Article: 20110530/RK: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
k (baru)
 
k (Penggantian teks - "| tanggal =" menjadi "| date=")
 
(4 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{renungan
{{unified info | templatetype=renungankhusus
| judul        = Keluarga cinta Tuhan vs Keluarga cinta uang
| namespace= Article
| pagename=  20110530/RK
| title= Keluarga cinta Tuhan vs Keluarga cinta uang
| tahun        = 2011
| tahun        = 2011
| minggu      = 22
| minggu      = 22
| tanggal      = 2011-06-05
| date= 2011-06-05


| readmore    = {{{readmore|}}}
| readmore    = {{{readmore|}}}

Revisi terkini sejak 24 November 2022 04.08

RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal05 Juni 2011
Renungan khusus lainnya

Yosua 24:15; Kisah 5:1-11

Keluarga adalah lembaga yang sangat penting di hadapan Tuhan. Tuhan tidak menetapkan manusia sebagai single fighter dalam hidupnya, itu sebabnya Dia menciptakan keluarga sebagai mitra Allah untuk mengusahakan dan memelihara ciptaan-Nya, Kejadian 2:15. Keluarga juga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, sehingga dapat dikatakan inti dari masyarakat ialah keluarga dan inti dari keluarga ialah suami isteri. Anak, menantu, dan cucu adalah berkat yang Tuhan tambahkan.

Keluarga juga menjadi tempat pembelajaran yang pertama dan yang terutama. Seorang anak belajar berbicara dimulai di rumah. Nilai-nilai yang kita miliki sampai saat ini besar hubungannya dengan nilai-nilai yang telah kita terima dari orangtua sejak masa kecil sampai dewasa.

Keberadaan satu keluarga sangat ditentukan oleh suami isteri. Suami isteri yang cinta Tuhan pasti akan mendidik anak-anaknya untuk mencintai Tuhan, sehingga lahirlah keluarga-keluarga yang mengasihi Tuhan. Sebaliknya suami isteri yang jahat, tidak akan memperhatikan masalah-masalah rohani, melainkan hanya berfokus kepada uang. Jika ini yang terjadi maka segala cara akan dilakukan demi memperoleh uang. Cara hidup keluarga seperti ini, akan melahirkan keluarga-keluarga yang jahat.

Agar dapat membedakan keluarga yang cinta Tuhan dan keluarga yang cinta uang, maka perhatikanlah ciri-ciri dari kedua jenis keluarga seperti berikut ini:

I. Keluarga yang cinta Tuhan

II. Ciri-ciri keluarga yang cinta uang

1. Hidupnya berfokus kepada Tuhan

Hidup yang berfokus kepada Tuhan bukan berarti tidak melakukan apa-apa, tetapi tetap melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Hanya perbedaannya ketika melakukan apa saja, dilakukan untuk Tuhan.

“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:17, 23)

1. Fokus kepada uang

Semua kegiatan, pekerjaan, kepandaian dan kekuatan yang dimiliki seluruhnya digunakan untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Prinsipnya: “semakin banyak uang semakin bahagia.”

  • Pikirannya selalu dikuasai oleh uang.
  • Menilai orang lain pun dari sisi uang.
  • Kadangkala cara untuk memperoleh uang tidak terlalu dipermasalahkan, walaupun bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran.

Yang terpenting mendapat dan memiliki uang sebanyak-banyaknya.

Ingat kisah Ananias dan Safira yang mendustai Tuhan melalui hamba-Nya, dan akhirnya mati seketika. (Kisah 5:1-11)

2. Hidupnya untuk kemuliaan Tuhan

Seluruh aktivitas kehidupannya dilakukan dengan tujuan yang mulia yakni semuanya untuk kebesaran dan kemuliaan Tuhan. Pekerjaannya digunakan untuk memuliakan Tuhan. Seluruh materi dan fasilitas yang dimiliki semuanya digunakan demi kebesaran Tuhan. Bahkan setiap kemampuan yang dimiliki, disadari penuh semuanya berasal dari Tuhan, karena itu harus dikembalikan untuk kemuliaan nama-Nya. Setiap kepercayaan, promosi, posisi, jabatan, fasilitas, semuanya hanya untuk kemuliaan Tuhan. (Roma 11:36)

2. Memuaskan keinginannya sendiri

Semua keberadaan kehidupannya digunakan untuk mencapai kepuasan dirinya sendiri. Uang, fasilitas, kemampuan, kesempatan yang diperoleh dan dikumpulkan semuanya hanya untuk memuaskan keinginannya. Keinginan memuaskan diri sendiri ini melahirkan keluarga-keluarga yang egois.

