Article: 20200727/RK: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
k (Penggantian teks - "| namalengkap =" menjadi "| completename=")
k (Penggantian teks - "| nama =" menjadi "| name=")
Baris 6: Baris 6:
| minggu = 31
| minggu = 31
| date= {{#time:Y-m-d | 2020-W31-7 }}
| date= {{#time:Y-m-d | 2020-W31-7 }}
| nama = Hendrik Timadius
| name= Hendrik Timadius
| completename= Pdt Hendrik Timadius, MBA, MTh
| completename= Pdt Hendrik Timadius, MBA, MTh
| readmore = {{{readmore|}}}
| readmore = {{{readmore|}}}

Revisi per 19 November 2022 01.33

RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal02 Agustus 2020
PenulisPdt Hendrik Timadius, MBA, MTh
Renungan khusus lainnya

Seperti apakah penyembahan dalam dimensi yang baru itu? Bagaimana dan di mana ini bisa terjadi? Sebagai insan Pentakosta yang menghidupi DNA Restorasi Pondok Daud tentunya pertanyaan ini sangatlah relevan.

Mari kita melihat sebuah tempat di mana penyembahan dalam dimensi yang baru pernah berlangsung. Pulau Patmos adalah sebuah pulau kecil di Laut Aegea, Yunani. Pada masa kini, Pulau Patmos adalah lokasi wisata laut yang instagenic, sangat indah. Lupakan sejenak gambaran ini; bayangkan Pulau Patmos sekitar dua ribu tahun yang lalu. Sebuah pulau yang oleh Kaisar Domitian dijadikan tempat pembuangan untuk orang-orang yang berbahaya bagi Kekaisaran Romawi. Tempat yang berbatu, sunyi, tandus, dan gersang. Ke sanalah Yohanes, murid yang dikasihi oleh Yesus, dibuang karena kesaksian imannya. (Wahyu 1:9)

Seperti apakah penyembahan dalam dimensi yang baru itu? Bagaimana dan di mana ini bisa terjadi? Sebagai insan Pentakosta yang menghidupi DNA Restorasi Pondok Daud tentunya pertanyaan ini sangatlah relevan.

Mari kita melihat sebuah tempat di mana penyembahan dalam dimensi yang baru pernah berlangsung. Pulau Patmos adalah sebuah pulau kecil di Laut Aegea, Yunani. Pada masa kini, Pulau Patmos adalah lokasi wisata laut yang instagenic, sangat indah. Lupakan sejenak gambaran ini; bayangkan Pulau Patmos sekitar dua ribu tahun yang lalu. Sebuah pulau yang oleh Kaisar Domitian dijadikan tempat pembuangan untuk orang-orang yang berbahaya bagi Kekaisaran Romawi. Tempat yang berbatu, sunyi, tandus, dan gersang. Ke sanalah Yohanes, murid yang dikasihi oleh Yesus, dibuang karena kesaksian imannya. (Wahyu 1:9)

Berada di tempat seperti Pulau Patmos mungkin mirip dengan situasi lockdown hari-hari ini. Sebuah tempat yang membuat orang-orang buangan sangat susah dan menderita. Di tempat yang seperti inilah Yohanes melihat sebuah pintu terbuka di sorga. Kemudian ia mendengar suara seperti bunyi sangkakala yang berkata: ’Naiklah kemari.’ (Wahyu 4:1)

Inilah suara Tuhan Yesus yang sudah naik ke sorga! Tuhan Yesus berbicara kepada murid-Nya yang dikasihi dengan dimensi suara yang baru, mengajaknya masuk ke dimensi tempat yang baru.

Kisah selanjutnya adalah salah satu gambaran termulia dalam Alkitab tentang perjumpaan dengan Tuhan di sorga. Yohanes melihat dan mencicipi keindahan penyembahan dalam dimensi yang baru.

Seperti apakah di sorga, penyembahan dalam dimensi yang baru itu?

#1 Penyembahan yang dikuasai oleh Roh Kudus

“Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang." (Wahyu 4:2)

Penguasaan Roh atas Yohanes memulai rentetan drama penyembahan sorgawi. Penyembahan dalam dimensi yang baru hanya bisa kita alami bersama dengan Roh Kudus dan ketika kita dipenuhi oleh Roh Kudus. Keseluruhan Kitab Wahyu bahkan menceritakan bagaimana penguasaan Roh mencengkeram Yohanes (Wahyu 1:10; 4:2; 17:3; 21:10). Secara fisik Yohanes berada di sebuah pulau yang tandus, namun di dalam Roh ia mencicipi sorga.

  • Kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus mengajak jemaat untuk memuji dan menyembah Tuhan lewat ‘mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani’. (Efesus 5:19)
    ’Nyanyian rohani’ (songs from the Spirit, NIV) adalah sebuah bentuk nyanyian yang digerakkan oleh Roh Kudus.
  • Demikian pula kepada jemaat di Kolose, Paulus meminta mereka menyanyikan ‘mazmur, dan puji-pujian, dan nyanyian rohani (songs from the Spirit, NIV). (Kolose 3:16)

Tuhan mau penyembahan kita di bumi, seperti di sorga, digerakkan oleh Roh Kudus! Ini era Pentakosta Ketiga. Mari sungguh-sungguh mengejar kepenuhan Roh yang membuat penyembahan kita masuk dalam dimensi yang baru.

#2 Penyembahan yang berfokus pada kekudusan Tuhan

“... dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: ’Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang." (Wahyu 4:8)

Kita yakin atmosfer penyembahan sorga itu luar biasa untuk dinikmati. Selama-lamanya tidak akan pernah keindahan hadirat Tuhan itu kehilangan kemuliaan untuk dinikmati. Akan tetapi, penghuni sorga dalam penyembahannya tidak berfokus pada apa yang mereka nikmati, melainkan pada Tuhan yang duduk di takhta.

Penyembahan dimensi yang baru berfokus kepada Dia yang kita sembah yang adalah Maha Kudus. Sedemikian kuat dan luar biasanya karakter kekudusan Tuhan, sehingga penghuni sorga membahanakan ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan’. Tidak ada karakter Tuhan yang lain, yang ketika disebutkan atau dinyanyikan, perlu diulangi tiga kali, selain ‘Kudus’ (istilah untuk ini adalah trisagion; tri: tiga, hagios: kudus).

Mungkin beberapa orang belum terbiasa membayangkan kekudusan Tuhan dalam penyembahan. Lebih lazim untuk membayangkan kebaikan atau kasih Tuhan. Tuhan itu kudus. Kekudusan Tuhan memiliki makna bukan saja ‘tanpa cela’, melainkan juga ‘terpisahkan, tidak ada duanya’. Ketika seorang penyembah berfokus kepada kekudusan Tuhan, ia sedang menggelorakan di dalam hatinya bahwa tidak ada yang seperti Tuhan; Ia maha segalanya; dengan apakah Ia dapat disamakan? Penyembahan seperti inilah yang meledak di dalam diri penyembah-penyembah dalam dimensi yang baru.

Di tahun dimensi yang baru ini bukankah kita semua akan diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya (2 Korintus 3:18). Semua penyembah akan diubah menjadi semakin kudus, sama seperti Dia yang kita sembah adalah kudus. Dalam kemuliaan yang semakin besar, mari kita mulai serukan ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan’, di bumi yang sementara ini, sampai di sorga yang kekal nanti.

#3 Penyembahan memberikan yang terbaik buat Tuhan

“maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, …" (Wahyu 4:10)

Apakah yang termulia di sorga, yang pernah kita bayangkan tentang sorga? Tempat yang maha indah? Kehidupan dengan tubuh kemuliaan tanpa maut, tanpa ratap tangis? Semua ini tentunya sangat luar biasa. Akan tetapi sesungguhnya yang termulia di sorga bukanlah ‘Apa’, tetapi ‘Siapa’. Dia-lah yang termulia, terindah di sorga. Dia-lah yang kita ingini kekal selama-lamanya.

Kepada Dia yang termulia di sorga, apakah yang penghuni sorga akan lakukan? Mereka melemparkan mahkotanya di hadapan Dia yang duduk di takhta. Apa arti tindakan ini? Mahkota adalah lambang upah kekal penghuni sorga atas apa yang mereka perbuat ketika hidup di bumi. Tentunya ini teramat berharga. Akan tetapi, ketika berhadapan dengan Dia, mahkota yang sangat berharga itu kita persembahkan kepada-Nya. Tuhan jauh lebih berharga dari harta sorgawi yang paling mulia sekalipun! Di sorga kita tidak menghadap Dia dengan tangan yang hampa.

Penyembahan dalam dimensi yang baru bukanlah tentang ‘kita’, tetapi tentang ‘Dia’. Penyembahan dimensi baru bukanlah tentang apa yang kita dapatkan dari penyembahan, melainkan tentang apa yang Ia cium dari penyembahan kita.

Dalam situasi apakah sekarang kita berada? Kesulitan ekonomi? Bergumul dengan COVID-19? Tidak bisa beribadah di gedung gereja? Sendiri, depresi? Ingatlah! Di dalam Patmos-Patmos kehidupanmu, ada pintu sorga terbuka, ada suara yang berkata: ’Naiklah kemari’. Ada penyembahan dalam dimensi yang baru untuk kita hidupi. MARANATHA! (HT)

Sumber

  • Pdt Hendrik Timadius, MBA, MTh (02 Agustus 2020). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 04 November 2020.

    Seperti apakah penyembahan dalam dimensi yang baru itu? Bagaimana dan di mana ini bisa terjadi? Sebagai insan Pentakosta yang menghidupi DNA Restorasi Pondok Daud tentunya pertanyaan ini sangatlah relevan.