Article: 20110425/RK: Perbedaan antara revisi
k (upd unified info) |
k (Leo memindahkan halaman Renungan khusus/2011-17 ke Article:20110425/RK) |
(Tidak ada perbedaan)
|
Revisi per 20 November 2020 05.40
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 01 Mei 2011 |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
“Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)
Berbicara tentang iman tentu mencakup area yang sangat luas, ada iman biji sesawi yang sanggup memindahkan gunung, ada iman yang mengalahkan dunia, iman yang menyembuhkan, tingkatan iman, karunia iman dan lain sebagainya.
Ada 3 unsur bila berbicara tentang Iman;
- Pengetahuan, tahu siapa atau apa yang dipercaya.
- Persetujuan, setuju dengan yang dipercaya
- Pengandalan diri sepenuhnya kepada yang disetujui.
Kata “iman” dalam Alkitab Perjanjian Baru berasal dari terjemahan dari kata Yunani πιστις (pistis) yang bisa juga berarti keyakinan/kesetiaan.
Apakah yang dimaksud dengan iman yang menyelamatkan? Adalah kita tahu kepada siapa kita percaya, setuju pada dia menerima dia dan mengandalkan dia saja untuk keselamatan kita, atau mendapat hidup kekal itu.
Ayat Yohanes 14:6 di atas sudah menjadi ayat emas bagi banyak orang Kristen di seluruh dunia, bahkan sejak dari sekolah minggu, anak-anak sudah diajarkan untuk menghafal ayat tersebut. Apakah benar bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan menuju surga? Banyak orang Kristen ketika ditanya alasan mengapa hanya Yesus satu-satunya jalan menuju surga? Mereka menjawab: “karena kitab Yohanes 14:6 menulis demikian, dan saya mempercayainya”.
Sekarang kita akan melihat dasar-dasar ayat Alkitab mengapa hanya Yesus satu-satunya jalan menuju surga.
Anugerah
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9)
Kebenaran pertama yang harus kita pahami adalah bahwa hidup kekal itu anugerah Allah dan hidup kekal tidak didapat karena usaha manusia atau karena upah. Kalau hari ini kita bisa menerima keselamatan itu semua adalah pemberian Allah, dan Allah memberinya dengan gratis/cuma-cuma, kita tidak perlu membayar apapun untuk memperolehnya, karena itu jangan ada seorangpun yang memegahkan diri. Tetapi walaupun gratis ternyata semua orang tidak dapat memperolehnya karena ada dosa yang menghalangi manusia untuk menerima anugerah hidup kekal ini (Yesaya 59:1-2).
Manusia berdosa
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23)
Disadari atau tidak, diakui atau tidak, sesungguhnya semua manusia telah berbuat dosa. Sejak manusia pertama, Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, maka dosa sudah masuk ke dalam dunia, dan semua manusia, tanpa terkecuali, telah berbuat dosa. Surga itu suci dan kudus maka keadaan manusia yang berdosa ini membuatnya tidak mungkin masuk surga, karena Allah menuntut standar untuk masuk surga, harus sempurna (Matius 5:48). Karena itu, manusia dengan segala usahanya sendiri, dengan cara berbuat baik, melakukan amal ibadah, atau apapun juga tetap mustahil masuk surga, bukan karena perbuatannya kurang baik, tetapi karena ada dosa yang telah mencemari hidupnya.
Jika demikian, maka harus ada cara yang lain, sekarang mari kita lihat bagaimana cara Allah.
Allah Maha Kasih vs Allah Maha Adil
Selama ini ada 2 pandangan yang keliru tentang Allah, mereka mencoba memisahkan antara kasih dan keadilan Allah.
Pandangan yang pertama selalu menekankan sisi kasih Allah namun mengabaikan keadilan-Nya, akibatnya orang yang seperti ini akan berpikir bahwa tidak apa-apa berbuat dosa, Tuhan pasti mengampuni, mereka jadi toleransi kepada dosa.
Pandangan yang kedua terlalu menekan-kan sisi keadilan Allah namun mengabaikan kasih-Nya, akibatnya orang yang seperti ini akan selalu hidup dalam ketakutan, selalu ada di bawah bayang-bayang penghukuman.
Pengertian yang benar adalah: Allah itu kasih dan adil. Karena kasih-Nya maka Dia tidak ingin menghukum manusia berdosa, tetapi karena keadilan-Nya, maka Dia harus menghukum manusia berdosa. Di sinilah dilema itu muncul, bagaimana mungkin kasih dan keadilan dapat berjalan bersama?
Dilema ini pernah dialami oleh seorang tokoh revolusioner Rusia yang bernama Jendral Shamila. Dalam situasi perang yang sulit, ternyata ada yang mencuri persediaan makanan. Menanggapi hal ini Shamila mengeluarkan keputusan tegas bahwa siapapun yang mencuri dan tertangkap akan dihukum cambuk sebanyak 50 kali. Beberapa waktu kemudian pencurinya tertangkap, dan ternyata yang mencuri adalah ibu Shamila sendiri, tentu saja Shamila menghadapi dilema. Kemudian dia melakukan tindakan yang mengejutkan, dia melepaskan jubahnya dan menyuruh algojo mencambuk diri-nya sebanyak 50 kali sebagai ganti hukuman atas ibunya. Ternyata hanya dengan cara mengorbankan diri inilah keadilan dapat ditegakkan sekaligus kasih dapat dibuktikan. Jadi kasih dan keadilan hanya dapat bertemu jika ada pengorbanan. Demikianlah Allah menunjukkan kasih dan keadilan-Nya melalui pengorbanan diri-Nya di dalam Yesus Kristus.
Kristus Yesus
“Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” (Yesaya 53:5)
Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Apa yang dilakukan-Nya? Ia mati di kayu salib untuk menjalani hukuman atas dosa manusia, seharusnya kita yang dihukum karena dosa kita, tetapi Yesus menggantikan posisi kita untuk menerima hukuman tersebut, dan sebelum mati Dia berkata: “Sudah selesai” (Yohanes 19:30a) artinya dosa kita di masa lalu, sekarang, maupun yang akan datang, semua sudah ditanggung oleh Yesus di atas kayu salib. Ia mati, dikuburkan, dan pada hari yang ketiga bangkit dan kemudian naik ke surga, dan dari surga, sekarang Ia menawarkan Anugerah Hidup Kekal itu kepada kita. Anugerah hidup kekal ini hanya dapat diterima dengan iman
Iman yang menyelamatkan
Iman ibarat kunci untuk membuka pintu surga. Dunia ini banyak menawarkan kunci-kunci untuk membuka pintu surga, semua terlihat mirip, tetapi hanya 1 kunci yang asli, itulah iman yang menyelamatkan sedangkan kunci-kunci yang lain melambangkan iman yang tidak menyelamatkan. Iman yang menyelamatkan adalah: “mengenal dan mengandalkan Yesus saja sebagai Tuhan dan Juruselamat untuk memperoleh hidup kekal.” Dengan demikian benarlah pernyataan ini: “Yesus adalah satu-satunya jalan menuju surga”
Kesimpulan
Hidup kekal adalah anugerah Allah, manusia dengan segala usahanya mustahil dapat masuk surga karena ada dosa yang menghalanginya, dari sisi Allah ada dilema antara kasih dan keadilan-Nya, karena itu Allah menjadi manusia dalam Yesus dan mengorbankan diri-Nya mati di kayu salib untuk menanggung hukuman atas dosa manusia sehingga dengan demikian genaplah Firman Tuhan dalam Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Sumber
- [SH] (01 Mei 2011). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 04 Mei 2011.