3. Hidupnya menjadi saluran berkat

Dengan kesadaran penuh bahwa semua fasilitas yang dimiliki berasal dari Tuhan, maka ia juga dengan sukacita menjadi saluran berkat. Menjadi saluran berkat memiliki pengertian yang sangat luas.

Pengertian berkat di sini tidak terbatas hanya dalam pengertian materi, tetapi juga bersifat rohani. Menjadi saluran berkat, bukan untuk memperoleh berkat yang lebih besar, tetapi karena sudah memperoleh berkat yang luar biasa dari Tuhan. Berkat terbesar bukan berkat materi, tetapi berkat keselamatan yang pasti di dalam Tuhan Yesus. (Yohanes 1:12, 3:16; 1 Yohanes 5:11-12).

Maka dengan sukacita ia memberikan persembahan persepuluhan, persembahan syukur, persembahan diakonia, persembahan misi, dan lain-lain.

  • Memberi adalah satu kehormatan, bukan keterpaksaan.
  • Memberi tidak selalu karena berlebihan, tetapi menjadi saluran berkat di waktu kekurangan memiliki nilai dan bobot yang paling mulia.

Ingat persembahan janda miskin yang dipuji Tuhan Yesus, bukan orang kaya yang memberi dari kelebihannya.

3. Mengumpulkan harta/berkat sebanyak-banyaknya

Kehidupan yang dipusatkan kepada diri sendiri, tidak akan pernah sampai di titik kepuasan. Usaha yang keras dan maksimal dilakukan tanpa henti untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Waktu untuk bekerja demi mengumpulkan uang merupakan prioritas utama dan yang pertama dalam kehidupannya. Keluarga menjadi terlantar, tidak terkontrol, dan anak-anak tidak memiliki waktu yang cukup dengan orang tua. Keadaan ini melahirkan keluarga yang rapuh, pecah dan berantakan.

4. Hidupnya dinikmati dengan sukacita

Kehidupan yang berfokus kepada Tuhan, adalah kehidupan yang digunakan untuk kemuliaan Tuhan dan menjadi saluran berkat akan berkelimpahan dengan sukacita. Menikmati adalah salah satu karunia dari Tuhan, pemberian-Nya bagi umat Tuhan yang hidupnya berkenan kepada-Nya.

“Orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.” (Pengkhotbah 6:2). Ada banyak orang memiliki banyak harta, tetapi tidak memiliki karunia untuk menikmatinya. Sebaliknya ada orang yang sederhana, tetapi beroleh karunia untuk menikmati.

4. Tidak dapat menikmati hidup

Hidup di luar Tuhan memang tidak dapat dinikmati. Jikalau kehidupan hanya difokuskan kepada uang dan pekerjaan, tidak ada waktu untuk Tuhan, maka hasilnya hanya khawatir, gelisah dan ketakutan. Seberapa banyak pun uang yang dimiliki tanpa Tuhan menghasilkan hidup yang tidak tenang.

5. Hidup dengan tubuh yang lebih sehat

Tubuh yang sehat bukanlah tujuan, tetapi merupakan sarana untuk lebih memuliakan Tuhan. Tubuh yang sehat berawal dari kehidupan dan pola hidup yang benar. Pola hidup yang benar mencakup keseimbangan kehidupan roh, jiwa dan tubuh, 1 Tesalonika 5:23. Keseimbangan dalam tiga area ini akan menghasilkan Roh yang perkasa, jiwa yang tenang dan tubuh yang sehat.

5. Lebih sering sakit

Kekhawatiran, kegelisahan dan ketakutan merupakan sumber penyakit yang sangat dominan pada hari-hari terakhir ini. Ditambah pula dengan gaya hidup yang tidak benar, pola makan yang salah, membuat kehidupan sangat rentan dengan sakit penyakit.

Penutup

Fokus kepada Tuhan atau fokus kepada uang adalah pilihan.

  • Kaya bukanlah tujuan, tetapi akibat dari mengutamakan Tuhan di atas segalanya. (Matius 6:33)
  • Memiliki uang tidaklah salah, tetapi yang dilarang Tuhan janganlah cinta uang. (1 Timotius 6:10)

Pilihlah hari ini untuk fokus kepada Tuhan, maka hidupmu pasti diberkati, janganlah fokus kepada uang.

“Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:15).

Sumber

  • (JS) (05 Juni 2011). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto.