Khotbah: 20210612-0600/SR: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Leo (bicara | kontrib)
k Penggantian teks - " | gereja =" menjadi " | church ="
Leo (bicara | kontrib)
k Penggantian teks - " | kota =" menjadi " | city ="
Baris 13: Baris 13:
  | location = Zoom Online
  | location = Zoom Online
  | church = GBI Jemaat Induk Danau Bogor Raya
  | church = GBI Jemaat Induk Danau Bogor Raya
  | kota = Bogor
  | city = Bogor


  | foto = Sutadi Rusli-20210612-3x4.jpg
  | foto = Sutadi Rusli-20210612-3x4.jpg

Revisi per 14 November 2022 06.00

Shalom semua Bapak dan Ibu, yang ikut bersama-sama pada pagi hari ini. Kita boleh bersyukur kalau pagi ini kita boleh bersama-sama dalam satu tema in His Presence. Berbicara mengenai setiap pagi kita harus ada di dalam hadirat Tuhan.

Shalom semua Bapak dan Ibu, yang ikut bersama-sama pada pagi hari ini. Kita boleh bersyukur kalau pagi ini kita boleh bersama-sama dalam satu tema in His Presence. Berbicara mengenai setiap pagi kita harus ada di dalam hadirat Tuhan.

Bukan kebetulan kalau kemarin tanggal 11 Juni 2021 kita merayakan ulang tahun dari gereja kita yang ke-26. Haleluya! Puji Tuhan kita ada di dalam ulang tahun yang ke-26, bagaimana Tuhan sudah menuntun dari gereja kita sampai dengan kemarin dan kita memasuki tahun yang ke 27 pada hari ini. Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau gereja ini boleh terbangun dalam 26 tahun saya mendapatkan hanya 2 poin utama:

  • Yang pertama adalah unity, dan
  • yang kedua adalah ketaatan.

Selama 26 tahun Tuhan sudah menuntun kita semuanya, tentu ke depan kita diajak oleh Tuhan, ayo kita jaga kita punya kebersamaan dan unity. Lalu yang paling penting juga kita juga melangkah di dalam ketaatan. Orang yang taat, apapun yang Tuhan minta baik melalui pemimpin rohani kita maupun secara langsung, ayo kita lakukan.

Kita pasti pernah sekolah. Mungkin ada yang lulusan SD, ada yang lulusan SMP, lulusan SMA, kuliah, dapat gelar yang luar biasa. Silakan itu tentu semuanya adalah baik. Itu adalah sekolah yang tentu kita jalankan di dalam kehidupan kita, tapi sekolah di dalam kehidupan kita namanya adalah sekolah kehidupan, nah itu mau tidak mau Saudara dan saya harus ikuti. Sepanjang kita hidup berarti kita berjalan dalam suatu sekolah ini. Kalau sekolah yang secara sekuler kita boleh berhenti kapanpun juga. Kalau sekolah kehidupan mau tidak mau setiap hari harus kita jalankan.

Sebagaimana kalau kita sekolah tentu ada mata pelajaran, kalau kita kuliah tentu ada kurikulum-kurikulumnya. Demikian juga sekolah kehidupan memiliki mata pelajaran dan ada kurikulum yang harus kita lakukan. Dalam sekolah kehidupan kita ada satu kurikulum, satu mata pelajaran yang semua kita harus lakukan. Ayo kita buka dalam Matius 18:21-22,

Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

#1 Senantiasa mengampuni tanpa batas

Mata pelajaran atau kurikulum dalam sekolah kehidupan yang harus kita lakukan yaitu berbicara mengenai mata pelajaran mengampuni. Saudara, satu waktu Petrus datang sama Tuhan Yesus. Dia datang dan dia bilang: sampai berapa kali aku harus mengampuni? Ada seorang Rabi namanya Rabi Yoma dari orang Israel, dan ini memang menjadi patokan bagi orang-orang Yahudi, kalau mengampuni tidak ada pengampunan sampai keempat kali. Jadi Petrus itu mengira bahwa dia sudah hebat karena dia sudah mau lebih dari tiga kali. Tuhan bilang tidak.

Pelajaran yang pertama kita belajar dari mata kuliah pengampunan, bahwa kita seringkali merasa seperti Petrus: cukup nih Tuhan, aku mengampuni orang ini, temanku ini sudah cukup. Aku sudah mengampuni lebih dari 3 kali, bahkan 6 kali, 7 kali udah cukup tidak ada lagi pengampunan untuk dia.

Tuhan tidak mau kita punya prinsip demikian. Tuhan mau kita mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali. Angka ini bukan berbicara 490 kali, tetapi adalah satu hal yang tidak terhingga. Artinya sepanjang sekolah kehidupan ini Saudara mengalami apapun juga kita harus mengampuni. Itu pelajaran pertama. Bagaimana kita jangan memiliki prinsip seperti orang Yahudi dan Petrus yang hanya mau mengampuni terbatas saja.

