Khotbah: 20220626-0900/NTS: Perbedaan antara revisi
k (Penggantian teks - " | ilustrasi1x1 =" menjadi " | illustrationA5= | illustration1x1=") |
k (Penggantian teks - " " menjadi " ") |
||
Baris 24: | Baris 24: | ||
| video1group= Ibadah Raya | | video1group= Ibadah Raya | ||
| video1caption= Rekaman YouTube | | video1caption= Rekaman YouTube | ||
| video1shortcaption= | | video1shortcaption= | video1host= | ||
| video1hostinitial= | | video1hostinitial= | ||
Baris 38: | Baris 38: | ||
Saya perlu sampaikan, semakin saya belajar Firman Tuhan saya menemukan sebuah fakta bahwa Tuhan ingin kita bahagia. Tuhan banyak kasih ayat dari Kejadian sampai Wahyu bicara tentang berbahagialah, bersukacitalah. Tuhan ingin sekali hidup kita penuh dengan sukacita, waktu saya mengatakan seperti ini bukan berarti Tuhan tidak mau kita memiliki masalah, atau Tuhan menghindarkan dari masalah, kadang-kadang masalah itu ada dan Tuhan ijinkan, tapi Tuhan tidak mau kita kehilangan sukacita. Tapi bicara tentang sukacita, itu luas sekali. Sejak saya terima tugas ini tidak tahu kenapa Tuhan taruh topik ini di dalam kepala dan hati saya. Kita harus mengerti, pernikahan adalah sebuah tempat yang Tuhan juga sediakan bagi kita untuk menjadi sumber sukacita. Pernikahan, atau keluarga kita bukanlah medan perang. Pernikahan keluarga kita, salah satu sumber sukacita. Jadi jika di luar memiliki masalah, waktu pulang ke rumah ada sebuah penghiburan atau kekuatan. | Saya perlu sampaikan, semakin saya belajar Firman Tuhan saya menemukan sebuah fakta bahwa Tuhan ingin kita bahagia. Tuhan banyak kasih ayat dari Kejadian sampai Wahyu bicara tentang berbahagialah, bersukacitalah. Tuhan ingin sekali hidup kita penuh dengan sukacita, waktu saya mengatakan seperti ini bukan berarti Tuhan tidak mau kita memiliki masalah, atau Tuhan menghindarkan dari masalah, kadang-kadang masalah itu ada dan Tuhan ijinkan, tapi Tuhan tidak mau kita kehilangan sukacita. Tapi bicara tentang sukacita, itu luas sekali. Sejak saya terima tugas ini tidak tahu kenapa Tuhan taruh topik ini di dalam kepala dan hati saya. Kita harus mengerti, pernikahan adalah sebuah tempat yang Tuhan juga sediakan bagi kita untuk menjadi sumber sukacita. Pernikahan, atau keluarga kita bukanlah medan perang. Pernikahan keluarga kita, salah satu sumber sukacita. Jadi jika di luar memiliki masalah, waktu pulang ke rumah ada sebuah penghiburan atau kekuatan. | ||
Saya mau sedikit kita belajar bedanya ''wedding'' dan ''marriage'', hari ini kita belajar tentang ''happy marriage'' bukan ''happy wedding''. Jika ada orang yang menikah kita seringnya mengatakan ''happy wedding'', tetapi jika mengatakan ''happy marriage'' bukan hari-H, pernikahan atau ''marriage'' itu bukan ''event''-nya tetapi seumur hidup pernikahan itu. Jika Bapak/Ibu/Saudara anaknya sultan, pesta pernikahan mungkin 7 hari 7 malam, tapi itu ''wedding''. Setelah ''wedding'' dan tamu undangan pulang, yang kita hadapi adalah ''marriage''. Makanya, saya senang sekali jika melayani bimbingan pra-nikah. Lebih baik saya menginvestasikan waktu yang banyak bagi anak-anak muda. Saya selalu mengatakan pada mereka “''it’s okay'' untuk menikah terlambat”. Tidak usah buru-buru, karena kita harus benar-benar mempersiapkan hidup kita masing-masing. Orang seringkali fokus dengan weddingnya, hanya eventnya, tetapi yang harus kita pikirkan bukan hanya ''wedding''-nya saja tetapi ''marriage''. | Saya mau sedikit kita belajar bedanya ''wedding'' dan ''marriage'', hari ini kita belajar tentang ''happy marriage'' bukan ''happy wedding''. Jika ada orang yang menikah kita seringnya mengatakan ''happy wedding'', tetapi jika mengatakan ''happy marriage'' bukan hari-H, pernikahan atau ''marriage'' itu bukan ''event''-nya tetapi seumur hidup pernikahan itu. Jika Bapak/Ibu/Saudara anaknya sultan, pesta pernikahan