Article: 20100704/RK: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
k (Leo memindahkan halaman Renungan khusus/2010-26 ke Article:20100628/RK)
k (UPD)
Baris 1: Baris 1:
{{unified info | templatetype=renungankhusus
{{unified info | templatetype=renungankhusus
| namespace=Article | pagename=20100704/RK
| judul        = Pelajaran berharga dari tragedi Ananias dan Safira
| judul        = Pelajaran berharga dari tragedi Ananias dan Safira
| tahun        = 2010
| tahun        = 2010
| minggu      = 26
| minggu      = 26
| tanggal      = 2010-06-23
| tanggal      = 2010-07-04


| readmore    = {{{readmore|}}}
| readmore    = {{{readmore|}}}

Revisi per 1 Desember 2020 02.19

RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal04 Juli 2010
Renungan khusus lainnya

“Tetapi Petrus berkata: “Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Kata Petrus kepadanya: “Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?” Jawab perempuan itu: “Betul sekian.”

Kata Petrus: “Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar.” (Kisah 5:3, 8, 9).

Berkaitan dengan ayat yang baru saja kita baca di atas, dalam pesan Tuhan yang disampaikan oleh Gembala Pembina, ada sebuah warning (peringatan) bagi kita yang perlu kita perhatikan dengan sungguh-sungguh.

Berikut kutipan yang saya ambil dari khotbah Gembala Pembina:[1]

“Pada waktu terjadi “signs and wonders” dalam Kisah Para Rasul 5, ada seorang yang bernama Ananias dan Safira, istrinya. Mereka ini menjual tanah dan hasil penjualannya mereka persembahkan di hadapan rasul-rasul. Dan pada waktu itu para rasul bertanya, “Apakah benar semua hasil penjualan tanah itu sudah kamu bawa kemari? Bukankah kamu mau mempersembahkan semuanya?” Dan Ananias menjawab, “Ya benar…”, padahal sebagian uangnya telah disimpannya dan tidak diserahkan di hadapan para rasul. Lalu rasul-rasul bertanya, “Mengapa kamu lakukan ini? Tanah itu adalah tanahmu sendiri … uang itu adalah uangmu sendiri, mengapa engkau berbohong?” Setelah mendengar itu, tiba-tiba matilah Ananias. Lalu kemudian istrinya datang dan ketika kembali ditanyakan kepadanya, apakah benar yang dipersembahkan itu adalah semua hasil penjualan tanahnya dan istrinya menjawab, “Ya, benar …”, maka seketika itu mati jugalah istrinya.

Saudara, pesan Tuhan yang kuat yang saya terima adalah: Jangan ada seorang pun yang menjadi Ananias dan Safira!

Kematian Ananias dan Safira bukan hanya menambah satu lagi peristiwa fenomenal yang terjadi di antara jemaat mula-mula yang diawali dengan peristiwa kebangkitan Yesus, terangkatnya Tuhan Yesus ke Sorga yang disaksikan oleh murid-murid, pencurahan Roh Kudus yang menggemparkan, banyaknya tanda dan mujizat yang diadakan oleh rasul-rasul, khotbah Petrus yang membuat 3.000 orang bertobat, tetapi juga menimbulkan suatu ‘shock therapy’ yang luar biasa bagi jemaat mula-mula pada waktu itu.

Bagi orang yang belum percaya maupun orang Kristen yang belum sungguh-sungguh, tragedi ini mungkin menimbulkan kesan: “Mengapa Tuhan sekejam itu ... gara-gara begitu saja mereka dibuat mati.” Namun bagi kita yang percaya, ada alasan yang kuat mengapa peristiwa ini terjadi dan dicatat dalam Alkitab.

Paling tidak peristiwa Ananias dan Safira dapat memberikan kepada kita dua pelajaran berharga yang patut kita perhatikan.

Jangan mendustai Roh Kudus

Setiap dosa pasti mengandung hukuman. Hukuman yang dialami oleh Ananias dan Safira terjadi bukan karena banyak atau sedikitnya persembahan, melainkan karena Ananias telah bersepakat dan merencanakan dengan isterinya untuk berdusta mengenai jumlah hasil penjualan sebidang tanah yang mereka miliki. Mereka berpikir bahwa dengan menyimpan sebagian hasil penjualan serta mengatakan bahwa uang yang mereka bawa adalah keseluruhan hasil penjualan; tidak akan ada orang yang tahu. Mereka tidak menyadari bahwa mereka bukan sedang mendustai manusia (rasul-rasul dan jemaat yang lainnya) melainkan mendustai Roh Kudus yang sedang memanifestasikan kuasa yang luar biasa pada masa-masa itu.

Kalau kita berbicara soal hukuman, hukuman akibat dosa pada prinsipnya diterima pada saat penghakiman. Namun demikian ada kalanya di mana hukuman akibat dosa terjadi ‘langsung’ saat itu juga, khususnya di saat-saat di mana hadirat dan kemuliaan Tuhan begitu kuat menguasai bumi.