#2 Hutang dosa kita kepada Tuhan begitu besar

Lalu berikutnya, Tuhan kasih perumpamaan mengenai seorang hamba yang memiliki hutang kepada rajanya yang begitu besar, 10.000 talenta. Itu kalau dihitung dalam US Dollar, 10.000 talenta itu USD 290 juta.

Pelajaran yang kedua yang kita dapat dari ayat ini adalah bagaimana hutang kita, dosa Saya dan Saudara kepada Tuhan itu begitu besar. Kita banyak sekali kekurangan, kita diangkat dari lumpur yang gelap, kotor, bau, itu semua dosa kita. Mari Saudara yang dikasihi Tuhan, sadari dosa kita begitu besar. Tapi yang luar biasa biarpun dosa kita begitu besar, Dia datang 2000 tahun yang lalu untuk menebus dosa Saudara dan Saya. Setiap kali perjamuan kudus, kita diingatkan oleh Tuhan bahwa Dia menggantikan kita. Kita yang seharusnya mati, tapi Dia menggantikan Saudara dan saya. Itu yang diajarkan kepada kita. Dia mengampuni dosa-dosa kita yang amat sangat besar. Luar biasa Saudara yang dikasihi Tuhan.

Saudara yang dikasihi Tuhan, ingat baik, karena kita sudah diampuni jangan lagi kita mempermainkan kasih Tuhan, jatuh bangun di dalam dosa. Ada orang-orang Kristen yang berpikir gampang saja, ah saya tinggal datang aja waktu saya jatuh dalam dosa, minta ampun, ikut perjamuan kudus, besok lagi bikin dosa. Mulai pagi ini jangan kita punya prinsip seperti itu, tapi mari kita minta untuk kita punya kekuatan dari Roh Kudus, untuk kita minta Tuhan tolong supaya tidak jatuh bangun di dalam dosa, tetapi saya jadi orang yang lebih sungguh-sungguh lagi di dalam Tuhan.

#3 Pergunakan kesempatan untuk mengampuni

Lalu cerita berikutnya, hamba ini sudah diampuni oleh Raja. Tapi satu waktu dia ketemu sama kawannya yang punya hutang hanya 100 dinar, sedikit sekali dalam US Dollar nilainya hanya USD 17 dibandingkan dengan USD 290 juta. Tapi apa yang terjadi, temannya punya kesalahan yang kecil minta ampun sama dia, tapi dia ngga kasih.

Saudara yang dikasihi Tuhan dengarkan baik-baik pelajaran berikutnya. Ada kesempatan yang masih Tuhan berikan kepada kita, jadi kalau ada teman kita salah, atau Saudara kita salah itu kita berikan kesempatan untuk mengampuni dia, dan ingat baik-baik kesempatan itu belum tentu datang dua kali. Kita ngga pernah tahu kapan Tuhan datang.

Jadi mari, kalau kita diberikan kesempatan untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita lakukan saat itu juga, jangan tunda. Pada waktu orang ini diberikan kesempatan ketemu sama temannya punya hutang, tapi dia gak mau memberikan pengampunan padahal kesempatan sudah diberikan, begitu itu Raja dengar bagaimana hamba yang sudah diampuni itu tidak mau mengampuni temannya yang punya hutang begitu kecil, Raja marahnya luar biasa. Dia utus algojo-algojo untuk menangkap hamba yang sudah diampuni. Pada bahasa aslinya, algojo itu adalah orang yang menyiksa kita.

Dengar baik Saudara, saya mau katakan begini, Orang Kristen yang masih menyimpan sakit hati, kebencian, dan masih menyimpan sesuatu di dalam hatinya hidupnya pasti tersiksa. Saudara, kalau hati kita tersiksa, kalau jiwa kita tersiksa mau tidak mau mempengaruhi tubuh jasmani kita. Akhirnya karena dimulai dari hati yang tersiksa, menjadi sakit secara jasmani. Ada orang-orang yang dimulai dari kebencian, dimulai dari sakit hati, dimulai dari kemarahan yang tidak ada habis-habisnya. Akhirnya selain dari hati dan jiwanya tergoncang tapi jasmaninya juga mengalami sakit. Saya berharap kita tentu tidak mau. Firman Tuhan dalam Amsal 4:23 berkata:

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Penutup

Ayo saya mau supaya kita pada pagi ini sudah diingatkan oleh Tuhan di dalam sekolah kehidupan kita sampai Tuhan datang menjemput kita ada satu mata pelajaran yang harus Saudara dan saya lakukan yaitu mata pelajaran pengampunan, karena Dia sudah mengampuni saya, karena Tuhan Yesus sudah mengampuni setiap Saudara. Sehingga Dia menuntun kepada kita untuk kita lakukan seperti yang Tuhan Yesus sudah lakukan buat setiap pribadi kita. Amin. (MGT)