mungkin 7 hari 7 malam, tapi itu ''wedding''. Setelah ''wedding'' dan tamu undangan pulang, yang kita hadapi adalah ''marriage''. Makanya, saya senang sekali jika melayani bimbingan pra-nikah. Lebih baik saya menginvestasikan waktu yang banyak bagi anak-anak muda. Saya selalu mengatakan pada mereka “''it’s okay'' untuk menikah terlambat”. Tidak usah buru-buru, karena kita harus benar-benar mempersiapkan hidup kita masing-masing. Orang seringkali fokus dengan weddingnya, hanya eventnya, tetapi yang harus kita pikirkan bukan hanya ''wedding''-nya saja tetapi ''marriage''. Kita harus benar-benar mengeksplorasi hidup kita sebelum akhirnya dapat menikah. Selagi belum menikah kejar cita-citamu, salah satu ''tagline'' yang saya suka adalah “jangan pernah mengorbankan cita-cita demi cinta.” Apa yang Tuhan sudah tempatkan dalam hidup kita kejar itu, nanti Tuhan pasti sediakan yang terbaik. | ||
{{sabdaweb2v|1 Korintus 7:3}}, | {{sabdaweb2v|1 Korintus 7:3}}, | ||
Baris 56: | Baris 56: | ||
=== #2 ''Acceptance'' === | === #2 ''Acceptance'' === | ||
Kunci agar memiliki ''happy marriage'' yang kedua adalah ''acceptance'': ''the act of fully accepting someone wholeheartedly.'' Bagi Bapak/Ibu yang sudah menikah, saya ajak kita mengingat janji nikah kita. Waktu kita menikah, di hadapan Hamba Tuhan, di hadapan jemaat, di hadapan keluarga dan pastinya di hadapan Tuhan ada sebuah kata-kata yang kita ucapkan “Aku menerima engkau sebagai isteriku/suamiku yang sah dan satu-satunya sampai kematian memisahkan kita.” | Kunci agar memiliki ''happy marriage'' yang kedua adalah ''acceptance'': ''the act of fully accepting someone wholeheartedly.'' Bagi Bapak/Ibu yang sudah menikah, saya ajak kita mengingat janji nikah kita. Waktu kita menikah, di hadapan Hamba Tuhan, di hadapan jemaat, di hadapan keluarga dan pastinya di hadapan Tuhan ada sebuah kata-kata yang kita ucapkan “Aku menerima engkau sebagai isteriku/suamiku yang sah dan satu-satunya sampai kematian memisahkan kita.” Waktu saya siapkan khotbah ini Tuhan mengingatkan kata-kata menerima bukan hanya di hari pernikahan, tetapi seumur hidup. Jadi menerima pasangan itu bukan waktu ''wedding day'' saja, tetapi bagaimana kita dapat menerima pasangan kita apa adanya, seumur hidupnya. Demikian juga kita akan diterima apa adanya, seumur hidup kita. Ada sebuah kata-kata yang bagus sekali, ''“You are accepted the way who you are.”'' Kita harus mempunyai ''mindset'' ini dalam pernikahan. Setelah mengatakan kamu aku terima apa adanya, kita juga harus dapat mengatakan aku mengasihi engkau apa adanya. | ||
Ingat, manusia berubah, dahulu waktu kita menikah dibandingkan dengan orang yang ada di sebelah kita hari ini sudah banyak berubah. Fisiknya berubah, jika dulu gagah, sekarang tidak segagah dahulu, jika dulu cantik, sekarang tidak secantik dulu. Tapi salah satu kunci bagaimana kita dapat memiliki pernikahan yang berbahagia adalah ''acceptance'', aku menerima pasanganku berubah. Jadi waktu fisiknya berubah kita dapat terima, yang berubah tidak hanya fisiknya, sifatnya berubah juga, dahulu saat berbicara lemah lembut sekarang seperti mesin perang. Belum lagi sifat-sifat atau kebiasaan-kebiasaan yang semakin hari semakin membuka sifat aslinya. Pasangan kita akan menjadi pribadi yang alamiah, ''I can be as natural as I am''. Ini sebuah keadaan yang ideal. Orang jika memakai topeng itu lelah, Rumah kita seharusnya adalah tempat tanpa topeng. Jadi ''acceptance'' itu penting sekali. Waktu seseorang merasa diterima apa adanya dia akan merasa nyaman. Jika terjadi tuntutan di dalam rumah, ingat rumah bukan menjadi tempat yang nyaman lagi. Di kantor sudah dituntut, di sekolah sudah dituntut, bahkan di dalam gereja dan pelayanan juga banyak tuntutan. Seharusnya waktu pulang ke rumah menjadi pribadi yang senyaman mungkin. | Ingat, manusia berubah, dahulu waktu kita menikah dibandingkan dengan orang yang ada di sebelah kita hari ini sudah banyak berubah. Fisiknya berubah, jika dulu gagah, sekarang tidak segagah dahulu, jika dulu cantik, sekarang tidak secantik dulu. Tapi salah satu kunci bagaimana kita dapat memiliki pernikahan yang berbahagia adalah ''acceptance'', aku menerima pasanganku berubah. Jadi waktu fisiknya berubah kita dapat terima, yang berubah tidak hanya fisiknya, sifatnya berubah juga, dahulu saat berbicara lemah lembut sekarang seperti mesin perang. Belum lagi sifat-sifat atau kebiasaan-kebiasaan yang semakin hari semakin membuka sifat aslinya. Pasangan kita akan menjadi pribadi yang alamiah, ''I can be as natural as I am''. Ini sebuah keadaan yang ideal. Orang jika memakai topeng itu lelah, Rumah kita seharusnya adalah tempat tanpa topeng. Jadi ''acceptance'' itu penting sekali. Waktu seseorang merasa diterima apa adanya dia akan merasa nyaman. Jika terjadi tuntutan di dalam rumah, ingat rumah bukan menjadi tempat yang nyaman lagi. Di kantor sudah dituntut, di sekolah sudah dituntut, bahkan di dalam gereja dan pelayanan juga banyak tuntutan. Seharusnya waktu pulang ke rumah menjadi pribadi yang senyaman mungkin. |
Revisi per 22 November 2022 06.41
Ringkasan Khotbah | |
---|---|
Ibadah | Ibadah Raya |
Tanggal | Minggu, 26 Juni 2022 |
Gereja | GBI Jemaat Induk Danau Bogor Raya |
Lokasi | Ibadah Online |
Kota | Bogor |
Video | Rekaman YouTube |
Khotbah lainnya | |
| |
|
Shalom saudara, hari ini saya tergerak untuk menyampaikan sebuah tema Keys to Happy Marriage, kunci atau cara kita dapat menikmati pernikahan yang bersukacita.
Saya perlu sampaikan, semakin saya belajar Firman Tuhan saya menemukan sebuah fakta bahwa Tuhan ingin kita bahagia. Tuhan banyak kasih ayat dari Kejadian sampai Wahyu bicara tentang berbahagialah, bersukacitalah. Tuhan ingin sekali hidup kita penuh dengan sukacita, waktu saya mengatakan seperti ini bukan berarti Tuhan tidak mau kita memiliki masalah, atau Tuhan menghindarkan dari masalah, kadang-kadang masalah itu ada dan Tuhan ijinkan, tapi Tuhan tidak mau kita kehilangan sukacita. Tapi bicara tentang sukacita, itu luas sekali. Sejak saya terima tugas ini tidak tahu kenapa Tuhan taruh topik ini di dalam kepala dan hati saya. Kita harus mengerti, pernikahan adalah sebuah tempat yang Tuhan juga sediakan bagi kita untuk menjadi sumber sukacita. Pernikahan, atau keluarga kita bukanlah medan perang. Pernikahan keluarga kita, salah satu sumber sukacita. Jadi jika di luar memiliki masalah, waktu pulang ke rumah ada sebuah penghiburan atau kekuatan.
Saya mau sedikit kita belajar bedanya wedding dan marriage, hari ini kita belajar tentang happy marriage bukan happy wedding. Jika ada orang yang menikah kita seringnya mengatakan happy wedding, tetapi jika mengatakan happy marriage bukan hari-H, pernikahan atau marriage itu bukan event-nya tetapi seumur hidup pernikahan itu. Jika Bapak/Ibu/Saudara anaknya sultan, pesta pernikahan mungkin 7 hari 7 malam, tapi itu wedding. Setelah wedding dan tamu undangan pulang, yang kita hadapi adalah marriage. Makanya, saya senang sekali jika melayani bimbingan pra-nikah. Lebih baik saya menginvestasikan waktu yang banyak bagi anak-anak muda. Saya selalu mengatakan pada mereka “it’s okay untuk menikah terlambat”. Tidak usah buru-buru, karena kita harus benar-benar mempersiapkan hidup kita masing-masing. Orang seringkali fokus dengan weddingnya, hanya eventnya, tetapi yang harus kita pikirkan bukan hanya wedding-nya saja tetapi marriage. Kita harus benar-benar mengeksplorasi hidup kita sebelum akhirnya dapat menikah. Selagi belum menikah kejar cita-citamu, salah satu tagline yang saya suka adalah “jangan pernah mengorbankan cita-cita demi cinta.” Apa yang Tuhan sudah tempatkan dalam hidup kita kejar itu, nanti Tuhan pasti sediakan yang terbaik.
