berbagai kegerakan Roh Kudus yang terjadi semenjak Yerusalem sampai hari ini. Ciri-ciri atau indikator tersebut kita katakan sebagai “Peristiwa Pentakosta”, yaitu:

Pertama: Bersifat massif, ekspansif dan multi-etnis.

Di dalam Kisah Para Rasul 2:8-11, orang Yahudi Diaspora dan mereka yang tinggal di Yerusalem datang dan menghadiri kejadian Pentakosta itu. Tercatat juga orang Kreta dan orang Arab ada di sana. Ketika mereka bertobat dan percaya kepada Yesus, jumlah awal tercatat 3.000 orang bertobat (Kisah 2:41) serta tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah mereka (Kisah 2:47).

Api Pentakosta Pertama dibawa oleh orang-orang Yahudi yang juga kembali ke daerah mereka masing-masing serta mereka yang tersebar keluar dari Yerusalem karena penganiayaan (Kisah 8:4).

Kedua: Penekanan terhadap bahasa roh (glossolalia) dan manifestasi kuasa Roh Kudus.

Di dalam Kisah Para Rasul 2:4, ketika para murid dibaptis Roh Kudus maka mereka mulai berkata-kata dengan bahasa-bahasa lain (λαλεῖν ἑτέραις γλώσσαις) seperti yang diberikan Roh Kudus kepada mereka. Banyak orang berkata bahwa bahasa lidah yang asli adalah mukjizat berkata-kata dalam bahasa asing yang dimengerti (xenolalia).

Penekanan dalam tulisan Lukas adalah, dia ingin menjadikan apa yang terjadi dalam Kisah 2 sebagai model untuk pencurahan Roh Kudus pada zaman itu dan juga zaman sekarang.[7] Kita melihat di dalam Kisah Para Rasul 10:46; 19:6 bahwa kata yang sama juga digunakan (γλώσσαις).

Berbicara mengenai manifestasi kuasa Roh Kudus, di sepanjang kisah naratif di Kisah Para Rasul kita melihat bagaimana Roh Kudus menyertai kesaksian dan pemberitaan Firman dengan tanda dan mukjizat (Kisah Para Rasul 2:43; 3:1-11; 5:12-16; 9:33,34; 12:7-17; 13:6-11; 14:8-10; 16:16-18; 19:11-12; 20:9-12; 28:7-9). Pentakosta selalu meyakini bahwa kuasa Roh Kudus tercurah untuk orang percaya bisa melayani di dalam tanda dan mukjizat.

Ketiga: Memiliki korelasi langsung dengan penuntasan Amanat Agung.

Ketika Petrus berkhotbah di depan orang-orang Yahudi dan penganut agama Yahudi itu, dia menutup dengan tantangan keselamatan dan 3.000 orang bertobat (2:41).

Lukas mencatat pergerakan pelayanan dari para Rasul yang diberdayakan oleh Roh Kudus mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi.

Filipus bersaksi dan membaptis sida-sida Etiopia (Kisah 8:26-40), Petrus membaptis keluarga Kornelius (Kisah 10:34-48), murid-murid yang dari kebangsaan Siprus dan Kirene mulai mengabarkan Injil kepada orang Yunani (Kisah 11:19-21), dan akhirnya Paulus dan Barnabas membawa Injil kepada kerajaan Romawi (Kisah 13-28).

Berdasarkan ketiga ciri-ciri tersebut, maka kita dapat menganalisa berbagai kegerakan yang terjadi dalam sejarah Kekristenan di dunia, apakah kegerakan tersebut dapat disamakan sebagai peristiwa Pentakosta sebagaimana yang terjadi di Yerusalem. Yang patut diingat adalah bahwa ini bukan berarti kegerakan-kegerakan selain Yerusalem dan Azusa Street adalah hal yang kecil dan tidak penting. Sama sekali tidak demikian. Kegerakan-kegerakan tersebut telah menorehkan pembaharuan dan kemajuan yang amat berarti dalam pertumbuhan gereja dan pemberitaan Injil, karena tidak ada peristiwa yang besar terjadi di dalam, kepada dan oleh tubuh Kristus tanpa Roh Kudus turut campur langsung di dalamnya. Ini yang harus selalu kita ingat. Namun dalam hal suatu kegerakan dapat dikatakan sebagai peristiwa Pentakosta, kita harus menggunakan ciri-ciri sebagaimana yang ditunjukkan melalui peristiwa Pentakosta Pertama di Yerusalem.

Sebelum peristiwa di Azusa Street, ada beberapa pencurahan Roh Kudus yang terjadi yang juga diakui oleh William Seymour, tokoh peristiwa Azusa Street, di antaranya: kebangunan rohani di Swedia (1841-43), Australia (1901), Keswick, Inggris (1902), Swedia (1903), Wales (1904), Mukti, India (1905).[8] Namun semua peristiwa tersebut hanya memenuhi satu atau dua ciri yang sama dengan Pentakosta Pertama di Yerusalem. Tidak ada yang memenuhi ketiga indikator yang sudah kita bahas sebelumnya. Termasuk Reformasi Protestan di abad ke-17 yang dimotori oleh Martin Luther dan bapa-bapa reformator lainnya, sekalipun membawa pembaharuan luar biasa bagi gereja, pun tidak memenuhi ketiga indikator tersebut. Tetapi apa yang terjadi di Azusa Street adalah perwujudan dari tiga indikator Pentakosta seperti yang tercatat di Kisah Para Rasul 2, bahkan lebih dahsyat secara jangkauan.

Espinoza menulis bahwa Azusa Street menjadi “titik pusat pergerakan Pentakostalisme”.[9] Bayangkan dalam waktu 100 tahun setelah peristiwa Azusa Street, pergerakan Pentakosta Karismatik telah mengambil porsi 27% dari Kekristenan yang ada.[10] Atas kedahsyatannya ini, kegerakan di Azusa Street dijuluki Pentakosta Kedua.[11]

Dari paparan di atas, sekarang kita menjadi mengerti ada suatu perbedaan antara kegerakan (movement/wave/revival, dll.) dengan peristiwa Pentakosta. Di dalam suatu kegerakan, Roh Kudus bergerak untuk suatu maksud dan tujuan tertentu, jangkauannya bisa hanya untuk wilayah atau bangsa tertentu, bisa juga untuk sesuatu yang lebih luas. Namun dalam peristiwa Pentakosta maka tujuan dan maksud Roh Kudus bergerak adalah untuk memenuhi ketiga ciri-ciri yang ditunjukkan-Nya melalui peristiwa Pentakosta Pertama dan Kedua.

Bagaimana dengan Pentakosta Ketiga? Visi ini dikumandangkan pertama kali tahun 2013 di Empowered21 Congress Asia 2013. Ketika ditekankan kembali di Empowered21 Congress Asia 2018, “Fire & Glory”, Pentakosta Ketiga sudah diterima begitu luas oleh bangsa-bangsa. Kenyataannya, pada saat itu tercatat ada 44 bangsa—terjauh dari Greenland (mewakili bagian Utara bumi) dan Vanuatu (mewakili bagian Selatan bumi)— yang hadir untuk menerima pewahyuan yang baru dari Roh Kudus mengenai adanya Pentakosta kembali—Pentakosta Ketiga! Pengakuan juga datang dari komunitas Kristen dari berbagai aliran (stream) seperti Baptis, Anglikan, Injili, Protestan, Pentakosta, Karismatik terhadap Pentakosta Ketiga secara global dan mereka masing-masing membawa api Roh Kudus itu kembali ke bangsa mereka sendiri!

Adakah pengakuan dari dunia akademis Kristen terkemuka tentang Pentakosta Ketiga? Dalam sebuah karya tulis yang dipresentasikan dalam Azusa Lecture, di Cleveland, Dr. French L. Arrington yang adalah Guru Besar dari The Niko Njotorahardjo Chair for The Restoration of The Tabernacle of David di Pentecostal Theological Seminary dan teolog terkemuka yang diakui oleh komunitas akademisi Kristen di dunia, dia berkata:

Hari ini tetap ada kerinduan yang dalam akan gerakan Roh Kudus. Jalan Azusa dan banyak peristiwa yang mendahuluinya, menghubungkan kebutuhan untuk menerima pengalaman Pentakosta dan pengharapan bahwa Tuhan akan segera kembali. Sekarang Dr Niko, seorang pendeta di Indonesia, memperkirakan bahwa sebelum Tuhan datang kembali, akan ada pencurahan Roh yang baru — Pentakosta Ketiga — peristiwa besar terakhir dalam mempersiapkan dunia untuk kedatangan Tuhan kembali. Dia mungkin benar. Panggung mungkin diatur untuk Pentakosta baru yang menyebar ke seluruh dunia. Dari semua indikasi, kita berada di bab terakhir dari akhir zaman, tapi kita tidak tahu berapa lama bab itu akan berlangsung."[12]

Sekarang kita memahami apa yang menjadi ke dalaman dan kerinduan dari visi Pentakosta Ketiga. Ini bukanlah hanya kerinduan terjadinya pembaharuan, pemulihan oleh Roh Kudus terjadi atas gereja-Nya dan dunia, tetapi agar apa yang terjadi di Yerusalem pada awal abad pertama dan Azusa Street pada awal abad kedua puluh, terjadi lagi lebih dahsyat dan besar dibandingkan kedua peristiwa Pentakosta tersebut, sekarang!

Gereja tidak lagi terpetak-petakkan atas dasar suku atau wilayah, umat Tuhan mengalami baptisan Roh Kudus dengan tanda awal berbahasa roh dan manifestasi kuasa Roh Kudus menyertai mereka sehingga dengan demikian Amanat Agung diselesaikan. Ini yang seyogyanya menjadi visi dan kerinduan semua orang yang menyatakan dirinya sebagai murid Yesus Kristus. Amin. (CS/DAP).

Referensi