Tentunya kita masih ingat beberapa peristiwa yang dicatat dalam Alkitab di mana Tuhan memberikan hukuman secara langsung akibat dosa yang dibuat oleh orang Israel seperti:

Seperti halnya yang dialami tokoh-tokoh di atas, demikianlah yang dialami oleh Ananias dan Safira.

Kita patut bersyukur bahwasanya Gembala Pembina kita telah memberikan peringatan melalui pesan Tuhan yang telah disampaikan kepada kita. Gembala kita menyampaikan Pesan Tuhan yang diterima oleh Rev Cindy Jacob; bahwa setelah peringatan hari raya Pentakosta 2010 kita akan mengalami Pentakosta yang luar biasa - bahkan lebih besar daripada Pentakosta yang pertama 2.000 tahun yang lalu.

Bayangkan, betapa luar biasanya manifestasi kuasa dan kemuliaan Tuhan yang akan dinyatakan di depan kita. Untuk itu Gembala Pembina memperingatkan: pada waktu 'signs and wonders 'terjadi dengan luar biasa, jangan ada seorang pun yang menjadi Ananias dan Safira. Jangan bohongi Roh Kudus! Hari-hari ini lebih baik terbuka dan kalau itu memang kelemahan kita, akui di hadapan Tuhan dan kita akan diberkati Tuhan!

Sebagai manusia masing-masing kita memiliki kekurangan, ada yang kekurangannya dalam hal harta, takhta atau kekuasaan, cinta, emosi yang tidak stabil, keterikatan dengan pornografi, perzinahan, dan lain-lain. Sayangnya kecenderungan manusia seringkali berusaha menutupi apa yang menjadi kekurangannya tersebut sehingga senantiasa hidup dalam ‘topeng-topeng’. Dengan hidup secara demikian kita bukan hanya membohongi diri kita sendiri dan orang lain tapi juga membohongi Roh Kudus. Karena itu, marilah kita memiliki hati yang terbuka dan mengakui apa yang menjadi kelemahan kita, karena ada Api Penyucian Tuhan” sedang turun hari-hari ini. Gembala Pembina kita berdoa supaya tidak ada di antara kita yang menjadi Ananias dan Safira, tetapi semuanya selamat di dalam Nama Tuhan Yesus!

Memberi dengan motivasi yang benar

Mengapa Ananias dan Safira bisa melakukan dosa yang sedemikian sehingga mengakibatkan kematian? Mengapa mereka begitu berani mendustai Roh Kudus?

Kalau kita merunut Alkitab, Kisah Para Rasul 5:1-11 tentunya tidak terlepas dari kisah sebelumnya yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 4:32-37, apalagi dalam naskah aslinya Alkitab tidak terpisahkan dalam pasal-pasal atau perikop-perikop.

Saya mengajak kita menyelami sejenak apa yang ada dalam pikiran Ananias dan Safira berkaitan dengan peristiwa itu. Setelah pencurahan Roh Kudus yang luar biasa, ada banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah cara hidup jemaat. Mereka sangat dipersatukan oleh Kasih Kristus, mereka sehati dan sejiwa sampai-sampai mereka menganggap segala sesuatu yang mereka punyai sebagai milik bersama sehingga mereka tidak menyayangkan untuk menjual kepunyaan mereka dan membawa hasil penjualannya kepada rasul-rasul untuk dibagikan supaya tidak ada seorangpun yang berkekurangan diantara jemaat.

Inilah yang dikatakan oleh Gembala Pembina kita sebagai ‘roh memberi’ yang luar biasa. Alkitab memberi contoh tentang seorang Lewi bernama Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, ia menjual ladang miliknya lalu membawa uang hasil penjualannya kepada rasul-rasul.

Saya percaya, Ananias dan isterinya menyaksikan semua itu, bahkan mungkin juga kebagian ‘jatah’ berkat dari hasil-hasil penjualan itu. Alkitab memang tidak mencatat secara detail, tetapi mungkin saja dalam hati mereka ada perasaan ingin juga mengikuti jejak yang lain tetapi dengan motivasi supaya ‘dilihat’ oleh rasul-rasul, atau mungkin karena malu. Pikir mereka; yang lain sudah menjual harta mereka untuk dibagikan bersama sedangkan dirinya sendiri memiliki harta tapi tidak berbuat apa-apa. Akhirnya mereka menjual sebidang tanah tetapi tidak rela memberikan semua hasil penjualan, entah merasa sayang atau karena ada pikiran: “enak sekali ... tanah - tanah saya; mengapa hasilnya buat orang lain ...” Inilah yang membuat mereka akhirnya mendustai rasul-rasul dan Roh Kudus.

Motivasi yang salah dalam memberi akhirnya memicu tindakan yang salah. Dari tragedi ini kita dapat pelajari bersama, lakukanlah setiap tindakan dengan motivasi yang benar termasuk dalam hal menabur dan memberi bagi pekerjaan Tuhan. Biarlah roh memberi dan pengurapan belas kasihan yang sedang Tuhan curahkan dengan luar biasa hari-hari ini yang mendorong kita untuk memberi yang terbaik bagi pekerjaan Tuhan dan jiwa-jiwa. Amin.

Referensi

Sumber

  • Renungan Khusus (1 Juli 2010). GBI Jalan Gatot Subroto.