- "Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya."
Bagaimana caranya mempunyai pernikahan yang berbahagia ternyata sederhana sekali suami dan isteri harus sadar mereka memiliki tanggung jawab atau kewajiban masing-masing. Pernikahan akan menjadi pernikahan yang berbahagia saat suami memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan fungsinya. Demikian juga isteri, isteri akan mendatangkan sukacita bagi suami waktu dapat menuntaskan tanggung jawabnya, kewajibannya, fungsinya. Ayatnya sudah jelas kita baca tadi, dua-duanya harus memenuhi kewajibannya masing-masing. Walaupun saya masih muda, tapi tidak tahu kenapa begitu banyak orang yang curhat kepada saya tentang pernikahan.
Kewajiban suami dan istri untuk pernikahan yang berbahagia
Saya menemukan salah satu masalah terbesar adalah salah satunya atau dua-duanya tidak memenuhi kewajibannya. Hari ini saya mau bicara tentang sesuatu yang umum saja, mungkin sebagian dari kita sudah ingat, tetapi hari ini saya berdoa Firman Tuhan akan mengingatkan kita lebih lagi.
#1 Love
Kewajiban seorang suami dan isteri yang pertama adalah mengasihi pasangannya. Keys to happy marriage yang pertama adalah love. Firman Tuhan mau kita mengingat lagi. Kita harus menjadi orang yang tetap dapat mengasihi. Waktu pacaran, mengasihinya luar biasa. Orang dapat memiliki hubungan karena jatuh cinta, tetapi sangat disayangkan dengan berjalannya waktu cinta itu hilang. Ternyata saya menemukan kesalahannya adalah sang suami atau sang isteri sudah lupa untuk membuat pasangannya jatuh cinta kepada dia lagi. Padahal bicara tentang cinta, kita harus dapat membuat pasangan kita falling in love over and over. Ada perhatian yang ekstra, perhatian yang lebih, ada komunikasi yang baik, tujuannya supaya pasangannya jatuh cinta pada dia. Tetapi sayangnya waktu sudah menikah, mereka lupa akan hal ini. Bahkan saya sering dengar kata-kata “yah sudah menikah, mau diapain lagi, kan sudah jadi milik?” Jangan salah, zaman sekarang, sudah jadi milik dapat direbut orang. Makanya kita harus pastikan walaupun sudah menikah, pasangan kita tetap bisa jatuh cinta pada kita. Kasih perhatian yang tetap lebih, tetap memberikan yang terbaik agar pasangan kita tetap jatuh cinta pada kita. Jangan dibiarkan pernikahan menjadi sesuatu yang kebiasaan, menjadi flat.
Saya mau mengambil contoh, tidak tahu ini joke atau fakta. Saya pernah dengar seorang teman saya yang orang bule, kita harus akui orang bule itu romantis jika dengan pasangannya. Dikit-dikit kirimin bunga, dikit-dikit memberikan kata-kata cinta, dan salah satu bentuk romantisme orang bule adalah membukakan pintu mobil bagi pasangannya. Kita orang Asia jarang ada yang seperti itu, karena bagi orang Asia romantisme itu ditunjukkan dengan menafkahi, jadi semakin kita kerja keras itu adalah bentuk romantisme orang Asia. Makanya orang bule pernah mengatakan pada saya “Orang Asia jika bukakan pintu mobil cewek kemungkinan cuman dua mobilnya baru atau perempuannya yang baru.” Waktu saya dengar seperti itu, jika sedang jatuh cinta pintu mobil dibukakan, masuk ke mall disuruh masuk duluan, tetapi jika sudah menikah dibiarkan. Kita harus mengerti pasangan kita sukanya apa dan kita lakukan itu supaya pasangan kita jatuh cinta terus kepada kita. Tidak jatuh cinta pada orang lain. Harus berikan little surprises kepada dia, supaya dia tetap jatuh cinta.
Bicara tentang cinta dalam pernikahan, jika waktu pacaran sebuah relationship terjadi karena falling in love. Pernikahan berbicara tentang building the love over and over. Dua-duanya harus sepakat. Saya secara pribadi kurang suka jika ada yang sudah menikah dan mengatakan kepada isterinya atau kepada suaminya “ini mantan pacar saya”. Saya pribadi, menganggap isteri saya pacar saya seumur hidup, karena saya akan perlakukan dia sebagai pacar saya. Kasih yang terbaik.
#2 Acceptance
Kunci agar memiliki happy marriage yang kedua adalah acceptance: the act of fully accepting someone wholeheartedly. Bagi Bapak/Ibu yang sudah menikah, saya ajak kita mengingat janji nikah kita. Waktu kita menikah, di hadapan Hamba Tuhan, di hadapan jemaat, di hadapan keluarga dan pastinya di hadapan Tuhan ada sebuah kata-kata yang kita ucapkan “Aku menerima engkau sebagai isteriku/suamiku yang sah dan satu-satunya sampai kematian memisahkan kita.” Waktu saya siapkan khotbah ini Tuhan mengingatkan kata-kata menerima bukan hanya di hari pernikahan, tetapi seumur hidup. Jadi menerima pasangan itu bukan waktu wedding day saja, tetapi bagaimana kita dapat menerima pasangan kita apa adanya, seumur hidupnya. Demikian juga kita akan diterima apa adanya, seumur hidup kita. Ada sebuah kata-kata yang bagus sekali, “You are accepted the way who you are.” Kita harus mempunyai mindset ini dalam pernikahan. Setelah mengatakan kamu aku terima apa adanya, kita juga harus dapat mengatakan aku mengasihi engkau apa adanya.
Ingat, manusia berubah, dahulu waktu kita menikah dibandingkan dengan orang yang ada di sebelah kita hari ini sudah banyak berubah. Fisiknya berubah, jika dulu gagah, sekarang tidak segagah dahulu, jika dulu cantik, sekarang tidak secantik dulu. Tapi salah satu kunci bagaimana kita dapat memiliki pernikahan yang berbahagia adalah acceptance, aku menerima pasanganku berubah. Jadi waktu fisiknya berubah kita dapat terima, yang berubah tidak hanya fisiknya, sifatnya berubah juga, dahulu saat berbicara lemah lembut sekarang seperti mesin perang. Belum lagi sifat-sifat atau kebiasaan-kebiasaan yang semakin hari semakin membuka sifat aslinya. Pasangan kita akan menjadi pribadi yang alamiah, I can be as natural as I am. Ini sebuah keadaan yang ideal. Orang jika memakai topeng itu lelah, Rumah kita seharusnya adalah tempat tanpa topeng. Jadi acceptance itu penting sekali. Waktu seseorang merasa diterima apa adanya dia akan merasa nyaman. Jika terjadi tuntutan di dalam rumah, ingat rumah bukan menjadi tempat yang nyaman lagi. Di kantor sudah dituntut, di sekolah sudah dituntut, bahkan di dalam gereja dan pelayanan juga banyak tuntutan. Seharusnya waktu pulang ke rumah menjadi pribadi yang senyaman mungkin.
#3 Appreciation
Kita dapat menghargai bahwa ada sebuah kualitas yang berharga dari pasangan kita, bahkan orang lain tidak melihat tetapi kita sebagai pasangannya kita dapat lihat ada sesuatu yang worth quality. Ini sesuatu yang menarik, jika di dalam rumah terjadi saling menghargai, saling memuji, orang tidak gampang jatuh jika dipuji dan dihormati orang lain. Karena saya banyak dipuji dan dihargai di rumah, tidak gampang jatuh jika dipuji dan dihormati di luar. Orang sudah lupa untuk menghormati dan menghargai pasangannya, pasangannya sudah kerja keras, berusaha, berjuang, masih saja dinilai kurang. Poin yang ketiga ini saya mengingatkan ayo kita belajar saling menghargai, apalagi pasangan kita adalah orang yang Tuhan sudah berikan dalam hidup kita. Firman Tuhan mengatakan, pasangan kita itu rekan pewaris harta surgawi. Jika ada sesuatu yang tidak benar dengan hubungan antara kita dengan rekan pewaris, harta surgawi itu tidak turun. Makanya kita harus pastikan hubungan kita dengan pasangan kita hubungan yang baik, supaya berkat dari Tuhan diturunkan bagi kita. Amin buat firman Tuhan. (MGT)